Categories

SOCIAL MEDIA

Senin, 31 Agustus 2015

Putri Pak Haji dan Susu Formula.

Gambar dari LINE Deco


Apasihhh.. akhir-akhir ini ngebahas susuu mulu, habis gimana ya? Topiknya hot banget sih, gak pernah pudar, selalu jadi perdebatan ibu-ibu Indonesia yang melek ASI dan melek sosmed :')

Sekarang, banyak banget kan yang buat asosiasi atau grup yang menggalakkan ASI? Contohnya: AIMI, Asi for Baby, dan lainnya.


Dan forum/organisasi/asosiasi ini membuka mata banyaakk sekali ibu-ibu yang kesadarannya kurang terhadap ASI, yang awalnya menganggap ASI itu biasa aja, sekarang sadar bahwa ASI itu ya... makanan terbaik untuk bayi.


Terimakasih, grup-grup ASI!


Dan tulisan ini BUKAN, sekali lagi, BUKAN untuk membandingkan ASI vs. SUFOR, karena kita semua sudah TAHU mana yang lebih baik, yaitu ASI.

Tapi di tulisan kali ini, gue ingin sekedar berbagi sudut pandang aja.


***

Pada suatu hari, gue bersama suami dan mertua lagi makan malam di restoran Sunda yang terletak pada kawasan Cibubur, kami sedang bersenda gurau, lalu kami bertemu temen mertua.

"Nahla, ini Pak Haji... Temen Mama..."

Beliau adalah tipikal Pak Haji; berpeci, usia 60an, rambut memutih, memakai baju koko dan sarung, serta semacam syal bermotif kotak-kotak a la Timur Tengah. Istrinya berpakaian sederhana sambil menggendong cucu yang masih bayi, menantunya memakai kacamata yang membuatnya terlihat seperti programmer, putrinya, dan 1 anak balita yang berlari-lari kecil menuju meja.

Gue amati keluarganya satu-persatu, tidak ada yang salah, tipikal keluarga Indonesia yang sederhana.... Sampai gue melihat kaleng sufor dan dot kosong yang dipegang putrinya.

"Ini pasti buat cucunya yang masih bayi!", pikir gue dalam hati.

Entah kenapa, 'kaleng susu' dan 'dot' bisa membangkitkan rasa risih gue dalam hitungan detik.
Dan buruknya-sangat buruk malahan-gue membatin,

"Kok pake sufor sih? Katanya anak Pak Haji? Katanya keluarga islami (karena menyandang gelar haji)? Tapi kok anjuran Al-Quran tentang pemberian ASI sampai 2 tahun gak dijalanin? Coba liat bayinya, ini mah bayi 6 bulanan! Masa usaha dikit doang buar nge-ASI gak mau? Lagian kolot banget sih, masih mikir bahwa susu formula itu yang paling baik karena iklannya lebih keren, bla bla bla...."

Dan di dalam batinan gue, gue sangat membanggakan diri dengan ASI gue, karena gue bisa bangkit dari ASI seret dengan segala perjuangan, GAK KAYAK DIA yang "kayaknya" nyerah sama ASI dia sendiri.

Tapi, segala pikiran buruk gue hilang seketika ketika Pak Haji bilang,

"Iya, ini anak adopsi."

Jleb.

Rasanya gue pingin istighfar, minta maaf secara langsung ke putri Pak Haji tentang batin gue yang sangat sentimen dan judgemental sekali, sampai bawa-bawa gelar "haji" dan Al-Quran, padahal itu semua cuman asumsi, gak lebih.

Apalagi dia berani adopsi anak, yang mana gue aja gak berani adopsi anak, padahal anaknya yang pertama juga masih kecil, masih diladenin banget.

Ternyata, kita gak bisa mengambil kesimpulan hanya berdasarkan apa yang kita lihat. Bener gak sih?

Dan saat itu juga gue mulai sadar, sejak kapan gue jadi penggiat ASI garis keras begini?
Padahal dulu, gue ya biasa aja tentang ASI-Sufor, walaupun dari dulu memang gue udah ngerti pentingnya ASI, tapi gak se-fanatik, se-ekstrim dan se-judgemental ini.

Dan kesimpulan singkat yang gue ambil sejauh ini: Fanatik itu menyebalkan, dan tidak menyenangkan sama sekali.

Gue harus menghargai putri Pak Haji yang memberikan anaknya sufor, karena di luaran sana banyak anak yang dikasih BUBUR NASI, yang bisa menyebabkan kematian bayi.

Gue harus menghargai putri Pak Haji yang rela merawat, menjaga, menimang anak yang bukan darah dagingnya sendiri, kerelaannya untuk mengadopsi anak bayi yang ditinggalkan orang tuanya.

Dan gue tersadar bahwa... Sufor itu bukan hal yang haram.

Sure, ASI itu memang yang terbaik bagi bayi, tapi sufor itu bukan barang haram.
Kalau memang adopsi, dan gak memungkinkan untuk donor ASI, ya apa lagi selain sufor?

