tag:blogger.com,1999:blog-16259156675983726492024-03-18T00:10:25.547+07:00HaloTerongIndonesian Beauty Blogger, Indonesian Parenting BloggerHaloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.comBlogger423125tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-63914457716167583772024-03-18T00:09:00.003+07:002024-03-18T00:09:50.453+07:003 Alasan Kenapa Percaya Hoax, Nomor 3 Membuat Tercengang!<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="To foil fake news, focus on infectiousness | Stanford News" aria-hidden="false" class="sFlh5c pT0Scc iPVvYb" jsaction="VQAsE" jsname="kn3ccd" src="https://news.stanford.edu/wp-content/uploads/2021/10/GettyImages-1298158450.jpg" style="height: 413px; margin: 0px auto; max-width: 1500px; width: 619px;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Credit: Getty Images</i></td></tr></tbody></table><div><br /></div><b><a href="http://www.haloterong.com/2024/03/3-alasan-kenapa-percaya-hoax-nomor-3.html" target="_blank">3 Alasan Kenapa Percaya Hoax, Nomor 3 Membuat Tercengang!</a></b> - Kayanya kita semua pernah ngerasain yang namanya sensi sama orang tua yang kemakan hoax grup WhatsApp. Generasi kita (KITAAA SIAPE KITAAA) suka merasa lebih kritis dari generasi tersebut, lah abisnya gimana? Mereka kok bisa-bisanya percaya hal-hal yang mustahil secara logika?? Kok bisa percaya aja kalau bapak-ibu Presiden Jokowi tuh orang Tionghoa? Kok bisa percaya aja sama virus yang mengubah orang menjadi zombie?? Kok percaya aja sama teori konspirasi yang aduh plis banget kata gw teh, ga masukkk akal sama sekali.<div><br /></div><div>Sampai-sampai gue mengalaminya sendiri.</div><span><a name='more'></a></span><div><br /></div><div>Gue ngeliat video di reels/TikTok, di video itu tuh ada buah tapi warnanya aneh gituu lho. Video tadi tuh sangat believable dan sempurna secara visual (high-resolution, tidak terlihat seperti hoax, terlihat RIIL cuy), sehingga gue percaya.</div><div><br /></div><div>Gue tanya lah ke Eki, "sayang ini beneran gak sih??"</div><div><br /></div><div>Lalu Eki menjawab,</div><div><br /></div><div>"Hati-hati sayang, jangan gampang percayaan, nanti kayak ibu-ibu grup WhatsApp".</div><div><br /></div><div>LALUUU GW TERTAMPAR WKWK.</div><div>Gue mulai memahami jalan pikir orang tua yang gampang termakan hoax, karena ternyata gue</div><div>berada di 'orbit' itu. Gue udah lengah dalam mempercayai konten yang beredar di media sosial, pertahaman gue atas konten palsu tuh udah mulai kedobrak, dan ini semua terjadi dengan sangat natural.</div><div><br /></div><div>Akhirnya gue bisa menyimpulkan 3 alasan kenapa orang bisa percaya sama hoax.</div><div>Menurut gue, faktor yang bisa membuat orang-orang bisa kemakan hoax adalah:</div><div><br /></div><div><span style="background-color: #fff2cc; font-size: medium;">1. Perkembangan teknologi yang terlalu maju</span></div><div><br /></div><div>Teknologi udah terlalu cepat untuk orang yang kesehariannya tidak berkutat di wilayah itu. Gue ngga nyalahin kemajuan teknologi lho ya, tapi untuk orang dewasa dengan fokus hidup beragam dan intens, mengikuti perkembangan teknologi tuh tidak jadi prioritas. </div><div><br /></div><div>Generasi di atas gue bisa percaya pada website berita online yang sumbernya meragukan, tapi fair enough kok: mereka ngga tau kalau website berita ternyata bisa dipalsukan. Duh, siapa sih yang nyangka kalau nama portal berita resmi aja bisa dibuatin website palsu dengan plesetan nama yang ngga mungkin disadari kalau ngga teliti?</div><div><br /></div><div>Generasi gue lebih parah lagi, kami berkutat dengan AI. Kami hidup di jaman di mana muka orang bisa ditempel ke badan orang lain dan suaranya bisa dipakai untuk sampling buat ngomongin hal apapun, berat kan?</div><div>Generasi gue masih bisa bedain video hoax kalau bentuknya masih low resolution dan editannya ngga alus, tapi kalau udah berhadapan dengan AI yang canggih? Susah bro.</div><div><br /></div><div>Video hoax dari AI udah high resolution semuaaa.... Gue pernah liat video telur yang pas dipecahin tuh isinya kuningnya doang, kecil-kecil dan jumlahnya banyaaak banget, kayak ada 25 kuning telur, apakah gue percaya? Harusnya kan nggak, tapi videonya udah reaaal banget.</div><div><br /></div><div>Gue juga bisa 'sedikit' curiga karena gue tau lah dikit-dikit soal video editing, masking gambar, lah kalo ibu-ibu bapak-bapak itu gimana? Bisa jadi konsep edit video tuh ga ada di kepala mereka, hanya ada proses ngambil gambar dari hape terus di-upload dan disebarkan.</div><div><br /></div><div><b>Konsep '<i>seeing is believing</i>' udah ngga bisa diandalkan lagi di jaman AI</b>, satu-satunya alat 'pemindai' hoax hanyalah akal sehat dan kemampuan kritis yang lebihhhh tajam lagi.</div><div><br /></div><div><span style="background-color: #fff2cc; font-size: medium;">2. Malasnya (dan REPOTNYA) mencari informasi</span></div><div><br /></div><div>Kembali lagi ke konsep makin tua makin sibuk, makin pusing, makin males ngurusin yang gak penting. Faktor kemalasan ini didukung oleh fabrikasi sempurna oleh AI, begh sungguh sulit tantangannya.</div><div><br /></div><div>Sebetulnya, naluri untuk percaya dengan mudahnya tuh sungguh ada, mungkin inilah yang membuat orang tua di grup WA juga percaya, karena 'kemasan' hoaxnya tuh believable banget, sampai-sampai merasa ngga perlu untuk mengkaji ulang berita yang didapat. Gampangnya, <span style="background-color: #d0e0e3;">ngapain dicari ulang? Toh berita/video yang gue liat udah real banget kok.</span></div><div><span style="background-color: #d0e0e3;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white;">Gue ga membenarkan sifat malas mencari informasi, namun untuk orang dewasa yang maha sibuk dan maha pusing, gue sangat memaklumi banget, karena proses mencari kebenaran itu makin hari makin susah. Mencari kebenaran di era post-truth ini bagaikan mencari selembar kertas HVS kosong di tumpukan sampah dokumen, susah. Bayangin, kadang googling aja ngga cukup, karena terlalu banyak berita tendensius yang mem-back up hoax tersebut di search engine. Kalau Google aja siwer nyaring berita, gimana gue coba? Hahahah!</span></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white;">Sekali lagiiii, gue ga membenarkan 'malas'nya nyari informasi tambahan, namun serius, makin kesini tuh batas antara asli dan palsu makin kabur.</span></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div><span style="background-color: #fff2cc; font-size: medium;">3. Jaman sekarang, apapun jadi mungkin.</span></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white;">Menurut gue, kepercayaan ini sih yang ngebuat orang gampang kemakan hoax. Hadapilah, jaman tuh makin aneh dan makin rusak. Dalam 10 tahun terakhir aja udah berapa banyak ke'anehan' jaman yang terjadi? </span></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white;">Covid,</span></div><div><span style="background-color: white;">AI,</span></div><div><span style="background-color: white;">Berita kriminal yang terlalu immoral dan surreal,</span></div><div><span style="background-color: white;">Isu resesi ekonomi di Indonesia,</span></div><div><br /></div><div><span style="background-color: white;">Hal-hal aneh tersebut tuh nyata. </span></div><div><span style="background-color: white;">Covid aja yang segitu bahaya dan 'aneh' aja nyata kok, maka bisa jadi virus zombie di grup WA keluarga itu terjadi di jaman sekarang.</span></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div><span style="background-color: white;">Dunia udah makin aneh cuy, kasus pedofil kalangan elit aja udah kebongkar (merujuk ke berita Jeffrey Epstein), maka modus operandi lain juga mungkin aja terjadi meskipun ternyata hoax. </span></div><div><br /></div><div>Semangka bentuk kotak aja ada kok, terus kenapa gue ga boleh percaya adanya telur yang isinya kuning telur kecil-kecil sebanyak 25 butir?</div><div><br /></div><div>Dunia udah seaneh itu sampe-sampe orang percaya berita palsu yang paling konyol sekalipun, karena dunia nyata dan dunia hoax itu kadar aneh dan prik-nya setara.</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Akhirul kata, gue udah capek banget sih catch up dengan berita sekarang. Semoga gue tetep diberi kekuatan pikiran untuk selalu kritis dan tidak pernah lengah dan berakhir dengan kemakan hoax.</div><div><br /></div><div><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div> </div><div><br /></div>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-24671305654673128162024-02-23T16:30:00.006+07:002024-02-23T16:36:52.749+07:00Review Quantum Topper Bamboo Greentea Latex<div class="separator"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5p6Il9-2snQAwPB6qBRb-faJ4WWU3iOPSx3nUEEZ1yjv96Jt1WyZv-likBRMRlMfHcciogrxB_SeIDnVgKEtz5QGkev1AM4Uvp7yitBBCwFz5pQskkDik6DyWSO1FGYYRf0xUijpUHk90HYDMmbRABUkH3yKOWnC6BT587bFM-DS__Ng0Ho4K8Xa9i0Q/s700/1b95a98c-e3c6-497f-9ab0-f51b8b619763.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="700" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5p6Il9-2snQAwPB6qBRb-faJ4WWU3iOPSx3nUEEZ1yjv96Jt1WyZv-likBRMRlMfHcciogrxB_SeIDnVgKEtz5QGkev1AM4Uvp7yitBBCwFz5pQskkDik6DyWSO1FGYYRf0xUijpUHk90HYDMmbRABUkH3yKOWnC6BT587bFM-DS__Ng0Ho4K8Xa9i0Q/w640-h640/1b95a98c-e3c6-497f-9ab0-f51b8b619763.jpg" width="640" /></a></div><br /><p style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /><a href="http://www.haloterong.com/2024/02/Review-Quantum-Matress-Topper-Bamboo-Greentea-Latex.html"><b>Review Quantum Topper Bamboo Greentea Latex</b></a> - Menginjak usia 28 (AKHHHHH), gue udah sangat concern masalah tidur nyenyak. Gue baru sadar kalau tidur berkualitas itu adalah hal yang penting banget, karena bangun dengan punggung sakit adalah malapetaka hebat. Awalnya gue pake kasur ukuran 210x200 untuk berdua, sempit banget tapi gapapa kan ceritanya mesra... tapi ga deng, ternyata sempit banget sampe kesel sendiri. Puncaknya adalah ketika tiap bangun tidur punggung gue sakit, gue merasa karena kasurnya sempit jadi gue ga bisa leluasa tidur telentang sehingga postur badan gue salah.<br /><br />Akhirnya gue beli kasur 160x200 dari Elite, tingkat kekerasannya adalah medium firm. Am i happy with that? I’m happy with the size tapi KERASNYA ITU LOH AMPUN. Pas gue duduk di kasur aja, kasurnya kaya keras banget, ga kayak duduk di kasur tapi duduk di sofa tipis, paham kaaan :’) ini bukan salah kasurnya ya, ini salah gue yang merasa medium-firm itu masih tergolong empuk padahal kaga.</p></div><p><span></span></p><a name='more'></a>Awalnya gue merasa ini masalah adaptasi aja, tapi tengah malem gue kebangun dua kali karena kasurnya too hard terlalu keras terlalu militer, sehingga gue merenungkan keputusan apa yang bakal gue ambil. Mau ganti kasur? Ga bisa, kan baru beli kemaren, mahal dong, terus mau dikemanain ntu kasur? <p></p><p>Akhirnya gue memutuskan untuk beli <b>matress topper. </b>Matress topper adalah matras tipis yang dicantelin di atas kasur untuk ngakalin permukaan yang keras jadi empuk. Matress topper juga bisa buat ngakalin kasur lama yang per-nya udah timbul. Walaupun fungsi utamanya untuk jadi lapisan tambahan kasur, matress topper juga bisa dipake secara tunggal ((tunggall)) sebagai kasur tipis untuk tamu.</p><p>Gue surfing-surfing ke Twitter dan nemu banyak review betapa life-savernya matress topper ini. Testinya kadang clickbait banget, “kasurku jadi sekelas kasur bintang lima” halah, kamu pikir aku akan percaya???</p><p><span style="font-size: medium;">YAIYALAH!</span></p><p>Gue liat-liat merk yang direview, ada yang dari Dunlopillo Latex Topper setinggi 2,5 cm, ada yang dari Quantum setinggi 9cm. Nah... masalahnya gini...</p><p>1. Kasur gue 32cm, udah tinggi banget. Kalo tambah topper yang tinggi, nanti jadi 40cm dong? Emang ada sprei setinggi itu?</p><p>2. Diliat dari testimoni, makin tebel makin empuk makin enak. Tapi nanti jadi tinggi banget?</p><p>Akhirnya gue memutuskan untuk beli yang tebel sekalian dah ah yang penting kasurnya empuk, gue kesel banget sama kasur keras kasur militer.</p><p>Pilihan gue jatuh ke <b>Quantum Topper Bamboo Greentea Latex</b></p><p>Hal yang bikin gue tertarik untuk beli adalah cover matras dari bahan bamboo.</p><p>Gue tertarik karena setau gue bahan bamboo tuh lembut ya, walaupun tetep ditutup sprei tapi gue takut aja cover matress topper ini kresek-kresek kalau bergesekan dengan sprei. I hate bahan jelek untuk keperluan tempat tidur.</p><p>Akhirnya setelah gue tanya-tanya di Live Shopee, gue memutuskan untuk beli yang <b>ukuran 8cm</b><i style="font-weight: bold;"> </i>karena apalah tinggi sprei kalo itu membuatku nyaman?!</p><p><br /></p><p><img alt="Product image Topper Bamboo Greentea Latex Quantum 3" class="IMAW1w" height="640" src="https://down-id.img.susercontent.com/file/id-11134207-7r98u-lmzhkzjvpi4n8a" width="640" /></p><p><b style="background-color: #fff2cc;">Deskripsi produk:</b></p><p></p><ul style="text-align: left;"><li><b>Terbuat dari greentea latex</b>. Sebenernya gue ga terlalu paham apakah ini sama dengan natural latex yang membal-membal itu? Kayaknya ini latex yang didevelop sendiri sama si Quantum. Sepengamatan gue di konten TikToknya Quantum, kayaknya ini busa foam yang digimanain gitu karena pori-porinya keliatan lebih besar, beda sama latex yang pori-porinya lebih kecil.</li></ul><div><br /></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Bamboo fabric cover. </b>Dia adalah sarung dari busa greenteanya. Gue ke-hook banget sama fitur ini, karena kalau kotor bisa dicuci aja covernya, kalau ga ada covernya, nanti dicucinya pegimane?</li></ul><div><br /></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Ada karet untuk nyantolin ke kasur.</b> Fitur ini juga fungsional banget, jadi ga terlalu kegeser, walaupun agak kegeser dikit tapi tetep keliatan rapih karena terlihat ‘nyatu’ sama kasur.