Categories

SOCIAL MEDIA

Rabu, 11 Oktober 2023

Menghilangkan Self-Talk Misqueen



If you know me, i'm quite a depressive person. Kalo pada scroll postingan blog gue tuh pasti isinya soal luka, depresi, mempertanyakan rezeki dan macam-macamnya.

Terus gue dengan sadar suka nyeletuk hal-hal kayak,

"Duh gue kismin ni"

"Duh mana kebeli tuh wakaka gue kan tuna finansial"

Bahkan, pas gue ngisi kolom pemesanan tiket online, gue secara ga sengaja ngisi kolom disabilitas dan nambahin keterangan "finansial". Awalnya tuh but bercandaan doang terus diapus lagi, tapi gue yang super jeniyuz ini lupa ngapus, jadi kecetak dah tuh disabilitas finansial di tiket.

Well, jokes misqueen kan salah satu fenomena urban di media sosial, gak Twitter, IG, dimanapun lah. Apalagi Twitter, sosmed yang selalu brooding kemiskinan, meng-komedisasi-kan status finansial dan menjadikan itu label yang dipake sama semua orang. Tren berkata bahwa kita semua ini misqueen.

Hal ini karena kesenjangan finansial yang kerap ditunjukkan sama selebgram-selebgram glamor dalam taraf yang lebih dekat dan ekstrim, like wearing Hermes in a private jet? WOW, dan banyak yang bergaya hidup kaya gitu? DOUBLE WOW. Diupload hampir tiap hari? Wah fix kita miskin ya.

Self-talk kemiskinan jadi hal yang lumrah dan lucu, que tau sih, makna aslinya tuh berdamai sama diri sendiri ketika kita kekurangan, tapi apakah kita kekurangan???? Are we really 'misqueeeen' karena ngga bisa afford Chanel Classic, atau Tory Burch Fleming?

Ngga dong ya, kenapa merasa miskin karena ga bisa liburan ke Eropa?

Gue mulai merasa bahwa self-talk misqueen yang awalnya adalah lucu-lucuan, jadi hal yang gue bawa ke alam bawah sadar. Kalau pingin apa-apa, selalu "ah mana bisa, gue kan miskin", gue jadi orang yang ga punya mimpi atau target karena pesimis duluan, pesimis yang diserap karena self-talk yang awalnya buat becandaan itu.

No, aku tidak miskin. Aku pake iPhone, suamiku bisa bayar laundry, kami bisa makan-makan enak tiap suami honornya turn, kami ga pernah kekurangan makanan., kami punya dana darurat, tabungan terpisah juga ada, rumah alhamdulillah punya juga.

Saat kondisi finansial gue lebih ketat dibanding dulu pas tinggal di Jakarta, gue malah ga suka self-talk kemiskinan, dan gue mulai memelihara pemikiran, "gapapa, sekarang belum bisa kebeli, tapi di masa depan ngga ada yang tau" dengan nada yang optimis. 

Kami bikin e-paspor karena free visa ke Jepang, walau kami ga ada rencana ke Jepang, gak ada yang tau di masa depan, siapa tau bisa?

Gue pingin Tory Burch Fleming, sekarang belum bisa beli, tapi di masa depan siapa tau bisa?

Gue mengganti self-talk dari “akhh mana bisa, gue kan kismin”, ke “belum bisa, tapi siapa tau di masa depan bisa?"

Hal ini karena suami gue pernah bilang gini,
"Sayang, aku mau nikahin kamu tuh ga punya apa-apa lho, tapi ternyata bisa, uangnya jadi ada"

Gue melihat sendiri Eki yang modal niat dan berusaha, terus perlahan rezekinya ada
dan cukup.

Ternyata, masa tuh bisa berubah, dari yang ga ada jadi ada, dari yang ada jadi ga ada, terus ada lagi, terus berkurang lagi. Siklus hidup tuh berjalan dengan semestinya, kok.

Sehingga, buat gue pribadi, ada baiknya latihan self-talk positif, karena ternyata di masa depan kita ngga ada yang tau kondisi kita gimana.

Ada baiknya self-talk positif soal uang, karena bisa jadi kalau keseringan self-talk negatif, lama-lama kita lupa sama hal yang sudah kita punya.


Back to Top