Eitssss, tapi ingat ya, ASI itu yang paling baik! Kalau anaknya adalah darah daging sendiri, gak ada alasan untuk tidak memberikan ASI, selain masalah pada kelenjar susu.





Moral pada tulisan ini adalah: jangan sok tau.

Udah sih gitu doang.

Rabu, 19 Agustus 2015

Cieee, yang Visual Oriented...

Kalau kalian follow Instagram gue, kalian pasti ngeliat posting gue yang terbaru: Gurame Asam Manis.
Oh, dengan caption "Pamer Material" dong, lengkap dengan hashtag #foodporn segala macem.
Nahla mah anaknya gitu.


"Kok sombong?"

Kok sombong? KARENA GUE GAK BISA MASAK.

Damn, gue masak nasi goreng aja kadang minyaknya kebanyakan, bawangnya pait.
Jadi ketika gue berhasil meng-execute masakan sekaliber gurame asam manis mah gua pasti pamer lah, wong itu makanannya susah dan ribet pisan untuk emak cemen macem gue. Biarin lah katain aja gue pamer, makan omongan sendiri, gak papalah gue pamer, itung-itung pencitraan.

Jadi, kemaren gue nginep di rumah sendiri (biasanya nginep di rumah mertua atau rumah nyokap), bertiga sama suami dan anak, lalu gue sok-sokan minta diajarin makanan yang ribet biar ada kemajuan gitu sebagai ibu rumah tangga.

**Buat yang belum tau, Brian itu jago masak, dia pernah mengenyam pendidikan kuliner selama 1.5 tahun**

"Yang, ajarin aku masak yang ribet-ribet dong"
Yaudah, akhirnya dia mengusulkan untuk masak gurame goreng. Maksudnya gue yang masak, dia yang ngasihtau langkah-langkahnya dari jauh.

Lalu kami memutuskan untuk belanja di Pasar Modern, dengan segala skill menawar sambil gendong anak, akhirnya kami menghabiskan kurleb 120.000an. Glek.

Lalu habis itu gue memasak, teorinya sih sebenernya mudah: Buat saos, goreng gurame, tuangin dah ke saosnya.

Dan sejauh ini, beginilah hasilnya:





Keren ya? Cantik ya?! Wuih sok atuh tepokin dulu *plok plok plok*
Hoanjir kampung pisan.


Ya, itulah masakan gue, yang kurang lebih Instagram-able, pamer-able, bisa ditaro di portfolio kali aja ada yang mau bikin buku tentang gue.

Seperti yang gue bilang, teorinya sih mudah, tapi ternyata ribet loh. Yang bikin ribet itu preparationnya.
Preparation itu kayak motong-motong nanas, bawang, paprika, jahe, ngerendem asem jawa dan tetek bengek yang kecil-kecil tapi membutuhkan banyak sekali waktu dan kesabaran. Proses ini aja bisa 20 menit sendiri (maklum cemen).

Tidak sampai situ, gue harus membersihkan ikan: Mengaliri di wastafel, mencuci insang-insang dalem yang kadang suka tajem, lalu mem-fillet ikan.

Filletpun ternyata susah, potong sana dulu, potong sini dulu, potong itu, lalu digosrek-gosrek pisaunya sampai dagingnya lepas dengan indah, belum lagi kalau pisaunya gak tajem dan bikin stress. Lalu harus di marinade dulu selama 15 menitan.
Tidak sampai situ, harus dicemplungin tepung, cemplungin telor, balik lagi ke tepung, baru goreng. Dan proses ini lebih lama dan monoton dari yang lu bayangkan.
Walah pokoknya usaha banget.

Gak main-main, gue membutuhkan waktu selama 1.5 jam untuk buat menu ini.
Apalagi ditutup dengan quotesnya Brian,



"Kurang seasoning"


Teeettt huououououououowwwwwwww, bodo amat dah yang penting Instagram-able.
Random thoughts: Brian harus jadi juri Masterchef. Gantiin Matteo. Yang sebenarnya adalah pembalap motor. Bukan. Chef.

dan GAK SAMPAI SITU, suasana kitchen pun riot dan chaos sekali




Dengan segala tepung-tepungan


Dengan perjuangan segini banyakpun, makanan gue tetep gak enak-enak banget. Perjuangan gue selama 1.5 jam itu gak terlalu terbayar seperti yang diperkirakan.

Melihat hal kayak gini, gue jadi inget semua restoran yang gue nyek-nyek-in (baca: kata-katain) di blog gue yang lama, gue sering berkomentar pedas dan seringkali mengatakan bahwa restoran ini gak worth it, overpriced, etc etc

Dan guepun juga pernah bilang bahwa macaroon di TWG itu gak enak.

Gue jadi merasa bahwa gue gak adil kalau sembarangan mengatakan opini yang 'miring' tentang sebuah restoran, padahal gue gak tau perjuangan mereka seperti apa untuk membuat satu piring yang akhirnya gue kata-katain itu. 
Gue gak tau seberapa ribet mereka membuat makanan yang gue beri opini berdasarkan pikiran simple gue.
Gue gak tau kalau ternyata makanan itu dibuat 20 menitan untuk gue habiskan hanya dengan 5 menit.