</li></ul><div><br /></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Tingkat kepadatan medium. </b>Nah gue sebenernya takut, karena gue pengennya yang medium-soft, apakah topper ini akan memberikanku keempukan duniawi yang aku cari-cari selama ini???</li></ul><div><br /></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Tersedia di ketebalan 5cm dan 8cm. </b>Kata orang di testi Shopee sih, yang 5cm aja udah empuk banget, tapi karena i have a serious issue about working out my kasur keras, jadi gue pilih yang paling tebel.</li></ul><div><br /></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Tersedia dalam 7 ukuran kasur. </b>90, 100, 120, 140, 160, 180, dan 200. Semuanya dengan panjang 200cm ya. Kalo panjangnya 3 meter itu bukan kasur itu namanya gapura.</li></ul><div><br /></div><div><br /></div><div><b style="background-color: #fff2cc;">REVIEW!</b></div><div><b><br /></b></div><div>Terus, gimana rasanya pas udah dipasang....?</div><div><b><br /></b></div><div><div class="separator" style="clear: both; font-weight: bold; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjObA4vK4_1-SqTGSMStOewroY9a_GKgrXv_8p_4YmfVV--w2-40srLnIY570QmCc9xjJwTz9yhqZpdjRSngtw2zWXvXxFxfbCfFt8UwLs17lU8pfn5ntan0MRU9R4VOrkCIFMXxScPDiimsUhDH-DkGJ4ERF8ulR3d4C7gK-K8YjNkWLjP0cb7145Rrww" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjObA4vK4_1-SqTGSMStOewroY9a_GKgrXv_8p_4YmfVV--w2-40srLnIY570QmCc9xjJwTz9yhqZpdjRSngtw2zWXvXxFxfbCfFt8UwLs17lU8pfn5ntan0MRU9R4VOrkCIFMXxScPDiimsUhDH-DkGJ4ERF8ulR3d4C7gK-K8YjNkWLjP0cb7145Rrww=s16000" /></a></div><br />Pas dipasang dan terjun ke kasur, gue langsung menyukuri nikmat yang Allah berikan karena... </div><div><b><br /></b></div><div><b>💘GOD, THIS MATRESS TOPPER IS SO COMFY!!!💤</b></div><div><b><br /></b></div><div>Gue beneran langsung ketawa-ketawa di kasur (diliatin Eki), karena beneran ini game changer banget. Kasur gue jadi berubah total karena jadi empuk.</div><div><br /></div><div>Yang gue suka dari pake matress topper adalah, walaupun dia empuk, tetep aja alasnya kan kasur ya, jadi ngga ada sensasi ‘jeblos’ yang terlalu dalem. Pas gue tidur pun ngga ada sensasi ’tenggelam’ dalam kasur.</div><div>.</div><div>Tingkat keempukan medium menurut gue feelnya udah kayak medium-soft, karena perbedaan keempukannya jauh banget dari kasur gue yang medium-firm, secara teori kan sebenernya mereka cuma beda 1 level ajah, tapi nyatanya bedanya jaaauh banget. Ini empuk sekali. Keempukannya lebih ke membal, berasa banget kalau ini tuh dari busa latex, kalau jatuhin tangan ke matress topper, akan membal-membal mantul dikit.</div><div><br /></div><div>Pas di[ake tidur untuk pertama kali, <b>bangun-bangun badan gue uda ga sakit-sakit lagi </b>dan tidur pun lebih nyenyak.</div><div><br /></div><div>Tapi in a very fair judgement, gue tetep merasa sepertinya kasur yang udah bawaannya empuk akan lebih baik dari kasur yang ditambahin matress topper seperti ini. </div><div><br /></div><div>Untuk ukuran 160x200, fittingnya ngga terlalu presisi, tapi pas disarungin sama sprei tuh ngga keliatan ‘misah’ banget sih.</div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj5oh0q4zfbVkV7fjtt2EEa-GBzyw78jojB2o4KjfbK1GIyhGlBjAXyyrbeTgXuXgFfuk64SjE7AvUgOCnI8wz9jBQBjod-YRCbrleD6ik5DZXB50MeS-qXvjJld1u-YfFaOJlENsDo6bYXnM8CZaWSUeC_qrqBHkwQgVyurRwWnwSyWUknp82FLXePiQA" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj5oh0q4zfbVkV7fjtt2EEa-GBzyw78jojB2o4KjfbK1GIyhGlBjAXyyrbeTgXuXgFfuk64SjE7AvUgOCnI8wz9jBQBjod-YRCbrleD6ik5DZXB50MeS-qXvjJld1u-YfFaOJlENsDo6bYXnM8CZaWSUeC_qrqBHkwQgVyurRwWnwSyWUknp82FLXePiQA=s16000" /></a></div><br /><br /></div><div>Spreiku ngatung ya guys, bayangkanlahhhh<b> tinggi kasurnya jadi 40cm</b>, sedangkan sprei yang kupake tingginya cuma 26cm. Kalian harus kalkulasikan tinggi kasur dan tinggi topper, menurutku tinggi segini tuh udah maksimal banget. Kalau kasur kalian 20-25cm, mungkin masih aman kalau mau beli topper yang lebih tebel lagi, tapi untuk kasurku yang <b>32cm</b>, maka topper 8cm adalah tinggi maksimal.</div><div><br /></div><div>Kasur ngatung gini aku ga masalah soal estetika, tapi <b>aku takut karet spreiku jadi kendor </b>karena dipaksa ngejengkang ngikuti lebar kasur. </div><div><br /></div><div>Hal yang menurut gue ngga penting tapi ternyata menghibur adalah cover bamboo yang ternyata nyaman banget, lebih nyaman dari bahan sprei gue wakakaka.</div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi_lnlXDm-Z8H6DolaZpNR9wnNYp3C8ijWwThRQWdyRiFshTqcV5lYjmuizH6jvmMYZVOcomp4eDXzHcvJ481yFjB49U0sIEvEn-OU74t7kzobAV5Cf7oiXB1DTxZf8EnTjKrCByu8OMzr0sEssTSCnnwG5HnSuzehPSznwuCEoD6HRSRTgzuB_mcqAwgg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi_lnlXDm-Z8H6DolaZpNR9wnNYp3C8ijWwThRQWdyRiFshTqcV5lYjmuizH6jvmMYZVOcomp4eDXzHcvJ481yFjB49U0sIEvEn-OU74t7kzobAV5Cf7oiXB1DTxZf8EnTjKrCByu8OMzr0sEssTSCnnwG5HnSuzehPSznwuCEoD6HRSRTgzuB_mcqAwgg=w640-h480" width="640" /></a></div><br />Pas tiduran di sini, gue mempertanyakan hakikat sprei gue, “kenapa cover matrass lebih nyaman dari sprei gue ya....”</div><div><br /></div><div>Menurut gue, kalau ngga pake sprei pun ini ternyata nyaman dan lembut banget, tapi kadang gue mikir... apakah ini hanya teknik untuk membuat harga jadi makin mahal? Padahal kan takdirnya doi untuk ditutupin ya kwkwkwwk. Rasanya ngga gitu sih, kalau bahannya jelek dia akan kresek-kresek sama sprei.</div><div><br /></div><div>Matress topper ini kalau dijadiin matras tunggal buat tamu masih sangat layak banget, dan ga usah pake sprei pun udah enak banget bahannya. </div><div><br /></div><div><b style="background-color: #fff2cc;">Intinya...</b></div><div><b style="background-color: #fff2cc;"><br /></b></div><div><b style="background-color: white;">BELI.</b></div><div><br /></div><div>Rasanya beneran kayak kasur baru. Apakah seperti kasur hotel? Ngga bisa dibandingkan karena teknik bedding hotel pasti beda sama teknik bedding yang dipake rakyat biasa. Apakah seperti dipeluk oleh awan? YA. Kasur murah pun dipakein ini udah bisa berasa kasur mahal yang empuk dan nyaman.</div><div>Moral of the story: <b>kasur murah kalau dipasangin ini pun bisa serasa kayak kasur mahal.</b></div><div><br /></div><div>Tidur jadi jauh lebih berkualitas, lebih nyaman, dan udahlah beli aja.</div><div><br /></div><div><span style="font-size: large;"><u><a href="https://shope.ee/8zhAMuh1yD" target="_blank">Link belinya di sini ya!</a></u></span></div><div><br /></div><div></div><p></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-20039386197522919862024-02-19T14:07:00.000+07:002024-02-19T14:07:12.592+07:00Suka-Duka Kerja di Jakarta dan Tinggal di Jogja<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjXUuo4IWluSKqykWKV-DMH8IWVU_OBTbmpGZ5pi5is4hvaIrwvhqaevn8QuQhIuEyStXI9NVFSBO2TTdcZo0fOOsEj64aJv9KEpghRHa0KdAsDRRHEM5bMabqPlv7XY-a6AkhWgj1qGYWxalXPsusN1jfWhTz-Eq7YL_F8KN5VDijl5zWej_l5GtFBeI/s1080/IMG_0412.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjXUuo4IWluSKqykWKV-DMH8IWVU_OBTbmpGZ5pi5is4hvaIrwvhqaevn8QuQhIuEyStXI9NVFSBO2TTdcZo0fOOsEj64aJv9KEpghRHa0KdAsDRRHEM5bMabqPlv7XY-a6AkhWgj1qGYWxalXPsusN1jfWhTz-Eq7YL_F8KN5VDijl5zWej_l5GtFBeI/s16000/IMG_0412.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cr: Pinterest</td></tr></tbody></table><br /><p><br /></p><p>Sebagai musisi, kami paham banget kalo lapangan konser (lapangan kerja musisi wakakak) itu lebih banyak di Jakarta. Gue sedang mengalami dinamika ini, dan gue mengalami banyak hal yang bisa gue share untuk kalian-kalian yang mau menempuh gaya hidup yang sama, baik yang musisi maupun yang non musisi.</p><p>Jargon “Kerja di Jakarta, Hidup di Jogja” kerap diidam-idamkan masyarakat, karena ceritanya gaji di Jakarta tinggi, biaya hidup di Jogja rendah.</p><p>Tapi benarkah kayak gitu?</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><p><b><span style="font-size: medium;">1. Gaji Jakarta vs. Gaya Hidup Jogja</span></b></p><p><br /></p><p>BETUL bahwa gaji Jakarta bisa 2-3x lipat gaji Jogja, terutama fee musisi. Ada beberapa orkes atau job di Jogja yang gajinya hampir setara dengan Jakarta, tapi ngga banyak, dan gak menjadi normal rate.</p><p>Tapi gini guys, kalau kamu di Jakarta, dengan gaji di Jakarta, akhirnya kebanyakan kamu pake biaya hidup yang mana? Ya biaya hidup Jakarta, karena selama kamu kerja kan kamu pasti minimal punya tempat bermukim, makan di sana, ngopi di sana. Jadi sebenernya kan sama aja… kecuali kamu ngejob di Jakartanya sekali-sekali aja, maka bisa dah tuh kamu menikmati gaji Jakarta dengan biaya hidup Jogjakarta.</p><p>Satu job di Jakarta misalkan Rp. 3.000.000 gitu ya, biaya kereta ekonomi premium PP ya pukul rata Rp. 580.000, terus ngekos atau hotel sekian hari (6 hari misalkan), akau patungan ngekos bareng temen, ya paling yang dibawa pulang ke rumah kurang lebih Rp. 2.000.000an atau kurang dari segituan.</p><p>Tapi jadi good deals kalau konsernya berturut-turut, jadi bisa double penghasilannya, tapi ya dijaga aja gaya hidupnya biar bisa bawa pulang banyak ke Jogja. </p><p>Tapi ya kalau mega job banget, akan lebih banyak cost di Jakartanya dibanding Jogjanya.</p><p>Sebaga orang yang meng-utilized hal ini, gue merasa tetep good deals sih dengan kerja di Jakarta dan tinggal di Jogja dari segi finansial. </p><p>Tapi….</p><p><b><span style="font-size: medium;">2. Capek betul coyyy</span></b></p><p>Gue merasa tinggal seminggu di Jogja jadi sebuah kemewahan, bayangin dah kalo di Jakarta minimal spare sehari untuk perjalanan dengan kereta 8 jam. Oh jangan nyaranin pake kereta malem dan tidur di kereta ya, mana bisa, waspada terus, mana kondisi kereta kadang ga memungkinkan untuk tidur yang layak (not even nyenyak), apalagi kalo sebelah lo stranger. Gue sebagai perempuan sangat sumpah demi Allah was-was banget kalau tidur di kereta, takut dicopet lah, takut digrepe orang lah, takut ternyata pas tidur baju gue berantakan, jilbab berantakan keliatan rambutnya, no no no i cannot.</p><p>Salah satu pengalaman traumatis gue adalah naik kereta ekonomi malem-malem, walaupun sebelah gue suami gue, tetep aje depan gue entah siapa au dah, apalagi gue dapet kursi yang 3 orang BEUGH SEMPITNYE. </p><p>Terus jangan ngatain gue klasis ya, tapi di kereta ekonomi tuh lapisan masyarakatnya kadang ga punya konsep higienis dan etiket yang sama, kadang suka naikin kaki di kursi depan, ada yang ngeludah di tisu dan tisunya dibuang sembarangan dan bauk, ada yang ngobrol berisik. Iya deng klasis, cuman gimana ya ini harus di-point out. </p><p><b><span style="font-size: medium;">3. Mode kerja</span></b></p><p>Pas uda sampai di Jakarta pun mode kerja semua, tau aja kalo orang Jakarta mode kerjanya gimana apalagi di industri hiburan. Gladiresik aja bisa ampe jam 12 malem, standbynya dari jam 12 siang, ya iya kalau dari jam 12, yang dari jam 7:30 juga banyaaaak.</p><p>Gue jadi mikirin soal kesehatan fisik dan mental karena asli berantakan dan capeknya 4x lipat dibanding kerja di kota yang sama.</p><p>Trafficnya coba dibayangkan tuh kalau tinggalnya di Tangsel atau Jaksel tapi lokasi kerjanya di Kemayoran, aaaak siap-siap kopi satu gentong.</p><p>Saat mode kerja, ga bisa yang tipikal abis latian (jam 9 malem, setengah 11 max) lalu nongkrong. Ya bisa sih tapi asli gue salut banget ma tenaga lu pada, gua sih uda mode bodoh banget kalau diajak nongkrong after hour. Nongkrong sebelum kerja? Ga mungkin coy mending turuuuuuu mending bobok hahahaha (kecuali yang energinya 600%)</p><p>Ini kan dari sudut pandang gue yang energinya selalu 70% ya, maklum batery healthnya uda gabisa ngecharge sampe 100% hahahaha.</p><p>Gue sampe tempat latihan tuh ya 60% lah, kelar latihan udah gabisa diajak ngobrol, udah 20% energinya. </p><p><br /></p><p><span style="font-size: medium;"><b>4. Balik lagi ke gaji</b></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinJ417AUlvkNHMQKdw8W2Kf-q4Nu5MkgUjlXghgNseIdaL2R9oI89YIfG5XxCoFSZYOvU-Fi0NaBETrl1DTYqtONhoi-MIfw3Qt47S1m5S4cbaYaTwsbaDk2Tp1zjJK9Rr7LIsKFXQvg0GqDo9AmzjqegMo-f3r9dRw4ZDi6XC2iJXlBBBoCS8S62Kifo/s2388/IMG_1212.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1668" data-original-width="2388" height="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinJ417AUlvkNHMQKdw8W2Kf-q4Nu5MkgUjlXghgNseIdaL2R9oI89YIfG5XxCoFSZYOvU-Fi0NaBETrl1DTYqtONhoi-MIfw3Qt47S1m5S4cbaYaTwsbaDk2Tp1zjJK9Rr7LIsKFXQvg0GqDo9AmzjqegMo-f3r9dRw4ZDi6XC2iJXlBBBoCS8S62Kifo/w640-h448/IMG_1212.jpeg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Desain kamar mandi baru karena sudah optimis akan punya duit dari lelahnya perjalanan kereta</td></tr></tbody></table><br /><p>Tapi zuzur emang enak hahahahahaha, berkat gaji Jakarta aku bisa upgrade kasur di Jogja ahahahahah aku bisa pasang AC ahahahaha aku bisa ganti horden jadi roller blind hahahaha aku bisa nabung ahhahaha</p><p>Kata orang, mumpung masih muda, semangat nyari duit.</p><p>Kalo kata gue, gapapa kalau mau milih full di kota yang UMRnya rendah ini demi kesehatan fisik dan mental, ga ada yang nyuruh lo tajir kayak Donald Trump juga, kerjain lah yang paling nyaman. Asli.</p><p>Gue sih menikmati ya, sebagai born and raised di Jakarta coret (Tangsel), uang adalah hal yang sangaaattt masuk akal untuk dikejar walau cape dikit (gak deng, capek banyak).</p><p>***</p><p>Pada akhirnya, gue jadi tau gimana dinamika diaspora Jawa yang nyari uang di Jakarta, kalian sangat tangguh dan sangat mantap dah pokoke.</p><p>Semangat ya!</p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-998770256779339372024-02-16T15:52:00.002+07:002024-02-16T15:52:37.078+07:00Nyoblos Pilih Siapa?