Categories

SOCIAL MEDIA

Jumat, 06 Januari 2017

Rantai (#SassyThursday ft. #GesiWindiTalk)


Kali ini mau collab lagi, jadi kami ini dulunya suka sok sok sastra gitu. Gue sih cuma nulis sebaris dua baris, mereka yang kerajingan dan emang hobi. Tipe-tipe yang galau nulis puisi. Mungkin karena gue ga suka baca jadi ga tertarik hal-hal sastraan.

Ka Grace Melia: Gamang
Mba Windi Teguh: Pernah Galau

Gue pun cuma pernah baca kompilasi cerpen pendek Kompas, jadi nggak tau kalau ini bagus atau nggak.

Puisi ini kayaknya cocok dengan personality gue yang suram dan complicated. Tentang temanya sendiri bisa diinterpretasiin sendiri kalo dirasa menantang.

Ini puisi yang gue inget-inget dari jaman kapan gitu, baris aslinya hanya bait pertama. Ngga asli juga karena itu gue reka-reka dari puisi asli yang udah dibuang. Dibuang karena emang sengaja ga mau koleksi sih.

Enjoy!

***

Aku diam. Dengan tungkai tangan terlepas. Aku tidak apa. Aku terbiasa dengan cucuran darahnya. Tutup mata dan semua tidak berasa.

Mataku buram, tapi inilah rasanya surga. Aku tau pasti. Aku tak butuh surga yang menjanjikan kejelasan, aku hanya perlu dunia dengan probabilitas. Hanya bisa membedakan terang dan gelap sudah cukup. Inilah kemewahan.

Memutuskan tidak melihat, karena persetan dengan melihat. Aku hidup hanya dengan merasa. Seperti buih karbonasi di batang otakku, seperti semut di tenggorokanku. Semua bersatu di pelipisku.

Kunikmati itu.

Kunikmati tiap jari yang terjepit gerbang sangkar. Jejak darah yang menjadi candu.
Kunikmati tanganku yang tak bertuan.
Kunikmati karbonasi di batang otak, lalu otakku berkarat.

Kenapa semua orang mengutuk kondisiku? Aku dalam kondisi prima. Aku buta dan itu nikmat.

Tolong ulangi.

Tolong genggam nyawaku. Oh sekalian, ini rantainya.

***

HAHHAA begitulah isi otak orang yang kebanyakan baca komik seinen (dewasa). Jadi dikira-kira aja ini tentang apa.

Sebenernya ini tentang abusive relationship. Tungkai tangan terlepas bukan mutilasi, artinya dia uda ga punya kebebasan. Mata buram artinya ia ditutup dari dunia luar, cuma bisa nebak-nebak apa yang terjadi saking diidolasi. Gerbang sangar memperkuat kondisi ia dikerangkeng. Karbonasi batang otak artinya blood rush.

Karena sensenya udah distorted, dia merasa ini bagian dari kebebasan. Karena dia udah ga tau lagi apa itu kebebasan. Standar 'bebas'nya berubah.

Akhirnya ia menyerahkan seluruh hidupnya menikmati 'kebebasan' utopia. Mantap kaliiii :'p

Atau ada yang mau interpretasi puisi gue? Yang bener dapet hadiah doa eaaaaa...


11 komentar :

  1. Aku malahan kebalikannya. gak suka sama sekali sama sastra ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jugaaaa tergolong yang "meh" sama sastra nyahahah

      Hapus
  2. Aku bayangin Nahla ala Junko Furota, syerem

    BalasHapus
  3. Begitu baca "Dengan tungkai tangan terlepas" langsung pengen panggil Kindaichi. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku drop Kindaichi Series karena udah terlalu ketebak pelakunya :(

      Hapus
  4. dari 4 ini paling gak alay nahla lol

    BalasHapus
  5. this is..
    baru baca lagi dan wow
    ini keren banget asli huhuhuhu
    sama sedih juga bacanya

    BalasHapus
  6. Dan Nahla yang paling gak pernah galau. Nyahaha.
    Mungkin karena Nahla melampiaskan emosi galaunya ke piano yes, kalo mba-mbanya ke tulisan. Atau mungkin juga karena Nahla cepet ketemu partner yang tepat jadi galaunya gak lama-lama. Ihiiyy sotoy deh akuuu

    BalasHapus

Halo..
Semua komentar akan dimoderasi, jadi jangan kasar-kasar yaaa...
Kritik dibolehin lah pastinyo, cuman yang membangun eaaa~

Back to Top