Dengan pengalaman kemarin, gue paham bahwa gue gak boleh sembarang melempar opini jelek terhadap sesuatu, karena bisa saja sesuatu tsb melewati proses sulit yang gak bisa dibayangkan.


Dan gue juga paham bahwa, dibalik keindahan, ada tepung yang berserakan.

Dibalik keindahan, ada sesuatu yang harus diberantakin.
Dibalik keindahan, ada usaha ekstra.

Dan ternyata, ini bukan hanya terjadi pada gurame gue doang.
Ini bisa diterapkan di segala objek.
Seperti wanita.


Wanita, mengaku atau tidak, selalu dilihat dari luarnya saja.
Betul?

Semua orang ingin kelak istrinya menjadi cantik, ketika punya anak akan tetap langsing.
Semua orang ingin memiliki satu teman cantik yang bisa diajak foto bareng, untuk meningkatkan status.
Semua orang ingin memiliki anak cantik yang bisa dibanggakan kala pertemuan keluarga.

Betul?

Dan boom, munculah cewek cantik ini.
Cewek dengan make up sempurna, badan bagus serta berlenggak-lenggok dengan high-heels dibalut pakaian berkelas.
Ketika melihat cewek ini, cewek lain bisa aja nyinyirin, "Ih gak natural, norak banget kayak tante-tante", sembari dalam hati mengagungkan diri sendiri, "Mendingan gue, natural, baju sederhana, gak neko-neko". Yang kayak gini juga termasuk sombong, betul? Sombong atas kesederhanaannya.

Cewek ini terlalu gorgeous, sangat membanggakan jika digandeng, dan sepertinya dunia berputar di sekelilingnya.

Namun dibalik sempurnanya makeupnya, terdapat meja rias yang berserakan tube-tube lipstick, bulu  mata berceceran, lemari berantakan karena sibuk mencari baju yang cocok, rambut rontok di lantai karena keseringan di curl,  dan tidak jarang kaki yang lecet akibat sering memakai high-heels. Oh, jangan lupa wajah kucel di gym demi menjaga bentuk badan.

Dan semua itu, believe me, gak mudah.

Untuk menjadi cantik itu gak mudah, setidaknya butuh modal berupa ketelatenan DAN financial. \DUID.

Si cewek ini nasibnya sama aja kayak gurame goreng yang gue buat; udah capek-capek dandan, total butuh 1.5 jam, uang bulanan fitness 300rb, belajar fashion, udah cantik, tetep aja dinyinyirin sama cewek-cewek lain yang usaha dress-up aja nggak ada.

Kan kampret.

Makanya, banyak orang yang visual oriented, yang artinya berorientasi pada apa yang orang itu lihat.
Awalnya, gue antipati sama orang yang visual oriented ini, tapi lama-lama gue ngerti, bahwa orang ini menghargai jerih payah orang lain yang berusaha tampil maksimal.

Believe me, untuk menjadi lebih cantik itu susah.

Ya, okelah kalau lu gak suka cewek bermake-up, yang kata lu "gak natural"

Sekarang gue kasih contoh, cewek natural no make-up yang cantik banget idaman cowok-cowok banyak maunya


Miyake

Cantik banget walau no make up, pasti orang-orang yang gak ngerti mikirnya cewe ini udah cantik natural, gak usah perawatan dan gak neko-neko, kan?

Salah.

Jangan egois.

LEBIH MUDAH jadi cewek cantik karena make-up
dibanding cantik natural!!

KENAPA? Karena dibalik cantiknya dia, ada biaya yang gak sedikit, no-no, harga mah gak bohong:

-HARUS CANTIK DARI SONONYA.
-Kalau udah cantik, tunjang lagi sama plastic surgery. Bayangin deh, si Miyake ini udah cantik tambah oplas, ya makin menjadi-jadi lah cantiknya
-Gym
-Eyebrow extension
-Lash extension
-Biaya laser wajah
-Skincare wajah yang kalau ditotal bisa sampai 3 juta
-Baju bagus
-PERAWATAN RAMBUT
-dkk dkk dkk

Kalau cantik make-up itu mahal, cantik natural itu LEBIH MAHAL LAGI. Makanya lebih banyak cewek pake make-up.

Jangan polosan banget dong, pake bilang kalau cewek cantik natural itu bener-bener 'natural' alias gak ngapa-ngapain.

Kecuali emang jenis wajahnya bagus, gak ada masalah kulit. Tapi kasus ini lumayan sedikit loh di kalangan wanita.
Yang mukanya jerawatan aja usahanya udah gila-gilaan, eh masih aja diejek.

Yang penting tuh pake baju yang rapih, jangan keseringan pakai kaos sama jeans untuk ketemu sama orang, merawat diri, berperilaku dengan anggun, karena itu bentuk dari menghargai orang lain.