<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgd2OfI8HpXD77fJd5ddaPOFWhia3OVkJSih-_lnlvLTF2xqleCJzc0WcydfPoH96qUUe2PXcz18_aHv_2xnfVHt9smTPu5gQH5NxuKlAJ8l9HBLclPjhlxX4LYZpsfdabcVFkuyD5YoZV39l6pCYM87sQWfIFJ8hG7M2cIiX-KRYleiw6EgvAkoh9Tn4/s2160/C6EB9DD9-8974-410A-96E2-7A6341FB3CF3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1620" data-original-width="2160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgd2OfI8HpXD77fJd5ddaPOFWhia3OVkJSih-_lnlvLTF2xqleCJzc0WcydfPoH96qUUe2PXcz18_aHv_2xnfVHt9smTPu5gQH5NxuKlAJ8l9HBLclPjhlxX4LYZpsfdabcVFkuyD5YoZV39l6pCYM87sQWfIFJ8hG7M2cIiX-KRYleiw6EgvAkoh9Tn4/s16000/C6EB9DD9-8974-410A-96E2-7A6341FB3CF3.jpeg" /></a></div><br /> <p></p><p>Gue suka banget nyoblos karena merayakan demokrasi Indonesia, men bayangin kalo tinggal di negara yang kagak boleh nyoblos, kan ga seru ya? Maka dari itu, gue selalu semangat nyoblos untuk memperingati bahwa demokrasi Indonesia masih berjalan dengan baik saat ini, tapi gue tertampar fakta bahwa TPS gue masih di kota gue yang lama, yaitu Tangerang Selatan.</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><p>Gue udah ber-KTP Jogja per tahun kemarin, udah bisa njawab “KTP ndi?” Kalau beropini soal Jogja. Gue pikir sistem udah ke-update di daftar pemilih, ternyata belum, TPS gue masih di Tangsel sedangkan KTP dan domisili gue udah DIY.</p><p>Gue udah pasrah banget sampai hari H, bahkan jam 10 pagi tuh udah merengut aja liat orang-orang nyoblos, tapi impuls gue berkata lain. Gue telpon tuh PPS di kecamatan tempat gue tinggal, ternyata <b>BISA! </b>Gue bisa nyoblos di TPS terdekat di jam 12:00-13:00. </p><p>Udah kan tuh, hepi, tapi ga sampe situ, ini orang lama banget pas gue tanya “TPS terdekat di mana ya?” Karena gue beneran gak tau. Balesnya lama banget ya Allah, dan itu udah jam 12:15. Akhirnya gue sama lakik gue ke kantor kecamatan untuk nanya TPS terdekat.</p><p>Pas gue tanya, mereka nyebut TPS 05 dan ngasih ancer-ancer, jiakh gua kan gatau ancer-ancer, orang gua baru pindah. Akhirnya gua buka maps dan orang kelurahan nunjukin jalannya kalo dari rumah gua.</p><p>Gue ma lakik gw akhirnya motoran tuh ujan-ujanan ke TPS terdekat.</p><p><br /></p><p>***</p><p><br /></p><p>Udah dari tahun lalu gue join orkestranya Prabowo, namanya Garuda Yaksa Orchestra atau disingkat jadi GYO. Orkes itu udah berjalan beberapa bulan sebelum gue masuk, terus akhirnya ada lowongan dan gue ikut audisi, akhirnya gue masuk ntu orkes. Lakik gue jadi conductor Garuda Yaksa saat ini, sehingga kami semacam satu paket (and that explains my perfect attendance).</p><p>Sepengalaman gue ikut GYO, manajemen ngetreat pemain tuh baek bener, salut untuk mas Kopong dan kawan-kawan. Makanan selalu sedia, snack dibeliin, walaupun gesture ini mungkin terlihat `standar`, tapi ada momen dimana mas Kopong nanya ke gue, “Snack yang enak apa ya mbak? Yang temen-temen bakal suka….” Terus terang gue terketuk hatinya wakakaka karena doi mikirin banget temen-temen bakal suka snack apa. Ada juga momen-momen di mana manajemen menjenguk pemain yang sakit, gue merasa wow perhatian banget.</p><p>GYO juga orkes pertama di Indonesia yang pemainnya digaji bulanan dan per-transport, dan gajinya di atas UMR Jakarta, which is sangat ISTIMEWA SEKALI! Gue ga berhenti bersyukur karena dapat kesempatan jadi anggota GYO.</p><p>Aransemennya juga beli dari arranger-arranger lokal sehingga ekosistem penghidupan musisinya sangat terjaga dan dihargai dengan harga yang pantas.</p><p>Gue ga ngomong gini karena dapet bayaran ya, tapi lingkungan GYO menurut gue nyaman hehe.</p><p>Orkestra ini terbentuk karena pak Prabowo suka musik klasik dan orkestra, sehingga orkes ini berfungsi sebagai hiburan untuk acara-acara pak Prabowo.</p><p>Gue yakin temen-temen musisi juga merasakan syukur yang sama dengan gue, karena GYO ini one of a kind banget.</p><p>***</p><p>Mendekati momen pemilu, gue menyimak tiga capres berdebat. Gue ngerasa paslon 01 sangat akademis, mengingat pak Anies Baswedan memang mantan rektor dan bergelar PhD. Paslon 02 memiliki character development yang gue suka terutama dari pak Prabowo, walaupun debat terakhirnya dibilang dingin dan main aman, tapi gue suka bagaimana beliau fair setuju dengan ide-ide bagus paslon lain. Paslon 03 menurut gw yang cemerlang adalah cawapres pak Mahfud MD, beliau berbicara sesuai kompetensi dan memaparkan pengalaman real sehingga jauh dari kata perandai-andaian, untuk pak Ganjar gue ga punya opini apa-apa sih jujur aja, buat gue karakter dan orientasi politiknya 01 dan 02 menutupi 03, i’m so sorry.</p><p>Terus pas mau nyoblos, gue jujur aja ngga serajin itu untuk kepoin track record caleg, sehingga gue milih caleg yang gelarnya paling panjang aja, minimal gue tau mereka pernah kuliah dengan serius (tanpa melihat isu beli gelar ya wkwkkw), gue memutuskan <b>percaya pada proses pendidikan. </b>Sehingga gue terbeli banget dengan caleg dengan embel-embel Dr.. Menariknya lagi, gue melihat caleg yang gelarnya sama kayak gue, “S.Sn., M.Sn.” Wah itu paku coblos melesat secepat kilat melihat seniman akademisi mau berkecimpung di dunia legislatif.</p><p>And nowwwwww the big question issss:</p><p><b>Pilpres nyoblos siapa?</b></p><p>I assume pembaca di sini pintar menganalisa teks yah, untuk menghindari perdebatan dan diskriminasi-diskriminasi capres (sumpah gue kesel banget sama orang yang memojokkan pilihan capres orang lain), pasti dari tulisan ini kebaca banget kok gue milih siapa.</p><p><br /></p><p>Salam pilpres 2024 damai!</p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-11035177580209247472023-11-23T18:00:00.010+07:002023-11-23T18:26:38.231+07:00Kursi dan Memaknai Benda Mati<p>(Bahasa yang gue gunakan adalah bahasa implisit jadi mohon harap kita ber((SASTRA)) dulu dalam memahaminya)</p><p><br /></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiIeocTBzXaP1w-8ZgUp4ESotxF8-6tJlel08yBtTDDhQM9YEKwUMS5ySVtnMlifPlgaZnyueC6xD396KRhzBm6uJVDWaMz0Lq2RgE4PYTsDMbjZ1AGWZ6aM6icEjIq4ndBeSSN891pnNqz7tp_uY-Xq4Yq8Sky3PDc7dGaAozALr90o1LcVpPaJ4sc3mU" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img data-original-height="664" data-original-width="905" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiIeocTBzXaP1w-8ZgUp4ESotxF8-6tJlel08yBtTDDhQM9YEKwUMS5ySVtnMlifPlgaZnyueC6xD396KRhzBm6uJVDWaMz0Lq2RgE4PYTsDMbjZ1AGWZ6aM6icEjIq4ndBeSSN891pnNqz7tp_uY-Xq4Yq8Sky3PDc7dGaAozALr90o1LcVpPaJ4sc3mU=s16000" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> Sumber: <a href="https://catesthill.com/2022/07/11/favourite-furniture-finds-from-milan-design-week-2022/" style="text-align: left;">https://catesthill.com/2022/07/11/favourite-furniture-finds-from-milan-design-week-2022/</a></div><br /><br /><p></p><p>Jadi, waktu kapan hari, gue duduk di satu kursi, dan orang yang lebih muda dari gue duduk di kursi sebelah gue. Orang yang lebih muda dari gue bilang, “Loh, kakak ga apa-apa duduk di situ??” Terus gue merespon dengan, “emang ada aturannya ya?” Dia bilang, “iya, biasanya yang duduk di kursi ini tuh senior-senior gitu kak”. Gak usah dibayangin ya kursi ini dan kursi itu tuh peletakannya gimana, pokoke ada sebuah hierarkal dari dua buah kursi ((ini)) dan yang ((itu)), yang ((ini)) buat yang lebih senior, dan yang ((itu)) buat yang junior.</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><p>Hal yang sama terjadi lagi ketika gue duduk di kursi ((itu)) dan orang yang lebih muda dari gue duduk di kursi ((ini)), jadi semacam terbalik 😂 gue pun ditanya lagi, “kakak duduk di situ?”</p><p>Di lain tempat, gue diberi wanti-wanti sama seseorang kalau “udah, kamu kalau kursinya belum ditentukan tempat duduknya, duduklah di kursi paling belakang dan di sisi ((itu)), entah di tempat mana pun, di mana pun orangnya, karena <b>pengaturan</b> <b>kursi itu sensitif, </b>jadi kursi belakang itu yang paling aman”</p><p>Sungguhlah, ternyata bukan cuma kursi pemilu yang sensitif, kursi yang lain juga ada aturannya.</p><p>Aku belum paham, aku pikir semua kursi itu bagus dan asik. Kursi depan is nice karena bisa langsung melihat yang menjadi acuannya. Kursi tengah is nice karena bisa melihat orang-orang di depan sebagai salah satu acuan sekaligus melihat objek acuan utamanya. Kursi belakang is nice karena aku bisa lihat grup secara keseluruhan dari sudut pandangku karena vision viewnya akan lebih lebar.</p><p>Metode yang gue suka dalam penentuan kursi ((ini)) dan kursi ((itu)) adalah metode suit karena suit itu seru dan sportif. Suit juga merupakan sebuah pertandingan yang mencapai kesepakatan, aku suka suit.</p><p>Kursi dan dinamika sosial ini membuat gue inget kata mas <b>Yayu Unru</b> dalam kelas penciptaan Pascasarjana IKJ:</p><p>Sesuatu memiliki arti karena kita yang memberi arti terhadapnya.</p><p>Mas Yayu mempraktekkannya dengan berakting di depan segelas gelas (apa yak lupa dah)</p><p>Ia berakting takut di depan gelas tersebut</p><p>Berakting segan di depan gelas tersebut</p><p>Berakting tidak peduli di depan gelas tersebut</p><p>Efek dari akting dia bener-bener mengubah persepsi gelas, kadang gelas itu terlihat seperti gelas kerajaan, kadang jadi gelas biasa, kadang gelas seram, kadang gelas yang memicu amarah.</p><p>Padahal gelas adalah benda mati, gelas akan tetap menjadi gelas, objek tidak bernyawa, tapi ia punya nilai.</p><p><b>Nilai yang diterapkan terhadap benda mati - apapun itu - tercetus berdasarkan pemahaman kolektif dan konvensi dalam ruang tersebut.</b></p><p>Kita sebagai individu yang berada di dalam suatu kelompok, <i>atas nama adaptasi</i>, dituntut untuk bisa memahami pemahaman kolektif tersebut yang sifatnya abstrak.</p><p>Kemampuan orang dewasa emang gak cuma bayar listrik dan urus NPWP ya, membaca konvensi dan pemahaman kolektif juga soft skill dalam dunia kerja.</p><p>Hal ini cukup butuh kesadaran ekstra ya, karena konvensi merupakan peraturan tidak tertulis yang menjadi lumrah dan disepakati secara pasif menyangkut sebuah tradisi tertentu. </p><p>Maka (dalam pemahaman liar gue wkakakaka), kalau ada orang yang mengkultuskan kotak makanya ya sudah mungkin konvensinya emang begitu. Mungkin pemahaman kolektif yang dipegang adalah “kotak makan adalah portal sakral yang menghubungkan cinta satu orang dengan yang lainnya”. </p><p>Sama seperti tas branded ya, nilai jualnya adalah membeli heritage dan bahan baku eksklusif, padahal kalau mau ngayal lagi, kalau ternyata bahan baku eksklusif itu ternyata harganya cuma 1/5 dari harga jual, gimana? Apakah orang lantas protes dan merasa rugi? Ngga kok, karena mereka udah punya pemahaman kolektif soal value tas branded di kalangan mereka itu. No probs, asik-asik aja, tetep punya makna materiil dan non-materiil yang didapat. Tas luxury brand juga jadi instrumen konvensi yang menyangkut strata sosial ya, misalkan kalau mau masuk circle A, minimal kelas luxury brandnya minimal Prada, tapi ini sifatnya #YTTA.</p><p>Apakah itu hal bodoh? Ngga lah. Suatu masyarakat punya nilai yang dipegang bersama itu hal yang wajar sekali. Seperti gue dan kursi-kursi itu, seperti penggemar tas dan tas luxury brand, dan seperti sekte kotak makan yang ada di imajinasi gue.</p><p>Gue pikir mungkin yang bisa head-to-head dengan konvensi adalah aturan tertulis ya, karena konvensi kan sifatnya non-lisan. Tapi kalau udah ada peraturan tertulis yang tidak sejalan sama pemahaman kolektif, gimana?</p><p><br /></p><p>(Jadi mumet mikir soal dampak peraturan tertulis yang berbeda dengan pemahaman kolektif)</p><p>(Tau gitu ga usah mikir ampe sana)</p><p><br /></p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-50452747093785508402023-10-11T21:19:00.008+07:002023-10-11T21:23:14.908+07:00Menghilangkan Self-Talk Misqueen<div class="separator" style="text-align: right;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIoXu6qVbQ2VwCWfg-77hQnwJhqLTMVoWO-xyDr9UE_7nQoapzFCiPmtJ0bzlYMfrmulqD17W2W68EeRxzt-wR0LHOYwN9RXuRkKX1-5yJGT03u99u-nZK5wVjgMwLBZKjUR1ET-x4t6RuI4355rs-CZDVI2DvsPt4WnkejWHIGPA8l_q78fh-MoULjb8/s735/IMG_0410.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="734" data-original-width="735" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIoXu6qVbQ2VwCWfg-77hQnwJhqLTMVoWO-xyDr9UE_7nQoapzFCiPmtJ0bzlYMfrmulqD17W2W68EeRxzt-wR0LHOYwN9RXuRkKX1-5yJGT03u99u-nZK5wVjgMwLBZKjUR1ET-x4t6RuI4355rs-CZDVI2DvsPt4WnkejWHIGPA8l_q78fh-MoULjb8/w640-h640/IMG_0410.jpeg" width="640" /></a></div><br /><div><br /></div><div>If you know me, i'm quite a depressive person. Kalo pada scroll postingan blog gue tuh pasti isinya soal luka, depresi, mempertanyakan rezeki dan macam-macamnya.<br /><br />Terus gue dengan sadar suka nyeletuk hal-hal kayak,<br /><br />"Duh gue kismin ni"<br /><br />"Duh mana kebeli tuh wakaka gue kan tuna finansial"<br /><br />Bahkan, pas gue ngisi kolom pemesanan tiket online, gue secara ga sengaja ngisi kolom disabilitas dan nambahin keterangan "finansial". Awalnya tuh but bercandaan doang terus diapus lagi, tapi gue yang super jeniyuz ini lupa ngapus, jadi kecetak dah tuh disabilitas finansial di tiket.<br /><br />Well, jokes misqueen kan salah satu fenomena urban di media sosial, gak Twitter, IG, dimanapun lah. Apalagi Twitter, sosmed yang selalu brooding kemiskinan, meng-komedisasi-kan status finansial dan menjadikan itu label yang dipake sama semua orang. Tren berkata bahwa kita semua ini misqueen.<br /><br />Hal ini karena kesenjangan finansial yang kerap ditunjukkan sama selebgram-selebgram glamor dalam taraf yang lebih dekat dan ekstrim, like wearing Hermes in a private jet? WOW, dan banyak yang bergaya hidup kaya gitu? DOUBLE WOW. Diupload hampir tiap hari? Wah fix kita miskin ya.<br /><br />Self-talk kemiskinan jadi hal yang lumrah dan lucu, que tau sih, makna aslinya tuh berdamai sama diri sendiri ketika kita kekurangan, tapi apakah kita kekurangan???? Are we really 'misqueeeen' karena ngga bisa afford Chanel Classic, atau Tory Burch Fleming?<div><br />Ngga dong ya, kenapa merasa miskin karena ga bisa liburan ke Eropa? <br /><br />Gue mulai merasa bahwa self-talk misqueen yang awalnya adalah lucu-lucuan, jadi hal yang gue bawa ke alam bawah sadar. Kalau pingin apa-apa, selalu "ah mana bisa, gue kan miskin", gue jadi orang yang ga punya mimpi atau target karena pesimis duluan, pesimis yang diserap karena self-talk yang awalnya buat becandaan itu. <br /><br />No, aku tidak miskin. Aku pake iPhone, suamiku bisa bayar laundry, kami bisa makan-makan enak tiap suami honornya turn, kami ga pernah kekurangan makanan., kami punya dana darurat, tabungan terpisah juga ada, rumah alhamdulillah punya juga.</div><br />Saat kondisi finansial gue lebih ketat dibanding dulu pas tinggal di Jakarta, gue malah ga suka self-talk kemiskinan, dan gue mulai memelihara pemikiran, "gapapa, sekarang belum bisa kebeli, tapi di masa depan ngga ada yang tau" dengan nada yang optimis. <div><br />Kami bikin e-paspor karena free visa ke Jepang, walau kami ga ada rencana ke Jepang, gak ada yang tau di masa depan, siapa tau bisa? <br /><br />Gue pingin Tory Burch Fleming, sekarang belum bisa beli, tapi di masa depan siapa tau bisa? <br /><br />Gue mengganti self-talk dari “akhh mana bisa, gue kan kismin”, ke “belum bisa, tapi siapa tau di masa depan bisa?" <br /><br />Hal ini karena suami gue pernah bilang gini, <br />"Sayang, aku mau nikahin kamu tuh ga punya apa-apa lho, tapi ternyata bisa, uangnya jadi ada" <br /><br />Gue melihat sendiri Eki yang modal niat dan berusaha, terus perlahan rezekinya ada<br />dan cukup.</div><br />Ternyata, masa tuh bisa berubah, dari yang ga ada jadi ada, dari yang ada jadi ga ada, terus ada lagi, terus berkurang lagi. Siklus hidup tuh berjalan dengan semestinya, kok. <br /><br />Sehingga, buat gue pribadi, ada baiknya latihan self-talk positif, karena ternyata di masa depan kita ngga ada yang tau kondisi kita gimana. <br /><br />Ada baiknya self-talk positif soal uang, karena bisa jadi kalau keseringan self-talk negatif, lama-lama kita lupa sama hal yang sudah kita punya.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /></div><span><a name='more'></a></span><span><!--more--></span><span><!--more--></span>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-23046639890435454692023-07-30T20:48:00.005+07:002023-07-30T20:48:42.454+07:00Adaptasi dari Jakarta ke Jogja<p><b>Adaptasi dari Jakarta ke Jogja</b> - Awal-awal gue nikah sama Eki, gue menekankan berkali-kali kalau "YOU HAVE TO BE VERY NICE TO ME BECAUSE MY HARDSHIP WILL BE A HARD SHIP”. Gue lahir di Jakarta dan tinggal di Jakarta coret, i love this city so much. Gue suka sama pressurenya, suka sama ambisinya, suka sama sat-set-sat-set-nya, sama hiruk pikuk, and lastly; gedung-gedungnya.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRE7BkjvhjuhO8MSy01stek5Rs6z2mFCqyoXEK1YCSiNTMhj6OUKwrllwaoMtT0Om9CPIHFWlspI0hwWik2Zx7WHVX2s3hqmRn-KogMEbkZDtPgUTG_pHi49NeIP5ecsSggVKiYGLk4l9KLfwCwJqruNOQWDywUQ5x0qCZBMqM7HP39_ekX6yycn_tVTY/s4032/IMG_5551.HEIC" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRE7BkjvhjuhO8MSy01stek5Rs6z2mFCqyoXEK1YCSiNTMhj6OUKwrllwaoMtT0Om9CPIHFWlspI0hwWik2Zx7WHVX2s3hqmRn-KogMEbkZDtPgUTG_pHi49NeIP5ecsSggVKiYGLk4l9KLfwCwJqruNOQWDywUQ5x0qCZBMqM7HP39_ekX6yycn_tVTY/s16000/IMG_5551.HEIC" /></a></div><br /><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: center;"><br /></p><p>I felt alive when i experienced the cityscape from my Gojek ride. Gue merasa bahagia banget pas menyusuri perumahan Menteng, TIM, dan perkotaannya.</p><p>Gue punya mimpi masa tua, bahwa gue akan menua di apartemen dengan view city lights. Gue pingin hidup selamanya di gemerlap lampu-lampu ini, i love this city so much.</p><p>Lalu BOOM gue berjodoh dengan orang Jogja. Jogja sangat bertolak belakang dari Jakarta, gue ga bisa liat pemandangan gedung-gedung cantik, bertualang dengan KRL, mampir ke food chain luar yang baru buka di Indonesia; bertolak belakang dengan fantasi gue di masa tua.</p><p>Maka dari itu, sebelum menikah gue punya keraguan dan rasa pesimis yang <b>SANGAT BESAR. </b>Sampai-sampai gue pernah bilang gini ke Eki,</p><p><span style="background-color: #ffe599;">“Marrying you is such a high price to pay”</span></p><p>Berkali-kali gue mengiba bahwa pengorbanan gue sangat besar dalam menikahi dia, bahwa gue all in dalam hubungan ini, bahwa gue akan ‘tersembelih’. Segelisah itu gue dalam menghadapi perpindahan kota dan hidup.</p><p>Eki most of the time santai, tapi ada masa-masanya dia ketrigger, dan itu normal banget karena plisss banget gue udah di tahap terrorizing him. Hampir intens setiap hari gue begitu ke doi.</p><p>Gue takut gue kehilangan segalanya, gue tuh resign, pindah kota yang mana job-job gue kan di Jakarta semua, lalu gue kayak... gila gua start from 0.</p><p>Gue bahkan apply-apply lowongan kerja di website pencari kerja, se-desperate itu gue membayangkan gue resign dan pindah ke kota baru.</p><p>TAPI ini kan harus dijalanin ya, kalau mau ma Eki ya harus mau ke Jogja, titik. </p><p>Not that i hate Jogja, but i LOVE Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya.</p><p>Fast forward sekarang gue ngetik ini di Jogja, tepatnya di kamar kami yang baru renovasi.</p><p>Perasaan gue lebih ke kaget karena ternyata adaptasinya sangat nyaman, gue udah bayangin kalo gue akan nangis-nangis tengah malam, ternyata <b>nggak sama sekali. </b>Detik pertama gue di Jogja sampe sekarang, gue sangat enjoy dengan Jogja.</p><p>Hal-hal yang membuat gue enjoy di Jogja adalah:</p><p><span style="background-color: #ead1dc;">1. Ngga padet</span></p><p>Gue suka desek-desekan di KRL, gue terbiasa dengan kepadatan stasiun Tanah Abang, namun ketika gue di Jogja, gue udah ga pernah merasakan desek-desekan lagi di mana pun. Di Jakarta, gue terbiasa desek-desekan di depan rel stasiun, berlomba-lomba sama palang kereta, jalan merayap, kadang terlalu mepet sama pengendara motor lain, namun di Jogja gue ga merasakan itu, kendaraan punya ruangnya masing-masing, ngga saling berdempetan (kecuali lampu merah ye).</p><p>Oh, mungkin karena gue ga main di wilayah yang padet banget kayak Malioboro kali ya 👻</p><p>Tiap gue jalan pulang, gue merasakan tenangnya sawah kanan kiri. Sangat zen dan bikin hidup jadi ngga terlalu ruwet.</p><p>Hal ini yang bikin gue kaget tiap gue mudik, gue jadi tersadar bahwa damn Jakarta tuh padet banget dan di jalanan tuh sangat melelahkan!!!!</p><p><span style="background-color: #ead1dc;">2. Kemana-mana deket</span></p><p>Ya gak deket kalo nongkrongnya di gunung padahal rumah lu di mana tau dah, tapi sejauh-jauhnya, palingan cuma 1,5 jam perjalanan, itu udah JAUH BGT itungannya.</p><p>Di daerah gue, kalo mau ngopi deket, mau ngafe ke tengah kota deket, mau yang rada gemerlap ya agak jauh dikit tapi tetep deket (bagi ukuran orang jakarta).</p><p>Perjalanan naik motor itu adalah metode paling ideal di Jogja, kalo naik mobil tanggung banget kalo ngga jauh-jauh banget jarak tempuhnya. </p><p><span style="background-color: #ead1dc;">3. Ngga VISUAL ORIENTED</span></p><p><b>OH GOD JAKARTA DENGAN VISUAL ORIENTEDNYA!!</b></p><p>Kotanya gemerlap, tempat nongkrongnya fancy, penumpang MRT aja fashionnya keren-keren, sehingga kalau anda tidak dress up, maka akan sangat belang sekali.</p><p>Mbak-mbak store juga suka memandang remeh pengunjung yang ga dress up, kayak jutek ngelayaninnya.</p><p>Jakarta dengan sifat kapitalisnya, menilai seseorang dari daya beli, dan ini sistem yang normal karena Jakarta berpusat pada bisnis dan sumber perputaran uang. Daya beli bisa direpresentasikan dari penampilan, ini lumrah juga, ketika orang dapat membeli kebutuhan tersier dengan harga yang tinggi, artinya kebutuhan primer dan sekundernya memilki nilai berlipat-lipat melampaui itu, sehingga disimpulkan kemampuan ekonominya kuat. Orang dengan kemampuan ekonomi yang kuat udah pasti lebih potensial dalam membeli dagangan itu, sehingga yuk yang potensial kita kasih senyum hangat agar potensi bisa dikonversikan menjadi uang. </p><p>Sebaliknya, ketika seseorang ga terlihat memiliki daya beli yang tinggi, dianggap bukan calon pembeli, tidak punya potensi, dibiarkan begitu saja, buat apa ye diladenin, gitu kali ya pikiran mbak-mbak itu.</p><p>Dalam mencari klien pun dibutuhkan polesan kesuksesan duniawi ya, kalau kita keliatan ga sukses, gimana klien mau mempercayakann projek ke kita, kan gitu ya....</p><p>Intinya, di Jakarta, tampilan yang terpoles dengan sempurna memang jadi ujung tombak dalam ‘berniaga’.</p><p>Di Jakarta, gue selalu dandan walaupun tipis. Di beberapa acara pun gue harus terlihat terpoles seperti nona-nona keluarga kaya.</p><p>Di Jogja, hal-hal kayak gitu tuh ga ada...</p><p>Jogja bukan kota yang berorientasi pada jual-beli, Jogja bukan kota yang se-kapitalis Jakarta, tenant-tenant luar negeri kalau buka store ya di Jakarta, bukan di Jogja, jadi pertumbuhan kompetitor apapun itu ya ngga seganas di Jakarta, persaingan antar ekonomi pun skalanya tidak sesengit perusahaan-perusahaan Jakarta-based. </p><p>Jogja bukan kota industri, maka dari itu kita ga butuh merepresentasikan diri sebagai orkay yang punya daya beli untuk dapet rispek👷</p><p>Gue merasa ngga di-judge kalo kemana-mana cuma pake hijab instan, ngga dandan, cuek aja gitu. Gue ga dapet tatapan-tatapan merendahkan dari orang. Noh makeup gue teronggok tidak terpakai 😌</p><p><span style="background-color: #ead1dc;">4. Standar hidup turun dan itu biasa aja</span></p><p>Sekarang gue kalo beli cemilan ya di toko cemilan kiloan, biasa aja.</p><p>Masak di rumah, ngga usah keseringan nongkrong atau makan di luar, biasa aja.</p><p>Makan malem di warung indomie pinggir jalan, biasa aja.</p><p>Entah mengapa semuanya biasa aja, kenapa? Karena garis perbedaan antara si kaya dan si miskin tuh di sini hampir melebur. Kalau di Jakarta, melakukan hal di atas tuh pasti membuat gue merasa ‘jir gue miskin banget ya huhuhuhuu, hidup gue jatoh banget’ karena kesenjangannya tinggi banget bro, kalau rada merakyat dikit udah langsung menganggap diri ‘tidak sukses’.</p><p>Jakarta emang menilai orang dari ‘harga’nya sih, itu yang membuat orang Jakarta ambisius, sangat produktif, inovatif, but at the same time... mentally exhausted.</p><p>Di Jogja ya biasa aja, ngga ada yang namanya ‘merasa miskin’, atau apapun itu.</p><p><b>Gue merasa lebih bebas dari nilai-nilai materialistik. </b></p><p>***</p><p>Gue merasa Jakarta dan Jogja adalah dua kota yang punya keindahan berbeda, sehingga gue ga bisa bandingin keduanya. Jakarta kota urban, Jogjakarta kota tradisi, dua-duanya punya faktor yang loveable banget. </p><p>Dulu, gue pingin masa tua gue di Jakarta, sekarang kalau masa tua gue di Jogja, i think it would be soooo beautiful and peaceful.</p><p>Even though i love both, kayaknya gue ga akan bisa kembali ke keramaian Jakarta sih WAHAHAHAHA. Kayaknya bakal stress kalau kerja di Jakarta dan bertemu dengan traffic-traffic itu.</p><p>So yeah, ternyata adaptasinya mudah dan indah. Semoga selamanya seperti ini.</p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-84371795933903559812023-07-06T14:55:00.002+07:002023-07-06T14:55:17.667+07:00Pengalaman Operasi Laparoskopi Usus Buntu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnT4MSiCzZnJzx2Jjc2XR2QHZzdnhn1Ktnuu0XAjz_2d7Y9BvOy7eSVCY-6LfrGej0jG0yoLVnkv3_zkwlPJMgwdEI4GHY9X9ebpW8jbTwk9HMGuQwoEo3bjpyQU6kjaBGrcxec2HGuIpqLJLeKU3Hs7nKIbWb-mSCRv_z1StAJvoj3hq6Y0OPWkxrE_4/s3840/2BC7EF79-3C93-48CB-9A4E-E8FD88DAD1EA.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3840" data-original-width="2160" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnT4MSiCzZnJzx2Jjc2XR2QHZzdnhn1Ktnuu0XAjz_2d7Y9BvOy7eSVCY-6LfrGej0jG0yoLVnkv3_zkwlPJMgwdEI4GHY9X9ebpW8jbTwk9HMGuQwoEo3bjpyQU6kjaBGrcxec2HGuIpqLJLeKU3Hs7nKIbWb-mSCRv_z1StAJvoj3hq6Y0OPWkxrE_4/w360-h640/2BC7EF79-3C93-48CB-9A4E-E8FD88DAD1EA.JPG" width="360" /></a></div><p><a href="http://www.haloterong.com/2023/07/pengalaman-operasi-laparoskopi-usus.html"><b>Pengalaman Operasi Laparoskopi Usus Buntu</b> </a>- Seminggu sesudah acara nikahan, <b>gue merasa pinggang kanan atas gue tuh sakit</b>. Sakitnya ketrigger kalau lagi tarik napas dalem-dalem, kayak NYUUUTTT MEN sakit banget, namun trigger ter-simulasi neraka adalah ketika lagi bersin, duh sakitnya ampe tulang belakang, sehingga gue ga bersin karena ga sanggup nahan sakitnya. Posisinya ini kayak di pinggang, tapi di perut, rada tengah, tapi ngga terlalu ke belakang, ngerti ga sih? Posisi sakit yang aneh banget dan ga kedetect. </p><p>Berikut ikhtiar gue dalam menyembuhkan sakit gajelas ini:</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><p>1) Ke Puskesmas</p><p>BPJS ye bunda, terus pas dicek tuh baik-baik aja, cuma dikasi obat nyeri doang sama vitamin. Kaga ngefek.</p><p>2) Manggil kang pijet</p><p> Setelah beberapa hari mengeluh sakit perut-pinggang tersebut, orang tua gue merasa kalo itu tuh karena otot, karena kecapekan. Suami gue pun merasa bahwa ini karena nyeri otot, sehingga gue memutuskan untuk ikhtiar, yaitu manggil kang pijet (eh mbok deng, kalo kang kan lakik ya kwwkwkw). Pas dipijet, mbok ini bilang kalau “kak, ini anginnya udah dalem banget tuh kak”, lalu bagian pinggang itu dikerok ampe item SAKIT BANGET COY. </p><p>Gue kira akan membaik, taunya KAGA JIR MAKIN NYERI gue kayak mo nangiessss....</p><p>3) Halodoc</p><p>Pas curhat pake halodoc, si dokter bilang kalo keknya ini sakit empedu dah karena posisinya di sebelah kanan. Setelah bla ble blo, gue diresepin obat empedu yaitu Urdafalk, obat nyeri, dan ape ye satu lagi, vitamin ape ye.</p><p>KAGA NGEFEK JUGA</p><p>4) Eka Hospital BSD</p><p>Akhirnya gue ke Eka Hospital BSD karena udah pasrah dan mau di jalan medis aja lah ya. Gue janjian sama dokter internis, dan beliau menganjurkan untuk <b>tes darah, tes urin, dan USG. </b>Gue si nurut-nurut aja yak, tapi ngantri USGnya buset boooosku, lama banget not rikomendit untuk orang yang punya kesabaran setipis tisu. </p><p>Pas hasil USGnya keluar, ada peradangan usus tapi ngga keliatan ada usus buntunya. Empedu oke, ginjal oke, ape ape oke, tapi ya ada peradangan usus doang. Kaga jelas dah pokoknya, kayak kaga kebaca aja gitu. </p><p>Gue balik lagi ke dokter internis, dan beliau bilang kalo tes darah dan urin gue tuh menunjukkan kalau gue ada infeksi bakteri or something, tapi sumbernya belum jelas. Lalu beliau menyarankan untuk CT Scan karena ini masi gajelas nieeee sumbernya.