Makeup lah dikit-dikit, untuk yang syar'i kan emang gak boleh tabarruj (berhias diri), tapi make-up juga gak selamanya untuk berhias diri lho.
Contohnya, bisa pakai concealer untuk menyamarkan lingkran hitam bawah mata, menyamarkan bekas jerawat agar orang gak merasa terganggu, pakai lip balm dikit agar gak pucat, tapi kalau bibirnya emang udah merah sih gak usah. Makeup ini lebih ke kayak me'normal'kan diri daripada mempercantik diri. Lu gak akan terlihat lebih cantik dengan teknik ini kalau emang dasarnya gak cantik, tapi lu akan terlihat lebih segar dan menghargai lawan bicara dengan menghilangkan ekspresi ngantuk dan lelah dengan concealer.

Tapi ya tergantung kepercayaan masing-masing sih.




Ko dari gurame jadi ke make up sih? Jaka sembung bawa golok.

Jumat, 14 Agustus 2015

Kuliah Sambil Bawa Bayi?!



Di tahun ketiga gue kuliah, saat itu juga gue melahirkan. Dipikir-pikir, gila juga ya gue? Belom lulus udah coba-coba punya anak. Masih cemen, udah coba-coba hamil. Cuman ya gak apa sih, namanya juga idup #TERUSPASRAHWAE

Saat gue melahirkan, gue ambil cuti satu semester (semester 5). Kok lama banget sih satu semester? Awalnya sih mau 3 bulan aja, cuman gue mikir........................................ "Ah, mau golek golek aja ah dirumah". Damn, hormon males gue sangat kental saat hamil.

Di semester ke 6 (Anakku waktu itu umurnya baru 3 bulan), akhirnya gue masuk kuliah lagi, yang gue lakukan adalah:

1. Pompa ASI, agar bisa memenuhi kebutuhan bayi, dulu gue sehari dapet 100ml, lumayan buat lambung anakku yang waktu itu masih timik-timik.

2. Bawa pompa ke sekolah, walaupun gak kepake, karena jam kuliah gue memang gak lama, cuman 3 jam.

3. Menitipkan anakku ke mama dan nenek.

4. Mavica setiap harinya menghabiskan 2 botol ASIP 50ml, yang artinya gue juga mesti jaga-jaga stock ASIP.

5. Gue memberikan ASIP melalui pipet lalu sendok. Kenapa gak dot? Selain takut bingung puting, anakku gak suka dot (mama udah beliin berbagai macam merk dari yang murah banget sampai yang beli di luar negeri, tetep gak mau). Lalu, kenapa bukan cup feeder? Ya, anakku juga gak mau, ngambek, terus tangannya nepis-nepis mulu, habis itu ASIP nya di aprut-aprut. Piye. 


Naaahh.. suatu hari, mama lagi pergi, nenek lagi sakit, dan gak yang ngurus deh si bocah gembil.
Yaudah, dengan Pognae Orga yang habis gue beli, gue akhirnya membawa anak ke sekolah, untung dibolehin! STIKMI memang ProAsi! :*  *Menjilat agar dapet beasiswa*

Waktu itu mata kuliah gue lagi presentasi pengetahuan musik, jadi ada video bahan presentasi, lalu analisa deh. Gue analisa Symphony-nya Bizet yang total bosan not my taste, blegh.



Mabi the college kid

Ini Pognae Orga yang gue pakai saat gue bawa Mabi kuliah.

Review sebentar ya, Pognae Orga ini adalah baby carrier yang berasal dari korea.
Kalau dari fotonya, kok kayak bertumpu di selangkangannya ya? Iya, mungkin benar, tapi jangan khawatir, karena dia ada hipseatnya, jadi anakku gak bertumpu di selangkangan, namun ia full duduk, jadi anakku gak merasa sakit.

Hipseat ini bisa dilepas-lepas, tapi gue jarang lepas karena hipseatnya suka melorot T_T
Kelebihannya:

-Ada hipseat, bisa buat duduk jadi gak bertumpu di selangkangan.
-Sangat ergonomis, gue gendong 6 jam sambil jalan itu gak pegel sama sekali bahunya, tapi kaki yang pegel karena gak duduk-duduk.
-Warnanya lucu lucu banget!!!! Gue jamin lu semua gak bakal tahan. Awalnya mau beli Ergo 360 karena bisa hadap depan, tapi plislah warnanya monoton banget kayak film 7 Manusia Harimuindah.



Kekurangannya:

-SUSAH untuk gendong belakang sendiri, butuh bantuan, karena belt nya itu agak susah diputer-puter kalau untuk back carry.
-Strapnya susah dikencengin kalau sedang digunakan, jadi kalau mau kencengin strap ya harus lepas dulu gendongannya.

Sekian mini review, balik ke cerita.

Usaha kawaii yang gagal


Akhirnya, sambil digendong, gue mempresentasikan Symphonynya, tangan kiri pegang bayi, tangan kanan pegang partitur. Saat gue ngomong-ngomong, eeh temen kuliah gue mengisyaratkan bahwa bayi gue tidur. Dan ternyata benar, dia tidur!





Presentasi sambil selfie cuz WHY NOT?!

Tapi kayaknya ini bukan bahan gue, ini bahannya temen gue.