</p><p>Gue ke kasir lah untuk nanya kisaran harga CT Scan, dan pingsan banget pas kasir nyebut angka <b>Rp. 4.700.000. </b>Mungkin maksudnya totalan dari biaya dokter, tes urin, USG dan macem-macemnya ye, tapi tetep aja cuy gua menangis di dalam hati soalnya mahal banget.</p><p>Muka gue udah suram aja, terus kata dokter internisnya, udah kamu ke dokter bedah aja, mungkin dia bisa nyaranin opsi lain. Akhirnya gue dirujuk ke dokter bedah kan, pas ketemu dokter bedahnya, tetep aje disuruh CT Scan.</p><p>Di kala itu, aku hanya bisa ngechat Eki untuk make duit tabungan angpau nikah buat bayar CT Scan. Untung Eki tipikal yang “siap istriku”. Guanya yang kaga siap bang menghadapi bokek ini.</p><p>Pas CT Scan, baru ketauan kalau gue <b>usus buntu. </b>Panjangnya udah 8 cm cuy, gile itu usus apa uler sawah kata gw. </p><p>“Nah, ibu usus buntu nih, dia posisinya di belakang, makanya ga kedeteksi USG”</p><p>Duh elu ye udah posisinya ribet, bikin bokek pula, ade-ade ajeeeee bun bun (usus buntu panggilannya "bun”).</p><p>Gue disaranin untuk laparoscopy, yaitu bedah ubuntu canggih dengan kamera, bekasnya kecil dan pemulihannya lebih cepat. Tapi harganya mahal banget cuy, di Eka Hospital tuh kisaran harganya <b>Rp. 47.000.000</b>, kan pingsan yak....</p><p>Akhirnya gue komunikasi sama mamah papah karena aku dan Eki ngga punya duit segitu euy, maafkan mamah papah karena aku merepotkan.</p><p>Di saat itu batin gue ngedown banget sih.....</p><p>“Duh, kenapa tiba-tiba sakitnya mahal gini sih... gaenak banget harus repotin orang tua, tabungan nikah juga jadi habis... hiks... maafkan aku ya orang tuaku dan suamiku”. Gue kena mental sumpah, isinya bingung, bimbang, sama bengong doang.</p><p>Mamah papah suamik sepakat untuk memasukan gue ke <strike>lemari es</strike> rawat inap biar besokannya di-operasi. Gue naik kursi roda udah lemes dah yak.</p><p>Pas masuk kamar rawat inap, alhamdulillah dapet kamar yang lebih bagus dari kamar yang gue pilih karena kamar yang gue pilih lagi penuh. Rezekii banget sih, walaupun kalau uda ada kamar yang tersedia, harus segera dipindah. </p><p>Gue ditemenin sama mama karena suami gue di Jogja, kasian banget dah dia, di sana dia ngablu banget mikirin gue, ya sama sih gue juga ngablu banget mikirin dia dan mikirin duit.</p><p>Malem pertama di rawat inap, gua nangis banget nangis sumpah nangis senangis itu tapi diem-diem ajah takut ketauan mamah (tapi kan nanti mamah baca jadi ketauan donggg), cuman sumpah nangis banget CUY gila, berat banget perasaannya, karena</p><p>1. Merasa ngerepotin karena mendadak sakit yang butuh operasi</p><p>2. Merasa jadi beban orang tua</p><p>3. Tabungan nikah yang tadinya diplotting macem-macem jadi AMBURADUL semua byarrrr dhyarrr titik 0, kembali ke 0 ya kakak.</p><p>4. Kaga ada suami karena blio jauh</p><p>Miris banget ya baru nikah udah dihajar usus buntu dan kebokekan serta perasaan membebani keluarga ini, asli menyedihkan banget loh huhuhu.</p><p>Pak suami dengan keterbatasan jaraknya, menenangkan gue dari jauh. “Gapapa, uang bisa dicari lagi, yang penting kamu sembuh dulu”. LOVE BGT PAKSU I LOVE U</p><p>Besoknya gue operasi, di situ ada mama, tante, dan tante gue (kenapa gak sekalian bilang dua tante aja sih?). Gue uda ganti baju, udah nervous, udah didorong masuk ke ruang operasi.</p><p>“Ma, aku mau video call mas Eki dulu”, gue pingin video call sebelum dioperasi untuk dukungan mental.</p><p>Tapi dia ga angkat.</p><p>Gue memaklumi karena dia lagi sibuk sidang skripsi.</p><p>Saat masuk ruang operasi, gue dibius dulu, biusnya dari infus kalau ga salah. Kesadaran gue udah menurun, tapi masih sadar, terus dokter anastesi bilang “Yuk mulai”</p><p>GUE NYAUTIN</p><p>“BELUM DOK MASIH SADAR”</p><p>LAH KAN AKU TAKUT YAK KALO DIANGGAP UDAH PINGSAN PADAHAL BELOM</p><p>Sekian detik sesudahnya gue black out.</p><p>Bangun bangun, perut gue sakit, gue uda di ruang operasi tapi di bilik-biliknya gitu. “Wih gabut juga”, kata gue. Akhirnya gue kembali ke kamar. Alhmadulillah ngga menggigil, ngga mual, ngga pusing, ya biasa aja cuma nyeri di bagian perut.</p><p>Gue kembali ke kamar, disambut sama mama dan tante gue (kali ini ngga jamak karena tante gue lagi di bawah, ga di ruang operasi). Yang gue lakukan adalah? Video call mas Eki lagi. Mama nyodorin hapenya, gue ngeliat chat mama, “Mas Eki, Nahla pingin video call sama suaminya....”, namun tetap belum dibaca. Pas gue video call lagi, lagi-lagi ga diangkat.</p><p>Lalu kuambil hapeku, aku teror doi.</p><p>“Kok kamu tega banget ninggalin aku lama kayak gini? Kemana aja sih sampe ga ngecek keadaan istri?”</p><p>Gue GONDOK BANGET CUY, tanduk udah keluar.</p><p>Tante gue masuk kamar sambil bilang, “Nak, ini ada dokter mau visit”.</p><p>TAUNYA PAK EKI.</p><p>GUE KAGET</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3UK7F3jSYcwNTHEo5BTvtn8S4DYWQ3jImx8__LpgjERAYAwF1RUMLy8XQ8d_VsHpYVLOHk0l0RxNwQIm66hFeCiG6N3QxL4ud8M9m1T0L9WonMS1lmB6Q6T_ZjHtRoL_i_w3kX9TFA8hx33fPjK_7CXGtqtYtPcQYea_t3Qmyuf3HddaoobEUAcSOUyk/s4032/IMG_4831.HEIC" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3UK7F3jSYcwNTHEo5BTvtn8S4DYWQ3jImx8__LpgjERAYAwF1RUMLy8XQ8d_VsHpYVLOHk0l0RxNwQIm66hFeCiG6N3QxL4ud8M9m1T0L9WonMS1lmB6Q6T_ZjHtRoL_i_w3kX9TFA8hx33fPjK_7CXGtqtYtPcQYea_t3Qmyuf3HddaoobEUAcSOUyk/w480-h640/IMG_4831.HEIC" width="480" /></a></div><br /><p><br /></p><p>LAH KENAPA NI ORANG DISINI</p><p>DARI JOGJA</p><p>KAPAN BERANGKATNYA</p><p>KENAPA GUA GA TAU</p><p>KENAPA GAADA YANG TAU</p><p>KOK TAU TAU UDA SAMPE</p><p>Gue melihat pak Eki membawa gembolan bajunya dan menghampiri gue. Gue ngeliat kalo dia kusut dan lelah banget.</p><p>Gue ga nyangka banget mas Eki akan nyambangi gue ke Jakarta dari Jogja, padahal dia juga lagi sibuk banget. </p><p>Kalimat pertama yang terlontar dari mulut gue adalah,</p><p>“Aneh banget sumpah”</p><p>“Gila lu aneh banget sumpah”</p><p>“Lu di sini aneh banget sumpah”</p><p>Abisan aneh, gue tuh posisinya lagi marah, lagi di bawah pengaruh obat bius, lagi nyeri, lagi sedih, terus pas ada Eki kan residu-residu perasaan gue masih ada banget ya, jadinya ngga bisa yang wow surprise terharu biru 💭😓</p><p>Mama langsung nyaut, “Wah kita udah ga laku di sini, pulang yook..”</p><p>Akhirnya datanglah suamiku dari Jogja.</p><p>Gue tuh ga pernah punya pengalaman dirawat mas Eki ya, jadi gue juga meragukan kemampuan nursing dia, “Ah palingan ketiduran atau sibuk ngegame”</p><p>Eh ternyata nggak loh</p><p>Dia nyuapin, bantuin bangun, mendampingi gue, menyimak ketika dokter visit.</p><p>Sekali lagi... aneh banget.</p><p>“Kalau aku tidur dan kamu butuh sesuatu, misscall aja ya, hapenya aku bunyiin”. Dia begitu biar gue ga usa teriak teriak ga jelas buat bangunin dia.</p><p>Gue merasa ini pengalaman yang sangat unreal dan tidak nyata.</p><p>Masih kaget.</p><p>Dia juga mau melihat bekas operasian gue (dia sangat tidak sanggup liat yang begitu-begitu), ada tiga titik kecil yang membentuk formasi segitiga di pusar dan dua pinggang bawah. Kata dokter, gue uda bisa latihan bergerak agar ususnya ga lengket, jadi gue dibantu bangun dari tempat tidur sama pak Eki dan melakukan segala macam aktivitas ringan.</p><p>***</p><p>Setelah gue pulang, mas Eki pun nemenin gue untuk recovery sekitar semingguan. Dia semangatin gue untuk bergerak karena gue harus bergerak biar ga ada perlengketan usus. Dia bantuin gue bangun dari kasur, dan segala macam lainnya.</p><p>Di titik itu gue sangat berterima kasih dan melihat bahwa hmm ni orang ternyata cinta juga ya sama gue.</p><p>“Aku tuh dari kemarin gelisah mikirin kamu, pingin ke Jakarta buat nemenin kamu.”</p><p>Gue butuh waktu untuk ikhlas sama tabungan yang nihil, butuh waktu untuk ngga meratapi awal pernikahan gue yang dimulai dari usus buntu, butuh waktu untuk menerima kalau perubahan ini kok ekstrim sekali.</p><p>Gue berterima kasih sama orang tua gue yang ga lepas tangan dan tetep mau mengupayakan kesehatan gua di rumah sakit yang terbaik, gue berterima kasih sama suami gue yang maksimal melakukan sesuatu buat gue.</p><p>Thank you.</p><p>Doakan semoga setelah ini gue hanya yang sehat-sehat aja.</p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-57921452882266168452023-06-03T20:28:00.004+07:002023-06-03T20:28:41.325+07:00Why I Said Yes<p><i></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF5uHLPCcpKSqvgQEQa_ly_6ETZ7Z_eRsvAG14uZ_v94PCUVPtLD4-vhbds5_5OSnRQ-hajJIaVoa1WyHOydmA-wtfGprU-3xM7wzoSRkft3xgThYpU36HYKwMSOKMUQZUfqcveuSQNT8THaL-vdTEqudIN0U8oKFaOFboegx1GBU3mgOuYPZDpmdx/s5168/IMG_4569.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="5168" data-original-width="3448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF5uHLPCcpKSqvgQEQa_ly_6ETZ7Z_eRsvAG14uZ_v94PCUVPtLD4-vhbds5_5OSnRQ-hajJIaVoa1WyHOydmA-wtfGprU-3xM7wzoSRkft3xgThYpU36HYKwMSOKMUQZUfqcveuSQNT8THaL-vdTEqudIN0U8oKFaOFboegx1GBU3mgOuYPZDpmdx/s16000/IMG_4569.JPG" /></a></i></div><i><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></i><p></p><p><i> “Jadi, kamu mau nikah gak sama saya?”</i></p><p><i>“Hah? Mau...”</i></p><p>Begitulah cuplikan ajakan nikah sama Eki Satria lewat videocall whatsapp. Kami lagi bahas soal tabungan, Eki merasa bahwa dia harus mulai menabung untuk memulai hubungan yang serius ke jenjang pernikahan, tapi dia tuh kayak butuh konfirmasi kalau “eh lu tuh mau nikah kan yaaa sama gue?”. Lamaran ini tuh kayaknya sekitaran pertengahan tahun 2022 kalau gue ga salah inget. Kami tuh uda pacaran dalam hitungan bulan, berapa ya? Kayanya belom sampe 5 bulanan deh, asli gue selupa itu karena kejadiannya random banget cuy.</p><p>Gue waktu itu menjawab mau tuh ya refleks aja, wong dia nanyanya juga dadakan kok.</p><p>Tapi ada satu hal yang perlu kalian semua tahu, bahwa: aku tempe. Halah basi banget.</p><p>Oke, here’s the thing:</p><p><b>Aku sebenernya males menikah lagi.</b></p><p><span></span></p><a name='more'></a><b><br /></b><p></p><p>Inner circle gue tuh udah paham banget bahwa gue sangat menikmati life as an unmarried woman, bisa bebas, tidak usah adjusting sana-sini dan hanya menjalani hidup dengan label Nahla aja tanpa embel-embel istri. Waktu itu, gue merasa bahwa ‘label’ istri itu berat sekali cuy. Ada sebuah kewajiban yang dipikul ketika menyandang status “istri”, kalo kewajiban gue sebagai individu kan seputar nyari duit biar ga repotin orang tua, bisa bantu-bantu bayar bill, terus ya bekerja dan bersosialisasi aja and i loveeeee that. Kalau jadi istri kan ga bisa sebebas itu ya.</p><p><br /></p><p>Sehingga ketika aku ngga membayangkan akan nikah lagi, setidaknya dalam umur kepala 2. Aku nyaman sama hidupku yang seperti itu dengan aktivitasku. Aku udah membayangkan jadi istri itu harus ngurusin suami, masak-masak, nyuci baju, bersosialisasi ma tetangga, keluarga suami, dsb dsb</p><p>Eki pun tau hal ini pas awal pacaran, sehingga dia pun bilang kalau dia rada ogah kalau pacaran tapi ujung-ujungnya ga nikah, buat apa?</p><p>Ketika argumen soal pernikahan itu dimulai, kami membiarkan topiknya di situ aja, ga ada resolusi apa-apa. Eki tetap dengan opininya, gue tetap dengan ketidaksiapan gue untuk jadi istri.</p><p>Namun saat pacaran, gue ngulik banyak hal soal pandangannya tentang pernikahan, salah satunya soal tugas domestik yang membuat gue berpikir bahwa “oh nikah kayanya bisa dibikin lebih asik ya”, yaitu:</p><p><span style="background-color: #d0e0e3;">1. DOMESTIK</span></p><p>“Fleksibel aja”</p><p>Kalau males nyuci, laundry.</p><p>Kalau merasa ga perlu masak, ga usah.</p><p>Ditutup dengan kalimat, “<b>Jangan maksain diri</b>”.</p><p>Gue tuh melihat sosok istri sebagai sosok yang harus selalu on clock, professional, dengan tuntutan domestiknya. Kalau males masak ya ga boleh, sono lu masak. Males nyuci males ngepel ya ga boleh, sana lu kerjain itu semua dah. Sebagai orang yang berpikir bahwa istri memiliki tuntutan ‘profesi’, Eki ga menempatkannya di posisi itu. “Santai aja, fleksibel”. Kata-kata itu selalu dia ulang-ulang. </p><p>Sehingga ketegangan profesi ‘istri’ yang ada di kepala gue bisa ternetralisir dan terkikis. Ini butuh waktu ya guys, gak gila-gila besoknya gue jadi hayuk nikah. Pembicaraan ini BERULANG ULANG ULANG ULANG ULANG ULANG, gue tanya mulu dari Eki jawab santai, terus emosi, terus santai lagi.</p><p><b>Eki memberikan definisi baru label istri yang humanis.</b></p><p>Ini faktor terbesar yang membuat gue berpikir bahwa nikah tidak setegang itu. Ini penting ya, soalnya yang membuat gue males nikah lagi kan karena tuntutan yang tidak bisa ditolerir itu.</p><p><br /></p><p><span style="background-color: #d0e0e3;">2. ANAK</span></p><p><span style="background-color: white;">Ini bukan masalah sepele ya guys, gue punya pandangan sendiri soal punya anak lagi. Satu hal yang bikin gue kagum adalah, pandangan kami tuh beda pas awal-awal ngomongin masalah anak.</span></p><p><span style="background-color: white;">Lama-lama Eki bisa memahami gue, pure 100% tanpa mencoba sok-sok mengubah sudut pandang gue soal anak. Dia ga mencoba negosiasi di topik super sensitif ini, untuk perihal anak, gue kasih nilai 100 ke Eki untuk rasa cintanya ke gue dalam ngikut value gue soal memiliki anak agi.</span></p><p><span style="background-color: white;">Eki melakukan sebuah aksi ‘ngalah’ terbesar sepanjang sejarah demi bersama pasangannya, gue nganggep ini besar banget karena mengingat dia orangnya kalo udah pengen kan sulit untuk dihadang ya wkkwkwk</span></p><p>Eki paham kalau kondisi gue beda sama perempuan lain, dan dia dengan ikhlas menerima gue. Sebagai orang dewasa yang punya bayangan soal keluarga, yang Eki lakukan sangat luar biasa buat gue. </p><p>Seumur hidup gue ga akan pernah melupakan bagaimana ikhlas dan nrimonya mas Eki soal masalah anak. </p><p><span style="background-color: #d0e0e3;"><br /></span></p><p><span style="background-color: #d0e0e3;">3. EKI TIDAK PERNAH MAU GUE KESULITAN</span></p><p>Disaat gue sulit, Eki selalu menjadi nomer satu yang nolong gue.</p><p>“Kamu harus rilis stress ini”</p><p>Gue ga akan pernah lupa gimana proses kami beli cincin tunangan ketika kami ga nyiapin budget sama sekali untuk cincin. Dengan budget yang ada, gue kesulitan banget untuk mencari cincin itu. Eki dengan segala kemampuannya, bekerja lebih keras untuk memenuhi yang tidak direncanakan. </p><p>“Udah beli aja yang bagus... gapapa nanti uangnya dicari lagi”</p><p>Cincin tunangan gue bukan hanya simbol pengikat, tapi simbol berjuangnya Eki untuk meminang gue dengan layak. </p><p>Setelah menikah pun gue akan pindah ke Jogja, namun sebelum gue pindah, rumah Eki harus dibereskan dulu dan dengan kondisi dia yang beberes sendiri serta kondisi rumah yang belum kondusif, Eki bilang gini saat pamit ke Jogja,</p><p>“<b>Kamu tunggu dulu di sini ya... Aku mau beberes dulu agar kamu lebih nyaman”</b></p><p>😢</p><p><span style="background-color: white;">Ini mungkin terdengar biasa aja ya, tapi buat gue yang tau kondisi riil Eki, gue bener-bener merasakan bahwa Eki ngga pernah sekalipun ada pikiran untuk membuat gue ga nyaman dalam hidup bersamanya.</span></p><p><span style="background-color: white;">Gue ga pernah diminta untuk ngambil resiko yang ngga nyaman seakan itu kewajiban gue sebagai istri, contohnya seperti, “ya kamu kan istri, ngikut dong”, “ya adanya segini, biasakan dong”. Terlepas dari gue yang memang siap adaptasi sama lingkungan baru, Eki selalu berupaya menyediakan lingkungan yang paling nyaman buat gue.</span></p><p>Dia selalu berusaha provide agar hidup gue lebih mudah.</p><p><br /></p><p><span style="background-color: #d0e0e3;">4. EKI GIVES HIS BEST</span></p><p><span style="background-color: #d0e0e3;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;">Eki memberikan apapun yang dia punya buat gue. </span></p><p><span style="background-color: white;">Gue tau apa-apa aja yang dia miliki, dan gue tau bahwa Eki ngasih hampir semuanya buat gue dan hanya menyisakan sedikit buat diri sendiri.</span></p><p>Gue tau seberapa dia harus berhemat buat diri sendiri, tapi ngga pernah ‘nawar’ buat keperluan pernikahan kami.</p><p>Gue tau capeknya dia harus bolak-balik ke Jakarta, kondisi keuangan dia, dan Eki mendorong itu pada titik maksimal. </p><p>Pada titik gue merasa kalau dia kasih 90% yang dia miliki buat gue dan menyisakan 10% untuk diri sendiri. Disitu gue tau seberapa besar kemauan Eki untuk hidup bersama selamanya sama gue.</p><p>DAN tidak pernah ada satu keluhan pun yang keluar dari mulut dia ketika menjalani proses yang sangat memakan energi tersebut. Tidak pernah sekali pun dia ngeluh padahal gue tau bahwa dia di posisi struggling yang sangat menguras energi dan uang. Dia ga pernah nyalahin gue dengan kalimat, “demi kamu nih aku kaya gini, kamu jangan ngeselin makanya, bersyukur lah jadi orang”, “duh susah banget idup hadehh demi kamu nih semuanya nih aku jadi kayak gini”. </p><p>Belum lagi masalah emosional di mana Eki sangat berjuang memperbaiki isu-isu berat dalam hubungan kami, dimana dia belajar adaptasi biar diterima keluarga, dimana dia belajar terus menerus soal memperlakukan gue lebih baik. </p><p><br /></p><p><span style="background-color: #fff2cc;">Eki gives his all.</span></p><p><span style="background-color: #fff2cc;">Eki gives his best.</span></p><p><span style="background-color: #fff2cc;">And i said, yes.</span></p><p><span style="background-color: white;">***</span></p><p><br /></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0g1F0bMIAi3Rytb6_4_cg5ISsxfCvYvcgjKwsksf5bs5z5pHX056BExnVTBeyvAS26UDN_My1TsGh-3fd9fvjgpgsl8ArRvI-NRd_2RIKkwKvUvKEqMJ_JeCFAyhSEnJqMX7zX1GQFQiYZ9OJ6Wgyapg0zS2UXusz5KMP4eXutmAD-sjAZvduXccj/s1180/IMG_4719.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1180" data-original-width="828" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0g1F0bMIAi3Rytb6_4_cg5ISsxfCvYvcgjKwsksf5bs5z5pHX056BExnVTBeyvAS26UDN_My1TsGh-3fd9fvjgpgsl8ArRvI-NRd_2RIKkwKvUvKEqMJ_JeCFAyhSEnJqMX7zX1GQFQiYZ9OJ6Wgyapg0zS2UXusz5KMP4eXutmAD-sjAZvduXccj/w450-h640/IMG_4719.jpg" width="450" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><span style="background-color: white;"><br /></span><p></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-30744153417878478162023-05-29T16:02:00.002+07:002023-05-29T16:02:07.067+07:00Dating After Divorce: Family First, Boyfriend Second<p><i>Tulisan ini dibuat sebelum nikah, kami udah nikah sabtu kemaren wkwkwk</i></p><p>***</p><p><b><a href="http://www.haloterong.com/2022/06/dating-after-divorce.html">Dating After Divorce: Family First, Boyfriend Second</a> </b>- Saat umur 15 tahun, pacaran adalah hal yang seru banget ya. Kita naksir orang, kita PDKT, kita pacaran, kita ngedate ke McD terdekat, berantem sepulang sekolah, backstreet, dibeliin makanan di kantin sekolah, semuanya hanya perkara suka dan tidak suka, naksir dan tidak naksir, deg-degan dan jenuh. Begitu juga ketika mau menikah, yang waktu itu gue pikirin adalah seneng-senengnya dunia pernikahan, yaa apa boleh buat, umur gue 17 tahun waktu itu. </p><p>Sehabis bercerai, gue mencoba menjalin hubungan. Gue mengira bahwa rasanya ‘pacaran’ itu sesederhana apa yang gue rasakan saat umur 15 tahun. Well, deg-degan, cinta-cintaan, pasti ada ya. Namun gue sadar bahwa, 1) gue udah tua (well i’m in my marriageable age), 2) janda pulak. Yaampun sedih sekali ya 😂😂</p><p>Gue sadar kalau kekerenan gue, kecakepan gue, kefancy-an gue, (hoek) kejagoan gue, hal-hal mantep dari diri gue, sangat bisa menjadi sangat sangat tidak berguna sekali ketika di bawah label “janda”. Siapa yang peduli kalau gue cakep? Gue kan janda. Siapa yang peduli kalo gue (ceritanya) pinter, (ceritanya) keren, dan lain sebagainya? Semua ketutup oleh status janda.</p><p>Bukannya gue benci sama status jendes ini sih ya, gue sih santai aja, tapi gue masih cukup realistis untuk menilai bahwa tidak semua orang suka dengan status ini. Tidak semua orang menganggap bahwa, “gapapa kamu janda, value dirimu kan lebih dari itu”. Sudah saatnya saya menerima bahwa: nggak men, masih banyaaak sekali orang yang menganggap status janda itu sebagai bentuk kecacatan.</p><p>Cacat karena terbukti tidak bisa mempertahankan keluarga, cacat karena gagal mempertahankan pernikahan, dinilai sebelah mata sama orang lain.</p><p>Belum lagi stigma janda nakal, janda genit, janda gatel, AAAAA GUE PUSING.</p><p>Stigma janda adalah cacat secara sosial adalah hal yang harus gue terima. Pesimis? Sudah pasti.</p><p>Namun tidak sampai situ, jangan sedih. SIAPA yang memiliki stigma ini adalah hal yang paling krusial, siapa? Pasangan? Ngga dong, pasangan kita sih sudah pasti menerima, kalo ga nerima ya ngapain dipacarin sih ya. Jadi, siapa yang ditakutkan bisa memiliki stigma ini? <b>Keluarga pasangan...</b></p><p><b>dan keluarga kita.</b></p><p>Akan sangat percuma sekali kalo aku cinta kamu, tapi keluargamu bilang, “pacaran sama janda? Duh jangan deh”.</p><p>Akan sangat percuma sekali kalo aku cinta kamu, tapi keluargamu bilang, “Udah ada anak? Ngga usah deh, tanggungannya banyak”.</p><p>Akan sangat sia-sia sekali, segala hal yang dijalin, berujung pada penolakan atas hal yang ga bisa gue ubah.</p><p>Gue dan calon gue, om Ekiy sepakat, kalau salah satu dari keluarga kita ada yang ngga merestui/menunjukan ketidaksukaan, mending kita bubar aja lah brader. Umur segini udah capek bondang-bonding lama terus berakhir karena kehalang restu.</p><p><br /></p><p>“Aku mau segera bisa ngenalin diri ke keluarga kamu, kalau keluarga kamu ngga setuju sama aku, mending kita sudahi aja”, kata om Eki waktu itu. Halah emang dasar om-om. Tapi bener juga ya kata dia.</p><p>Bukannya ngga mau memperjuangkan restu atau apa, tapi beliau respect dengan hak keluarga untuk ga setuju dengan calon mantunya. Apalagi doi musisi ya, sering dianggap suram. Banyak cerita soal musisi, terutama laki, ngga direstui sama ortu pacarnya karena dianggap kismin.</p><p>Eki tidak kismin sih, di atas UMR Jogja lah ya, selamat lho. Tapi bukan masalah ngga punya duit sih ya, namun image musisi juga sering dianggap kurang oke.</p><p>Sehingga, saat awal-awal kami dekat, dia langsung memperkenalkan diri ke keluarga gue.... via Zoom. HAHAHAHAH. DUH APA SIH, ngelamar orang pake video call, ngenalin diri ke keluarga pake Zoom. Duh LDR banget nih ya.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnainJ7gIskxMX8oI0imakAilocb9WkhRL-_hjcSPgX1mUydRjYQMaXb-R555H_cgmsR5pljxlopzquliIUPmOI-5fcVPV_hERaSFoJEyTz3SHOYTCdUgK0JlzdkOkRf53XiChVh1kOCHsKz5U2px3y-zmMyHnBOTMGF38f8CmOZX5S5uijAdJCXR0/s2880/Screen%20Shot%202021-07-23%20at%2020.00.12.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2880" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnainJ7gIskxMX8oI0imakAilocb9WkhRL-_hjcSPgX1mUydRjYQMaXb-R555H_cgmsR5pljxlopzquliIUPmOI-5fcVPV_hERaSFoJEyTz3SHOYTCdUgK0JlzdkOkRf53XiChVh1kOCHsKz5U2px3y-zmMyHnBOTMGF38f8CmOZX5S5uijAdJCXR0/w640-h400/Screen%20Shot%202021-07-23%20at%2020.00.12.png" width="640" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Keluarga gue pada saat itu udah positif ke Eki, karena sebelum gue pertemukan, gue udah kasih liat fotonya, videonya, cerita-cerita soal orangnya, and my family kinda like him. Sesi Zoom pertemuan keluarga gue dan Eki berjalan lancar, agak tegang emang karena banyak pertanyaan-pertanyaan semacam “tujuannya apa?” dan lainnya. </p><p>Gue pada saat itu merasa kayak, aaak gilak, serius banget sih ni orang, nyali banget ketemu keluarga via Zoom, padahal masi berapa bulan deket, aaaak nyali banget.</p><p>Tapi terharu sih emang, hehe. Kok effort dan keberaniannya maksimal sekali dari awal. Kaget.</p><p>Gue sih terus terang optimis sama mas Eki, karena 1) doi keren 2) gue janda, ada yang mau serius sama gue aja udah sukur (ini pendapat gue pribadi sih hahaah)</p><p>Semua lancar, terus giliran gue yang ke keluarga mas Eki.</p><p>TAPI GUE KAN TAKUT YA. SOALNYA GW JANDA GMN DONG. Gue takut dengan respon macam, “Kamu yakin mau sama janda anak satu??” AAAAK PINGSAN.</p><p>Sehingga pada akhir tahun 2021 dimana kami semacam sudah ingin settle dan membangun hubungan dengan lebih serius, gue diajak ketemu sama mama-papa mas Eki. Waktu itu papa mas Eki lagi sakit dan harus dirawat, gue debut sebagai pAsAngAn dengan menjenguk beliau.</p><p>GUE NERVOUS BANGET.</p><p>Lalu ketika gue masuk rumah sakit, gue disambut sama papa-mamanya mas Eki. First impression gue adalah; wow friendly banget 😭💓</p><p>Pembawaan keluarga mas Eki sangat casual, terbalik sama keluarga gue yang cukup semi-formal dan serius ketika ZOOM meeting.</p><p>Sehingga, gue merasa ternetralisir dan ngga terlalu merasa tegang dan terbebani, karena gue uda siap dengan segala tingkah laku calon mantu yang manis, gue pun menjaga perilaku pas ketemu papa-mama mas Eki.</p><p>Namun apa yang gue dapatkan dari gue yang menjaga tingkah laku itu? Komenan mas Eki yang berbunyi, <span style="font-size: medium;">“udah kamu ga usah sok manis, yang apa adanya aja...”</span></p><p><span style="font-size: medium;">OH YA UDAH KALO GITU</span></p><p>Ya udah si ya udah lah ya, tapi mas Eki ini kadang suka nyeplos ke keluarganya dia, semacam nyeplos soal kebiasaan gue yang tidak mantu-able, “Mah, dia tuh ______ tauuu!”, DIH LU BISA JAGA MARWAH GUE GAK NIH YA!?</p><p>Kalau mas Eki lagi membuka sifat-sifat asli gue, gue memasang muka senyum tapi melotot ke arah dia, MALU DONG.</p><p>Namun ternyata mulai saat itu, gue makin rileks aja sih, ya udah gitu ga usah pake gaya-gaya anak manis anak baik, ya gue sih begini-begini aja.</p><p>Gue malah jadi semacam attach sama mamanya mas Eki karena mamanya mas Eki sangat natural dan organik sekali ya, gue jadi ikut be real dan ga harus jaga sikap yang gimana-gimana. </p><p>Lalu gue menciptakan kesimpulan kalo wow i like this man’s family. Gue merasa bisa get along dan ngga planet-planet banget. </p><p>Gue lega banget ternyata gue bisa dapet calon mertua yang sangat rileeeeks dan ngga berpakem-pakem formal.</p><p><br /></p><p>***</p><p><br /></p><p>Pada akhirnya di umur kami yang udah tidak muda ini (oh hello koyo), kami rada malas untuk bertarung dengan keluarga perkara restu. Kalau orang tua ga suka ya udah skip aja males banget… </p><p><br /></p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-68598777157441167402022-11-21T18:12:00.001+07:002022-11-21T18:12:09.527+07:00Aku dan Eki yang (Tidak) Se-Soulmate Itu<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPJb6g657Iois7BGFaJXHfxTwbEXkcDf52fF_K5H8Ra4KhCZS_49GdB_1TR0OH22P6QN1Cnr34VMWJNxnqukeVA2PBfaAC8kvKq5bcEZZYf-3y5qNUHT0SQ_Y-FxTPGpBC8QDTLAKlws5dqJMIlNAv9t8r5DIxwD3Uz81b9Ljwj0enPknuMpf0c_MP/s6960/IMG_0088.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="6960" data-original-width="4640" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPJb6g657Iois7BGFaJXHfxTwbEXkcDf52fF_K5H8Ra4KhCZS_49GdB_1TR0OH22P6QN1Cnr34VMWJNxnqukeVA2PBfaAC8kvKq5bcEZZYf-3y5qNUHT0SQ_Y-FxTPGpBC8QDTLAKlws5dqJMIlNAv9t8r5DIxwD3Uz81b9Ljwj0enPknuMpf0c_MP/w427-h640/IMG_0088.jpg" width="427" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto lamaran kami yang awikwok</td></tr></tbody></table><p><br /></p><p> Iya, kalian tidak salah baca, aku dan Eki tidak se-soulmate itu.</p><p>Tapi kita memutuskan untuk naik kelas a.k.a lamaran pada tanggal 30 Oktober 2022.</p><p><span style="background-color: #fce5cd; font-size: medium;">“TERUS KALO GA SE-SOULMATE ITU, KOK MAU NIKAH??