Alhamdulillah, dosen gue gak ada problem. Bayi juga emang tipe bayi yang anteng.

Tapiii... dia mulai rewel saat dosen gue presentasi, dan parahnya gue juga ada aktifitas tulis menulis, yang artinya gue hanya bisa menulis pakai satu tangan, tangan yang lain buru-buru nyusuin bayi. Dosen waktu itu presentasiin Benjamin Britten.

Yak, nulis sambil menyusui cuz why not.
Yak, nulis sambil menenangkan bayi yang rewel cuz why not.

Dan akhirnya, tulisan gue jadi jelek banget hhahahah!!

Tapi untuk bayi orangnya gak rewelan sih, baik anaknya, tapi sekalinya nangis welehhhhhh 3 bayi yang lagi nangis bisa langsung diem dibuatnya.




Ini Mavica lagi dengerin ko Anton main, gue request lagu:

Gue: "Ko main dongggg"
Ko Anton: "Main apaa?"
Gue: "Jeux d'eau!"
Mavi: *liatin koko Anton maen, tanpa ekspresi*



Kenapa Jeux d'eau? Biar Mavi terbiasa denger yang aneh-aneh impresionist burem-burem augmented whole tone dan jadi bayi dengan taste yang asik..

Tapi faktanya...


Dia malah joget-joget pas denger ko Anton main Twinkle Twinkle *gubraaakkk*

Yaudahlah Mavi, gue mana bisa maksain dia denger lagu yang rada abstrak.
Ternyata tastemu masih Twinkle Twinkle, cuih. #remeh


HAHAHAHA


Yang harus dibawa saat bayi kuliah:

-Gendongan yang enak, atau baby seat yg bisa ditaro di meja.
-Apron nyusu
-Pampers, tissue basah
-Tas kita yang isinya bahan kuliah.

Yak, itu doang sih. Intinya, kalau mau belajar mah belajar aja *cuih* *padahal sering bolos karena anak gak ada yang jaga* *padahal ambil cuti 6 bulan gegara malas*


Selasa, 11 Agustus 2015

Judgemental Series #3 - Pamer ASI?

*Tarik napas dalam-dalam*
*Pasang lagu-lagu biar relax*



Jadi, gue baca artikelnya kak Icha (The-it-girl Annisa Steviani of KEB), tentang TIDAK merayakan World Breastfeeding Week, bisa dibaca di sini. LAGI RAME BGT LOH GUYS.

Dan gue pun komen di statusnya:
"MengedukASI: upload foto before-after DAN caption tentang bagaimana cara agar ASI bisa banyak.

PAMER: SPAM foto ASIP tiap pumping dengan harapan dikomen "wah bun hebat banget 
:(  gmn caranya?" Tanpa ada niatan dari awal untuk ngasih tips.

P.s: dari ibu yang berkali2 mengalami ASI sedikit.".


Dan yak, banyak banget yang kontra, literally, banyak banget.



Jadi tuh gini, foto ASIP dan freezer itu lumrah banget buat gue, wajar, orang bangga dong?
Jadi apa? 

Foto ASIP freezer TIDAK SELALU SAMA DENGAN PAMER.



Kenapa? Ya suka-suka dia kalau foto untuk milestone ASIP, toh niatnya juga sharing, bener gak? Selama perjuangan ASI dari lahir ampe sekarang mendapatkan hasilnya, pasti bangga dong sama hasil ASIP nya? Bener.


Apalagi kalau sharing ASIP dengan tips atau sharing.

Dengan tips atau sharing.
Dengan tips atau sharing.
Dengan tips atau sharing.

Itu baru namanya mengedukASI.

Hebat! Salut! Orang bisa semangat karena kisah ASI yang penuh perjuangan.

Apalagi kalau ketika di-comment: "Gimana caranya?", si ibu ini mau menjabarkan kiat-kiat ASI banyak. Gue pun uga sering kok komen-komen nanya tips.


Dan ini, ada di point komentar gue, kutipannya gini, "....DAN caption tentang bagaimana cara agar ASI bisa banyak"




Sharing ASI beserta dokumentasi berupa foto? Seru! Tag me in!



Tapi ada tipe uploader lain, yang gue sebut sebagai "PAMER".

Yang mana?

Yang upload ASIP secara massive, tanpa ada niatan ngasih sharing, tips atau ngasih semangat. Biasanya bangga dengan berlebihan, sampai ada yang membanding-bandingkan hasil perahan.

ASIP secara massive
Bangga berlebihan
Membanding-bandingkan.

Massive. Yang artinya sering banget, sehari bisa sampai 8 foto, yang merujuk kepada... SPAM. Tiap pumping, foto dulu baru upload. EVERY. SINGLE. TIME.


Iya, SPAM.



2-3 foto? Oke, motivated! Hebat! Saya juga mau kayak gitu.
Tapi sampai 5-6 foto perhari, mau mengedukASI atau mau p....... *isi sendiri ah aku takut dibully*

Dan saat mengupload, si ibu diam-diam punya harapan agar dipuji-puji.
Upload bukan lagi suatu rekam jejak, tapi menjadi ajang PAMER.