</span><span style="font-size: medium;">”</span></p><p><span style="background-color: white;">Jadi begini, sebagai sedikit profil kami, gue adalah anak Banten Tangsel by heart, pemain biola by pride, circlenya sama anak jekate dan be-es-de banget, nongkrongku di Bintaro dan BSD, temen-temenku adalah temen-temen dari SMM BSD yang pas gede jadi musisi job-joban di Jakarta. Candaanku sangat Tangsel sekali, logatku juga rada Betawi walo aku ga keturunan orang sana. Terus aku anaknya metropolitan banget (huek) dan urban sekali (asik bgt i love myself but not really). S1 ku di BSD, S2 ku di IKJ. Musik yang kumainkan di IG adalah jazz progressive fusyen susah berhitung artimatika sinkop-sinkop gagap. Sebagai anak ibukota kelahiran 95, umurku adalah umur yang cukup buat dandan-dandan pake soflens dan bikin makeup tutorial. </span></p><p>Eki, on the other hand, kelahiran Malang, SMA merantau ke Jogja sampe dia tua kek sekarang. Kerjaannya adalah pemain cello klasik terdepan pada masanya, sekarang jadi conductor orchestra dengan format klasik Barat abieeeezzz dan sirkelnya adalah bapak-bapak PNS. Eki fasih bahasa jekate karena berasal dari keluarga campuran Betawi - Jatim. Hidup Eki cuma di depan laptop sama di kampus doang pada masanya, oh sama di belakang stand part karena ngondak mulu. Doi ngakunya ga suka denger musik tapi boong karena kalo bersenandung lagu-lagu klasik mulu. Perbedaan 6 taun membuat jokes kami kok beda ya. Gaya hidup? Udah pasti sih ya. </p><p>We are SO SO DIFFERENT, ampe detik ini gue jadi tunangan Eki pun gue masih kayak “dih kok bisa yaaa?? Bukannya kita BEDA BANGET??”</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><p>Awal-awal pacaran, kerjanya debat terus, karena banyak gaya hidup dan perbedaan kultural yang terlalu jauh banget, mulai dari habit nongkrong, habit keseharian, dan yang paling fatal: konsep boundaries.</p><p>Konsep batasan ini susah banget ya untuk dicari jalan tengahnya, apa yang kita ga boleh kita lewati, apa yang boleh kita nego, apa yang ga boleh dinego, syarat apa yang harus dipenuhi ketika melakukan sesuatu, dan lain sebagainya. WOW, i never had this kind of talk in my life.</p><p>Di tengah perjalanan itu, kami emang sering capek banget sih, gontok-gontokan terus. Ngga hanya masalah gaya hidup dan batasan, masalah opini-opini sosial juga sering bikin ribut. </p><p>We were fighting fighting debating repeat. </p><p>Sampai pada bulan ke-sekian, gue merasa... <span style="background-color: #d9ead3;">“kok kita udah jarang ribut ya?</span>”</p><p><span style="background-color: white;">Kok bisa yaaa? Bukannya kemaren berantem terus? Kok bisaaaa??</span></p><p><span style="background-color: white;">Bukannya dulu gue berprinsip, <b>“kalo dari awal udah ga cocok, ga akan cocok sampe belakang-belakangnya”? </b>Ini kok bisa perlahan-lahan adem ayem, perlahan-lahan udah jarang ngomel-ngomel lagi. KOK BISA?</span></p><p>Setelah gue pikirin, itu karena kami berdua, <b>BERDUAAA, bener-bener berdua,</b> saling mencari jalan tengah. Ada yang lebih santai, ada yang lebih ekspresif, ada yang lebih menjaga batasan, ada yang lebih mawas diri, dan berbagai macam adaptasi-adaptasi lainnya.</p><div>KOK BISAAA?? (untuk yang ke sekian kalinya)</div><p>Kok gue bisa berubah jadi kayak gini? Kok bisa dia berubah jadi kayak gitu? Kok komunikasi kita makin enak? Kok dia lebih pengertian? </p><p>Kami berdua orang yang sama-sama keras, tapi kami berdua, yang batu ini, sadar kalau kami begini terus, hubungan kami ga akan maju. Mas Eki sangat sangat beradaptasi sama gaya hidup gue yang nananininunu, dia yang ga terlalu suka telfonan, jadi telfonan tiap hari, dia yang awalnya ga kenal konsep kado, jadi ngirimin gue kue, kado ultah, dan hal-hal yang gue pengen (dengan bumbu-bumbu malak), lalu dia juga belajar cara menghandle ketika gw marah-marah. </p><p>Gue belajar untuk ngga membuat dia was-was berhubung kami LDR, gue belajar buat paham apa yang bikin dia triggered, daerah sensitif dia, dan belajar memahami kondisi mental dia.</p><p>Usaha-usaha kami sangat berasa sekali.</p><p>Puncaknya adalah, ketika kami akhirnya berbicara soal pernikahan. Tentu saja gue terus terang dan terbuka sama ketakutan gue akan menikah, karena i didn’t want to remarry back then. Kalo sama Eki, walau kita akan berantem, gue tetep akan address the issue, jadi gue luapin semua ketakutan gue akan pernikahan. Eki menghandle dengan sangat baik sekali, dia menawarkan solusi, dia ngga berusaha ‘mengubah’gue, dia mengakomodir kekhawatiran gue soal pernikahan.</p><p>Ada beberapa poin yang cukup mengharukan tapi ga bisa ditulis di sini, tapi keputusan dan solusi dia saat itu, sangat membuat gue tersentuh. Intinya, betapa dia ngga mau gue repot dan stress dalam berumah tangga. Dia pingin bikin rumah tangga yang enjoy, yang santai, yang ngga ada pressure, setidaknya berusaha meminimalisir itu.</p><p><span style="background-color: #d0e0e3;">Setelah sekitar setahun pacaran, gue baru melihat ada orang yang melakukan effort segitu besarnya buat gue, secara mental maupun finansial.</span> Usaha dia betul-betul berbobot, perubahannya banyak sekali. Ini kalo diketik semua, bisa-bisa gue nangis, ini aja udah berkaca-kaca hahhahaha!</p><p>Kami berdua punya trauma, dan perlahan we healed along the journey. We’re progressing a lot. Dua-duanya sama-sama adjusting.</p><p><b>Even though kami bukan soulmate yang semua-muanya sehati, kami adalah pribadi yang mau saling diskusi.</b></p><p>Kami mau berkembang dan bertumbuh bareng, kami mau berusaha untuk menemukan solusi, kami mau adaptasi.</p><p>Berbekal sikap-sikap itu, akhirnya gue bilang “mau” pas doi nanya “kamu mau gak nikah sama saya?” via video call. Dipikir-pikir apaan sih, spontan uhuy banget, kaga mau bikin occasion yang apeeee gitu?</p><p>Gue yakin sikap itu bisa jadi bekal berpasutri yang baik. Karena apalah hubungan manusia kalo ga ada progress apa-apa? Perubahan itu ngga hanya dari faktor internal, tapi external, kalau salah satu dari kami punya fixed mindset, kami ga akan bisa beradaptasi diguncang perubahan di sekitar kami.</p><p>Kalo gue keras, kalo Eki batu, kami ga akan damai sentosa kayak sekarang, pasti udah putus dari kapan. </p><p>Aku berupaya memenuhi kebutuhan psikis beliau, beliau berupaya memenuhi kebutuhan psikis dan MATERIALISTIS SAYA HAHAHAHAHAHHA (matre alert). Bercanda, ya maksudnya kan, nikah butuh biaya ya, jadilah gue nana nini nunu untuk anu ini itu dan lain sebagainya (ngeles).</p><p>Komunikasi kami juga santai aja sih, ngga disopan-sopanin HAHAHAH. Kalo bercanda kaga difilter, kalo ngakak-ngakak bareng kadang suka act out. Karena ya gimana? Kami kan udah saling kenal jauh sebelum kami pacaran, jadi mau sok pencitraan <b>mana sempaat keburu terlambaat. </b></p><p>Ada masa-masanya gue scroll DM kami yang lalu lalu, dan gue bilang ke Eki, “Mas, gila ya gue akhlakless banget waktu itu”, dijawab sama dia, “EMANG KWKWWKWK”.</p><p>He’s such a nice temen nongkrong for me (ini penting). Karena jokes-jokes sopan gitu AKU TIDAK BISA HAHAHHAHA.</p><p><br /></p><p>***</p><p><br /></p><p>Di penghujung tulisan, gue jadi merasa, apalah pentingnya soulmate? Lebih penting kemampuan adaptasi. Ya, kalau soulmate sih ngga perlu adaptasi ya, tapi kalau dihadapkan di situasi yang harus beradaptasi, apakah bisaaa? Kan ngga belajar adaptasi.</p><p>“Mas, yang sodaraan aja bisa berantem, apalagi kitaaa? Ya berantem deh hayok, ayo diomongin aja, dicari solusinya, konflik itu ga bisa dihindari bukan”</p><p>Aku dan Eki tidak se-soulmate itu.</p><p>Tapi kami nyaman berdiskusi dan cari solusi. Sehingga apapun rintangannya, kami bisa jalani dan memecahkannya bersama-sama.</p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-31712524349760342562022-09-27T13:50:00.000+07:002022-09-27T13:50:30.840+07:00Non-Biner dan Skill Politis Receh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWPSK6tc2saZzdYsCpBbYs2ZxPCNaV8MzNjFQN2AoAmfp4o712jZumIIvk3BpcdGn7CTFEIWv-j0E5G3gxJfPQtMGTgJYeFX6jzsYr8f-ClSzQm6G-hdXi1FaC928IgYJb8pWISUxVpeNQSwxvGLI34EGarY-NZDGrIIE9TSmY5v95GU07nt9SsIam/s1478/6.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1478" data-original-width="1478" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWPSK6tc2saZzdYsCpBbYs2ZxPCNaV8MzNjFQN2AoAmfp4o712jZumIIvk3BpcdGn7CTFEIWv-j0E5G3gxJfPQtMGTgJYeFX6jzsYr8f-ClSzQm6G-hdXi1FaC928IgYJb8pWISUxVpeNQSwxvGLI34EGarY-NZDGrIIE9TSmY5v95GU07nt9SsIam/w640-h640/6.png" width="640" /></a></div><p>Jaman sekarang, informasi udah gampang banget diakses. Informasi-informasi tersebut yang tadinya eksklusif, sudah menjadi inklusif. Informasi-informasi tersebut juga banyak banget yang bermanfaat buat kebutuhan interpersonal kita, ngga hanya untuk kebutuhan akademis. Jaman dulu, kalo nyari artikel soal Global Warming, gue harus potong-potong koran, ubek-ubek koran, tempelin di satu kertas HVS untuk dirangkum, buat besoknya dipresentasiin di depan kelas. Jaman dulu, kalo gue ngga bisa kerjain soal matematika, gue hanya akan meratapi langit-langit dan menggumam "yah yaudah lah", sekarang gue bisa mecahin soal matematika di website generator rumus matematika. Duh, kenapa ya gue ga hidup di jaman ini aja pas gue masih jadi pelajar? Kan asik ya!</p><p><br /></p><p>Informasi tentang hubungan interpersonal dan intrapersonal juga udah beragam banget, dari yang berat sampe yang receh. Sebut aja teori teori soal Love Language (HAHAHA INI GUE), zodiak beserta moon dan rising-nya, dan hal receh lainnya. Di tingkat yang lebih serius, kita juga mengenal soal identitas gender, pronouns, yang membahas bagaimana kita mengidentifikasi dan mendefinisikan gender kita. Di kolom KTP, "jenis kelamin" itu hanya ada laki-laki dan perempuan (ya gue ga tau kalo intersex masuknya kemana huhu). Lalu ada yang namanya identitas gender. Kalo kata wikipedia (duh udah S2 kok masi mencatut Wikipedia si), "Identitas gender adalah pengertian dan kesadaran seseorang mengenai gendernya sendiri. Identitas gender seseorang dapat selaras dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir atau justru sepenuhnya berbeda".</p><span><a name='more'></a></span><p>Jadi begini, kalo secara medis lo laki-laki, secara identitas lo bisa 'merasa' kalo lo laki-laki, perempuan, keduanya, atau bukan keduanya. Identitas gender itu, dalam teorinya, adalah gender dirasa cocok dengan kepribadian dan ekspresi diri.</p><p><br /></p><p>Sebagai anak cisgender (sebutan dimana seseorang merasa selaras dengan jenis kelaminnya), gue kurang lebih sering menyaksikan orang-orang yang merasa "gue lebih ke arah cewek/cowok deh dibandingkan jenis kelamin yang gue punya". Ya, ada sih, ada aja. </p><p><br /></p><p>Contohnya, mahasiswa yang sedang viral karena dia secara terbuka mengaku bahwa ia non-biner, sebuah identitas gender dimana dia ga merasa bahwa dia laki-laki/perempuan. Entah dia tidak merasa condong ke jenis tertentu, atau ngga mau diberi label aja.</p><p><br /></p><p>Lalu setelah pengakuan itu, menurut yang gue baca, kampusnya memberikan surat teguran, atau dikeluarin apa yak? Pokoknya begitu lah ya, pernyataannya direspon buruk oleh pihak kampus. </p><p><br /></p><p>Kasus ini heboh, terutama di komunitas yang mengampanyekan soal keragaman gender. Mereka merasa identitas gender adalah hal yang tidak pantas diintervensi oleh instansi apapun karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Kenapa mahasiswa ini harus dihakimi berdasarkan identitas gendernya? Kira-kira begitu isi protesnya.</p><p><br /></p><p>Menurut gue, anak ini ga salah kalau ia mengidentifikasi dirinya sebagai apapun yang dia rasakan, terserah, itu wewenang dirinya sendiri, namun setelah 26 tahun gue hidup, gue belajar bahwa tiap tempat ada 'cara'nya, tiap ruang ada 'identitas'nya, tiap forum ada 'aturan'nya, terutama di tempat yang berkaitan dengan banyak orang, banyak faktor, dan kepentingan, seperti instansi pendidikan.</p><p><br /></p><p>Selama 26 tahun gue hidup, gue belajar bahwa tiap pengakuan, ada tempatnya. Tiap dialog, ada tempatnya. Tiap ekspresi, ada tempatnya. Menurut gue, itulah yang dinamakan berpolitik kasta kecil-kecilan, ketika kita bisa berperan dengan tepat di tempat yang tepat. Hal ini ngga bisa diartikan jadi membohongi diri sendiri, tapi kritis sama kondisi yang kita tempati saat ini. </p><p>Sesederhana begini deh yak, elu abis party dengan temen-temen kantor lu, masa iya lu cerita apa yang lu lakukan ke dosen pembimbing lu? "Pak maaf saya baru kirim film bimbingan jam segini, karena saya abis minum sama temen-temen saya". Untuk apa informasi itu diucapkan? Cap apa yang mau diperoleh? Kesan apa?</p><p>Atau misalkan gini, lu lagi di tongkrongan baru, kenalan baru, temen-temen baru, terus di situ, elu cerita soal kisah pedih lu soal kondisi di rumah yang KDRT, pacar yang tukang boong, temen yang bawa pergi duit lu. Apakah forumnya cocok? Cocok kalo lu emang sengaja pengen dimusuhin, sok aja silakan. Tapi kalo lo niatnya mau bersosialisasi dan memperluas pergaulan, ya jangan bahas itu.</p><p>Pun jika memang ada yang sengaja bertanya soal kondisi hubungan lo, apa iya saat dipancing pertanyaan begitu, lo langsung membeberi semua aib-aib pacar lo? Kan nggak ya... tetap harus ada yang difilter. Kenapa? Karena, 1) kita ngga tau respon dan konsekuensi yang akan kita dapat, 2) informasi itu ga berguna untuk dikonsumsi orang lain, 3) read the room.</p><p><br /></p><p>Begitu juga opini gue soal anak yang mengaku non-biner di kampus. Ingat, ruangnya harus dibaca, dia akan bicara di mana? Resikonya apa saja kalau dia open soal identitas gendernya di instansi pendidikan di Indonesia yang masih sangat konservatif? Apakah manfaatnya akan lebih besar dari kerugiannya? Kalau terjadi hal buruk, apakah hanya dia yang menanggung resiko itu? Apakah melibatkan orang tua yang membiayai dia? Apakah melibatkan CV dan peluang kerja di masa depan yang masih mendahulukan ijazah kuliah? </p><p><br /></p><p>Apakah artinya dia harus berbohong? Nggak juga. Jawablah, "di KTP saya, saya laki-laki". Titik. Aman, diplomatis, dan ngga bohong juga ya. </p><p><br /></p><p>Lagipula, menurut gue pertanyaan "kamu laki-laki atau perempuan?" Sebagai respon dari gestur tubuhnya yang mungkin kurang maskulin, adalah pertanyaan retoris yang tidak usah dijawab. Jawablah dengan sat set sat set diplomatis minta maaf dan boom masalah kelar dan kamu bisa menjalani hidupmu seperti biasanya. </p><p><br /></p><p>Terlepas dari pertanyaan "kamu laki-laki atau perempuan?" Yang rada nganu dan tendensi mempermalukan, kita harus bisa baca pesan tersirat di balik pertanyaan itu. Begitulah cara orang dewasa bertahan hidup di tengah kerasnya dunia 😂</p><p><br /></p><p>Maka, tidak terang-terangan mengakui identitas gender di ruang tertentu, bukanlah sebuah tindakan denial, tapi tindakan politis. </p><p><br /></p><p>Toh kamu masi bisa open ke sahabat-sahabatmu, dating apps-mu, YouTube-mu, instagram, media sosial apapun itu. Berbicara topik gender (yang masih sulit diterima di konteks budaya Indonesia), butuh ruang dan orang yang tepat. I'm so sorry but it is what it is.