Walaupun, pamer atau tidaknya ya tergantung niat ya.

Apalagi diselingi dengan komentar-kometar cadas ibu-ibu, yang suka memacu terjadinya Perang Shinobi ke lima.


Naruto: "Obito!! Mana hasil perahanmu!!"
Obito: "Ah, aku baru 3 cargo, siaaallll..."


"Wah, bunda hasil pompanya segitu? Wah kalo gitu kecil, bun..."
"Coba, dia kali yang nggak usaha?"
"Semua orang tuh bisa kok pompa 750ml sekali pumping"
Kalau bisa sih, memang bisa..
Tapi, hal-hal seperti ini bisa membuat ibu dengan ASI yang sebenernya CUKUP, malah merasa kurang karena gak bisa pompa 1 liter per hari.
Padahal kalau dilihat dari growth chart anaknya mah, normal-normal aja, tapi namanya manusia, pasti ada rasa-rasa semriwing karena dianggap belum mampu menghasilkan ASI sebanyak itu.

Lagian, bisa aja usaha si ibu yang ASI nya menurut orang-orang gak seberapa ini ternyata jauh lebih keras daripada ibu-ibu yang memandang sebelah mata semata-mata karena hasil puping belum 'layak tampil'.

Ya tapi kan ASI emang udah ada porsi sendiri-sendiri sih, bijimane? Bener kata kak Icha, ASI yang mencukupi si bayi itu memang yang paling baik.

Bahkan ada yang berpendapat:

Apa bedanya sama orang yang pamer Tas Hermes? Sama-sama mamerin rezeki kok.
Apa bedanya sama orang yang pamer upload foto ibadah? Sama-sama mamerin rezeki juga kok.
Sama-sama riya.

Setuju-tidaknya kalian dengan statement ini, terserah ya, gue sih emang menemukan kesamaan.



Tapi orang-orang tuh missing my points.

Banyak yang bilang kalau gue berpendapat bahwa upload foto ASI = Pamer.
Padahal yang gue maksud, upload SPAM foto ASI berlebihan tanpa memberikan tips atau sharing dan tujuannya hanya untuk bangga berlebihan itu yang gue sebut PAMER. 

Gue kutip nih dari atas:

Foto ASIP freezer TIDAK SELALU SAMA DENGAN PAMER.


Contohnya ada ibu yang kurang ngerti sama point gue ini, pokoknya isinya kurang lebih gini:

Saya ibu yg suka banget PAMER, saya upload hasil perah saya di hari2 pertama kelahiran anak ke 2 saya,semua orang bisa lihat progress-nya,saya upload stok ASIP saya dulu saat menyusui anak pertama dan juga saat 'menyusui' anak ke 2 saya,semua orang bisa lihat bahwa ASI bisa diperah dan disimpan lalu diberikan ke bayi..saya orang yang mendesign sendiri sertifikat ASI utk TATC,sbg salah 1 bentuk apresiasi kepada anak,ibu,dan ayah yg telah berjuang bersama dalam proses ngASI,saya upload sertifikat ASI anak2 saya sbg pengingat perjuangan saya saat ngASI..saya share kisah menyusui anak ke 2 saya ke berbagai media spt medsos,media online,media cetak,mau pamer biar semua orang tahu ttg PRS,termotivasi utk tdk kalah dr saya yg punya tantangan istimewa tp teteup ngASI..saya suka pamer ilmu di sana sini,bikin supporting group,saya punya 3grup,1fp,saya jg admin di 1grup busui,dan 1grup PRS milik sebuah NPO,agar ilmu saya gak cuma bermanfaat utk diri saya sendiri,tp jg bisa mengedukasi yg lain..IYA SAYA TUKANG PAMER..tapi karena ibu-ibu tukang pamer spt saya jg kan si mba ini jd tahu soal ASI,ASIP dan banyak hal lainnya?tapi krn saya yg tukang pamer,saya bahagia bisa membantu banyak sekali ibu tetap memberikan ASI,bebas dr sufor (tanpa indikasi medis),bahkan karena sikap pamer saya inilah salah satu terapi bagi saya saat saya hampir gila menghadapi kondisi langka anak ke 2 saya..iya saya tukang pamer,dan krn senang pamernya saya ini,saya bersyukur pd Allah saya bisa membantu banyak orang,dan saya pun terbantu smile emoticon saya tidak bisa menyenangkan semua pihak,saya tidak bisa mengendalikan persepsi orang lain apakah saya dianggap tukang pamer atau tukang edukasi,it's up to you lah..tapi mau anggap yg saya lakukan itu sbg usaha pamer jg gak apa-apa, toh saya masih bisa menghadirkan lbh banyak kebaikan daripada keburukan..terima kasih yah mba, telah menyadarkan bahwa saya adalah tukang pamer melalui tulisan mba yg jg dipamerkan ke semua orang hehehe.. salam tukang pamer.


My opinion is: Ibu ini BUKAN tukang pamer, kenapa?

Karena hal-hal yang dia upload mengandung sharing bermanfaat.
Bukan sekedar upload-upload doang dan nyinyirin orang gak bisa pumping 2 freezer.

Hebat sih ibu ini, mengedukASI banget.

Tapi sayangnya, beliau menganggap saya ngejekin dia sebagai tukang 'pamer'.................................................

Padahal...............
Siapa................................
Yang ngejek dia........................................


*sunyi*

Makannya, gue bilang missing my points.
Point yang mana? Yang upload beserta SHARING dan/atau TIPS.

Ibu ini sharing hal bagus sampai naik ke media cetak, dan itu bukan pamer, itu mengedukASI. Karena yang dia share itu BERGUNA.

Selama dia upload sesuatu yang berguna, itu namanya bukan pamer.
Ibu yang bener-bener mengedukASI itu namanya bukan pamer.
Ibu yang menceritakan tentang kisah sukses menyusui itu bukan pamer.

Kenapa? Karena mengandung konten yang bermanfaat. DAN SEKALI LAGI, BERGUNA.

Tujuannya emang untuk edukASI.

Tapi kalo konten lo kosong, ditanyain tips gak jawab-jawab malah asik upload, dalam hati pengen dipuji, nah itu pamer.

"Haloo bunn... hari ini aku dapet 500ml nih... kalau kalian hari ini dapat berapaaa??"  
....

Begitu lho say.




Eh tapi gue judgemental sekalih yah.

Eh, nggak juga sih.


Walaupun bangga dan pamer itu emang lumrah di kehidupan kita. Tapi jangan pamer lalu bersembunyi di label "EdukASI" lah.

Kayak gua dong, pamer tapi jujur HAHAHAHAH. Tuh contoh pamer, pamerin kejujuran dalam memamerkan diri.

Dan, pamer dalam media sosial tuh emang lumrah banget kok. Gua juga suka pamer anak.

Lagian nih ya, toleransi lah sama ibu-ibu yang udah jumpalitan tapi ASInya tetep dikit. Yang mungkin usahanya lebih keras daripada lu lu yang ngejudge ibu ini "kurang usaha".
Bukan cuma gua ya, banyak banget ibu-ibu yang gitu.

Cemen? Tidak.

Down melihat posting-posting berlebihan tentang stok ASIP, cemen? Tidak.

Cemburu.
Apa itu cemen? Tidak.

Karena kondisi psikologis orang itu beda-beda, siapa elu bisa menakar ke-cemenan dan ke-sempitan hati seseorang?

Gua juga cemburu kok ngeliat foto ibu-ibu dengan freezer penuh, tapi selama ibu-ibu upload dengan frekuensi wajar dan tips-tipsnya mah namanya juga bukan pamer kali bos, segitu doang mah gue juga bisa bedain mana yang pamer mana yang kaga.

Lah lagian situ tau sendiri kan, ibu-ibu ASI seret tuh kondisi psikologisnya lagi terguncang, orang mah nyari jawaban di forum, eh malah kena judge "Kamu usahanya kurang kali", "Tata dong cara berpikirmu", "Saya aja bisa kok pumping 500ml sekali, masa kamu gak bisa?".

Damn, bu. We don't need your ml number, we need your tips!

Gue di posting itu mengaku diri cemen karena down melihat foto-foto freezer, dan mereka menyarankan gue untuk memperluas hati dan menata pikiran dan mindset. Eh karena gue mengaku diri cemen, ya digunakanlah kata cemen ini untuk berbagai hal.

"Yaiyalah gak termotivasi, wong HATInya cemen dan suka negative thinking dengn apa yg orang lain upload, 
dan hebatnya tau banget ya tujuan orang upload ASIP tuh = PAMER, please deh coba berdamai dgn diri sendiri, dan berusaha tidak negative thinking mulu ke orang lain #LambaikanBeha 
tongue emoticon"

Eaaa hati, hahahah <3

Tau banget tentang tujuan orang lain? Nggak tuh, hahaha. Tapi kalau orang itu udah upload foto freezer berlebihan, siapa pula yang tidak mengendus bau-bau pamer? 
"Upload ASI=Pamer?" nggak juga, toh udah dijelasin di atas, udah dijelasin malah di statement pertama gue. Kalo 1-2x posing sehari yah walaupun tanpa caption apa-apa ya bisalah dibilang bukan pamer, kalo SPAM itu baru pamer. 

Lagian mah niat itu dari hati ya, kalau hatinya tertohok ya berarti sebenernya merasa pamer in denial, iya nggak sih? Nggak ya? Yaudah deh maaf.

#LambaikanBehaJuga #LambaikanPlastikGabag #LambaikanFreezer hahaha


Walaupun gue suka sok  ngaku-ngaku diri cemen, tapi dalam hati, gue gak merasa gue cemen. I am one kind of mama, ini self declaration ya. Gue bangga dengan perjalanan menyusui gue. Apa ini pamer? Setengah-setengah. Karena di blog ini, gue udah ngasih tips dan sharing yang **semoga** berguna bagi kita semua, tapi setengah lagi? Gue beneran bangga dengan pencapaian gue, dan gue butuh pujian. Iya, sekarang gue lagi pamer, bedanya gue pamer ngaku LOL.

Kalo bisa, melakukan sesuatu jangan berlebihan lah. Upload juga ya wajar aja lah, jangan SPAM kosong tanpa sharing-sharing tips atau apapun itu yang gak ber'ilmu',


Di AIMI juga kalogasalah gaboleh posting tentang freezer dan stok ASIP kan? HAHAHAHAHAHAHAHHAHAH.




Ya karena itu tadi, kecemburuan sosial.

Tapi ada lho, yang termotivasi, eh, termotivASI:

Setuju sekali mbk..tpi entah knp saya kalau lihat postingan ibusui lain yg freezer nya penuh malah jd termotivasi..pumping jd dpt bnyk heheheh..saya tipe ibu yg asi keluar deras hny bila di susui langsung..kalau diperah hanya bsa dpt 50 ml paling byk.sementara saya bekerja dan baby perlu asi perah saat ditinggal krj.mungkin cuma sugesti bgtu liat freezer busui lain penuh hormon oksitosin jd meningkat.sekali perah 10 menit bsa 120ml.

Hebat! Good job!





Tapi banyak juga yang nggak, tapi apa mereka terang-terangan mengakuinya? Nggak lah, gak enak sama yang lain, ngalah aja. Kan harus seneng sama kebahagiaan orang, toleransi. Lah, gua ngaku di depan umum aja udah dilabelin hati penuh iri dengki, apalagi ibu-ibu minder silent reader yang cuma diem-diem baca? Mau sependapat sama gue, tapi takut kena damprat.


Niatnya berpendapat, eh malah kena damprat.
IT RHYMES!

Gue ada beberapa contoh KECIL yang gue temukan, mungkin mereka gak menyatakan 'minder' secara langsung, tapi kalau lu masih orang yang memiliki kesensitifitasan yang tinggi, pasti merasa 'ngeh' sama apa yang mereka bilang:


"Walaupun nggak berlimpah kaya ibu2 lain.."


Tuh, dengerin. Padahal berapa yang dia pompa? 150ml!

150ml!

150ml pompa itu udah banyak banget menurut gue!!!
Dan karena ibu-ibu yang nggak sensitif, si ibu ini jadi merasa 'kurang', 'nggak berlimpah'.

Dan tugas gue: Memastikan bahwa yang dia pompa itu banyak, dan ucapan semangat, serta yang terpenting growth chartnya sesuai!

Ini gimana toh ibu-ibu, kalau mau motivasi tuh ya kasih semangat lah, kalau kayak gini kan jadi banyak 'korban' perasaan. Bangga boleh, over-bangga dengan membanding-bandingkan isi kulkas ya jangan.

Dan apa ibu ini cemen? Nggaklah, yang cemen itu lu, yang merasa pantas ngatain ibu "cemen".

"Blm banyak tp usaha terus"

BELUM BANYAK TAPI USAHA TERUS.

Gara-gara ibu-ibu yang kompetitif pamer freezer, jadi ada lagi ibu yang berpresepsi bahwa 50ml sekali pompa itu sedikit. Padahal mah, buat gue itu CUKUP.

Sekali pompa aja bisa 50ml, apalagi nyusuin langsung? Pastiii lebih banyakkk...
Dan gue pun comment hal yang sama, "Semangat yaaaa yang penting growth chart"

Ini aja baru 2 lho, gue belum mencari lagi lebih jauh.



Dari sini aja udah pada tau kan, kalau upload freezer BERLEBIHAN dapat membuat orang lain termotivasi sekaligus membuat orang lain malah minder. Seperti pedang bermata dua.

Kalau emang ada pihak yang terluka, ya toleransi lah, kurang-kurangin tuh upload foto tiap pumping every single time, lagian bangga berlebihan itu nggak baik, bisa menyebabkan rasa bersalah yang mendalam bagi ibu yang gagal ngasih anaknya ASI.

Agar gak menyakiti orang lain, mari kita buat posting dukungan ASI dalam bentuk yang lebih on point, seperti komen-komen kecil yang kayak gue lakukan, mengedukASI sopir taxi yang anaknya baru melahirkan, dan kalo kata Kak Icha, urunan beli breastpump, yang jelas-jelas gak akan ada orang yang merasa tersakitty.





Intinya, gue mengajak kalian untuk lebih sensitif. Dengan pembahasaan yang menampar. Yang artinya aku sendiri gagal sensitip :(

Intinya toleransi bangsa menyusui lah.


Udah ya, jangan ngambek dong? Maaf ya kalau perkataanku ada yang salah.. jangan marah ya.. 

Tapi gue tetep gak mengubah sudut pandang gue ya, gue juga gak maksa orang untuk setuju, tapi plis dong, hati gue gini-gini luas seluas Negara Api.



Cuuss sono minum es jeruk.




















Ini koleksi tulisan gue tentang ASI:

Drama ASI Seret + Tips

ASI Seret Untuk Kedua Kalinya!


Back to Top