</p><p><br /></p><p>Don't hate Indonesia too much though, membenci budaya Indonesia bisa membuatmu jadi ga mikir cara menghadapi situasi-situasi seperti ini.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-70461392221580010372022-05-13T13:23:00.006+07:002022-05-13T13:23:45.789+07:00Terkadang, Usaha Mengkhianati Hasil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx38R8k3XY8PiHCskhdNLZyE4BBud9o9Hx3xAFnQjzlK0p_zFqI169zmbc4KxyeRjEtcFrg4kqDsT-91vuFMVDGS5dXSqY_mGrc0vTt6ovTU-QQKIpJFZWEQTBQ1ORnAVZW1LBxmOu-fmkO-gkC8fjarLIuUX5WBxJe0VFB24eRQ-cAZFkN3mM_X1h/s2240/White%20Sunset%20Motivational%20Blog%20Title.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1260" data-original-width="2240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx38R8k3XY8PiHCskhdNLZyE4BBud9o9Hx3xAFnQjzlK0p_zFqI169zmbc4KxyeRjEtcFrg4kqDsT-91vuFMVDGS5dXSqY_mGrc0vTt6ovTU-QQKIpJFZWEQTBQ1ORnAVZW1LBxmOu-fmkO-gkC8fjarLIuUX5WBxJe0VFB24eRQ-cAZFkN3mM_X1h/s16000/White%20Sunset%20Motivational%20Blog%20Title.png" /></a></div><br /><p> “Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil”, kata mereka-mereka yang memotivasi orang-orang yang kerap gagal dalam kehidupan. Jujur aja, kalimat ini sangatlah powerful dan memberikan rasa tenang, terutama untuk mereka yang sedang ada di dalam titik terendah. Kalimat ini menyemangati mereka untuk ‘sabar dulu, semua ada waktunya’.</p><p>Which is true.</p><p>Tapi, ngga juga.</p><span><a name='more'></a></span><p>Bagaimana dengan mereka-mereka yang sudah belajar mati-matian untuk masuk ke akademi, namun harus tergeser karena bukan dari keluarga yang mampu? Oh sorry, kadang status mampu aja ngga cukup, tapi harus berkuasa. </p><p>Bagaimana mereka-mereka yang selama 2 tahun di rumaaah doang, ngga kemana-mana, kerja online, gofood terus, isolasi mandiri, namun tetap terkena covid?</p><p>Bagaimana mereka-mereka yang ngga belajar tapi tetep masuk peringkat 5 besar, sedangkan kita yang mati-matian belajar, masuk 20 besar aja ngga?</p><p>Terkadang, usaha itu ngga cukup.</p><p>Butuh bakat alami, butuh duit, butuh lahir dari keluarga yang berkuasa, butuh kecerdasan bawaan orok, butuh hoki WKWKW. <span style="font-size: xx-small;">(kalo saya sih, kurang di hoki wkwkwk)</span></p><p>Kita selalu butuh goals untuk melakukan effort. Kita pasti punya tujuan, makanya kita berusaha. Kita selalu kejar apa yang jauh di depan mata kita, agar kaki kita lebih kencang lagi untuk berlari. WE CRAVE FOR THAT GOALSSS.</p><p>Goals, atau tujuan, ngga hanya membangkitkan rasa berlari kita, namun memberikan gairah dalam menjalani kehidupan. Untuk apa hidup tanpa tujuan? Maka dari itu, mari semangat mengejar goals kita, dengan berusaha. Begitu, kan?</p><p>Selama ini, gue merasa bahwa effort hanya bagian dari mendapatkan goal. Effort is just an effort. Kalau goal-nya ngga dapet, effort kita sia-sia. Nilai effort, berbanding lurus dengan nilai goal. Kalau goal ga dapet, nilai effortnya jadi gugur. Kalau goal nya gol (wow permainan kata) maka effort kita layak dipelajari khalayak ramai dengan video TikTok berjudul “5 Tips Masuk Perguruan Silat”.</p><p>Terus kalau ngga gol? Capek. “Hadeh tau gitu gua main gensin impek aja di rumah”, begitu kata Nahla abis lulus S2.</p><p>Males kan kalau sesuatu yang kita upayakan ga kita dapetin? Males.</p><p><span style="background-color: #cfe2f3; font-size: medium;">Maka itu, mari kita putus rantai hubungan antara “usaha” dan “hasil”.</span></p><p><span style="background-color: white;">Usaha memang hal yang otomatis kita lakukan untuk menuju satu hal, namun mari kita lepas hukum sebab-akibatnya, mari kita lepas keterkaitannya.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kamu usaha, belum tentu dapet hasil.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kamu bikin CV dan portfolio buat apply jadi Illustrator, belum tentu kamu keterima,</span></p><p><span style="background-color: white;">namun,</span></p><p><span style="background-color: white;">setidaknya kamu punya CV. Setidaknya otakmu kepake untuk bikin portfolio ngelamar jadi illustrator, setidaknya kamu belajar nulis cover letter, setidaknya kamu produksi desain baru.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kamu usaha, belum tentu dapet hasil.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kamu bikin konten musik untuk menang lomba, belum tentu kamu menang.</span></p><p><span style="background-color: white;">Namun,</span></p><p><span style="background-color: white;">setidaknya kamu belajar cara home-recording, produksi video musik ala-ala, belajar mixing-mastering ala-ala, dan menelurkan konten baru untuk jadi portfoliomu.</span></p><p><span style="background-color: white;">Iya, memang, ngga ada yang lebih HUWAWWW dari mendapatkan gelar juara. I know the adrenaline rush dudeeee ketika nama kita terpampang sebagai salah satu pemenang; validasi diri kalau kita berharga, pamer, pembuktian ke orang tua, menorehkan prestasi untuk diri sendiri.</span></p><p><span style="background-color: white;">Tapi, untuk kebaikan mental kita bersama, boleh gak kalo kita juga mencari adrenaline rush ketika sedang dalam prosesnya?</span></p><p><span style="background-color: white;">Gue pikir itu ide yang bagus. Kita harus semangat dan excited sama ilmu dan pengalaman baru ketika sedang berusaha, kita harus bisa ‘mengenyangkan diri’ dengan temuan baru ketika kita lagi eksplorasi, kita harus semangat, bukan hanya karena ingin menang, tapi semangat akan berbuat sesuatu.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalo kata orang, nikmati perjalanannya, bukan hanya tujuannya....</span></p><p><span style="background-color: white;">Sehingga, iya, usaha kadang menkhianati hasil.</span></p><p><span style="background-color: white;">Tapi screw hasil lah, kalau kita udah sampe tahap ‘berusaha’ artinya kita masih jadi manusia yang berupaya, berdaya, punya gairah, punya otak, punya otot, punya harga diri; <b>manusia yang komplit.</b></span></p><p><span style="background-color: white;">Maunya sih bilang, “kita tidak didefinisikan oleh prestasi dan pencapaian kita, tapi kadar manfaat kita sebagai manusia yang baik”, tapi Mevlied Nahla si over achiever ngga relate sih sama kalimat tersebut, ya nanti-nanti deh ya.</span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-23465221134984587652021-07-25T23:15:00.000+07:002021-07-25T23:15:15.540+07:00Tentang 25 Tahun yang Banyak Luka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Q0GLacDSMjwrcd7fpdH3QpB65e5HAivWtw-NTBSwNuWwYBHRHo63G1fvlh3G1dy3rXOEE-G3EL7dNNmunjrJrHTmqZACSYzF3NDxbmr7aMC_SDT6zwIqhc6ATf1a1_ixz6WOe1IN9Ic/s2048/Brown+and+Cream+Motivational+Blog+Banner.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Q0GLacDSMjwrcd7fpdH3QpB65e5HAivWtw-NTBSwNuWwYBHRHo63G1fvlh3G1dy3rXOEE-G3EL7dNNmunjrJrHTmqZACSYzF3NDxbmr7aMC_SDT6zwIqhc6ATf1a1_ixz6WOe1IN9Ic/w640-h360/Brown+and+Cream+Motivational+Blog+Banner.png" width="640" /></a></div><br /><p>Gue pernah nulis soal masa-masa depresi gue di link berikut: <a href="http://www.haloterong.com/2020/11/im-currently-not-okay.html" target="_blank">I’m Currently Not Okay</a></p><p>Pada masa itu, tepatnya sekian bulan yang lalu, sekitar awal tahun, gue di titik melontarkan “gue mau mati” out of nowhere, pada momen yang random, misalkan lagi makan, ngga mikirin apa-apa, tiba-tiba kata itu ‘loncat’ dari mulut gue. Followers Twitter gue (yang protected itu) pasti tau bahwa gue sering ngetweet bagaimana gue merasa gue pingin mati aja, pingin ngga ada di dunia ini, pingin mengakhiri hidup. Awalnya, gue merasa bahwa penyebab dari hal tersebut adalah perasaan ngga berguna di masa pandemi ini, namun kadang gue merasa kalau ini adalah akumulasi trauma-trauma gue yang lalu-lalu.</p><span><a name='more'></a></span><p>Seseorang pernah berkata, “kamu hadapi dong trauma kamu”. Mungkin dia ada benarnya, karena apapun problem hidup yang gue alami, selalu cepat-cepat gue kubur dan ‘move on’, sehingga hidup gue terlihat dinamis, tapi tunggu dulu: apa benar masalah yang dikubur itu sudah menjadi ‘mayat’? Apa ternyata gue cuma ‘membius’ monster secara sementara aja?</p><p>Kalau ‘membius’, mau sampai kapan? Kalau ‘bius’nya sudah hilang, apakah mau lanjut ‘dibius’ lagi? Diam-diam diberi uap agar monster itu tertidur, sedangkan gue cuma diem dari jauh sambil melihat apakah ‘uap bius’ itu bekerja? Kalau ‘uap bius’nya udah ga mempan, mau pakai ‘bius’ apa lagi? </p><p>Perlahan gue menyadari bahwa apa yang SUDAH gue lalui, ternyata masih sakit kalau diingat. Ternyata, hal yang sudah lewat, hal yang menurut gue ‘baik-baik saja’, menjadi tidak ‘baik-baik saja’ kalau ketrigger sama sesuatu.</p><p>25 tahun membawa luka, 25 tahun menghadapi banyak momen-momen gelap, 25 tahun semuanya terakumulasi. Apakah perkara mental ini ada karena gue yang terlalu takut untuk menghadapinya? Apakah gue seorang pengecut? Apakah gue merasa lebih baik melupakan tanpa mencari tau cara mengobatinya? </p><p>25 tahun semua trauma terakumulasi, diabaikan, bagaimana jika sudah 30 tahun? 40 tahun? Bisakah hidup sambil memelihara monster-monster tidur tersebut?</p><p>Lalu, bagaimana jika monster tersebut bangkit secara bersamaan? Ketika obat bius sudah habis, ketika ditekan dengan problem lain? </p><p>Dilanjutkan dengan pertanyaan pamungkas:</p><p><b><span style="font-size: large;">Kapan rantai ini terputus?</span></b></p><p><span>Siapa yang mau memutus rantai ini? Gue? Gue ga kuat, gue ngga setangguh itu. Ah masa iya ga setangguh itu? Emangnya udah berlatih untuk tangguh? Latihan seperti apa yang udah dijalankan sehingga memutuskan bahwa gue ngga tangguh? Dari mana menyimpulkan hal tersebut kalau latihan, dicoba, dan dihadapi saja tidak pernah? </span></p><p>Dokter anastesi fungsinya untuk support dokter bedah, dokter yang secara cermat mengangkat tumor-tumor tersebut. Tanpa dokter bedah, peran dokter anstesi di meja bedah hanya membuat si sakit ini terbaring lelap, melupakan penyakitnya secara fisik, namun organ dalamnya akan tetap menghancurkan si sakit tersebut. </p><p>Begitupun gue, gue harus jadi dokter bedah, bukan dokter anastesi. Ketika monster gue sedang tertidur, harusnya gue bisa mengobati isu-isu itu, “mumpung tidur”, katanya.</p><p>Akhirnya gue merasa bahwa, <b>gue punya masalah dalam mengatasi problem sendiri</b>, gue harus coba cara lain, karena cara mengubur, membius, itu tidak efektif. Gue harus menghadapi, mencari solusi alternatif, menyadari bahwa apa yang gue lakukan selama ini, ternyata tidak baik buat jangka panjang.</p><p>Tapi gue gak bisa melakukannya sendiri.</p><p>Mungkin minta bantuan professional, mungkin minta support orang terdekat, mungkin dengan cara menangis dengan jujur, mungkin dengan mengonsumsi obat penenang, mungkin dengan mendekati objek trauma itu, dan 'mungkin dengan mungkin dengan' lainnnya.</p><p>Nahla<i> strong</i> banget, yeah, <i>at what cost?</i></p><p>Untuk saat ini, gue harus bersyukur bahwa gue uda ga bergumam-gumam hal <i>suicidal </i>seperti awal tahun 2021. Gue harus bersyukur bahwa <i>HEYY I’M MAKING PROGRESS</i> dengan menyadari bahwa ada metode yang salah dalam menghadapi trauma. </p><p>Trauma yang terakumulasi ini menjadikan gue orang yang super <i>insecure</i> dalam menghadapi apapun, sekali pun <i>outcome </i>nya bagus, <b>seakan dikerjakan oleh orang yang percaya diri.</b></p><p>Penghargaan gue terhadap diri gue sendiri itu rendah sekali, <i>as if nobody will love me if i’m not doing things extra. </i>Maka dari itu harus ambisius, harus sempurna, kerjaan harus bagus, wajah harus cantik, <i>style </i>ga boleh gembel, main biola harus berkembang, harus dapet nilai bagus, harus bisa ini itu yang tidak bisa dicela, padahal “ketidaksempurnaan itu ada untuk bahan evaluasi, ‘kan?” hanya untuk ditangkis dengan “emangnya siapa yang bakal nerima aku kalau aku ga sempurna?”</p><p><span style="background-color: white;"><b>Aku, aku yang ga terima.</b></span></p><p>Padahal harusnya gue tau bahwa ga semua orang melihat kekurangan gue, ga semua orang bahkan sadar sama hal-hal yang menurut gue ga sempurna, ga semua orang pun peduli sekalipun mereka tau bahwa gue tidak sempurna, dan orang-orang tertentu menerima gue dengan tangan terbuka, walau kadang ga sesuai ekspektasi mereka. Ngga, bahkan orang-orang tertentu ngga berekspektasi apa-apa atas diri gue.</p><p>Jadi siapa dulu yang harus dibunuh? Nahla yang ngga menerima ketidak-sempurnaannya, atau Nahla yang pengecut ga bisa menghadapi traumanya sendiri?</p><p>Udah, gue pingin hidup tenang, hidup santai, hidup dengan ringan dan bercanda-canda, pingin happy, pingin bertanggung jawab atas diri sendiri.</p><p>Udah ya, maafin diri sendiri, udah ya, udah stop, kasian kamu, kamu berhak mencoba lagi semuanya, dari awal, awal banget, ngga usah membawa memori-memori buruk dari masa lalu, dimulai aja, ngga apa-apa, dengan kondisi beda, umur beda, konteks beda, manusia-manusia yang berbeda, objek yang kamu traumakan bisa jadi ngga akan terulang lagi.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-10069066502006490072021-05-27T17:38:00.007+07:002021-05-27T17:40:35.329+07:00Apakah Scarlett Acne Series Bisa Menghilangkan Jerawat? Scarlett Acne Series Review<br /><br /><b> Scarlett Acne Series Review</b><div><span style="font-size: x-small;"><i>Sponsored</i></span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxX_nt-mpKyZWk1wKzccFXosHzQvNbut0XrGxAKUEtW4t4u4Em47EwWwMNzq-gF8LydL7j6u6WphtlRA4C_2yzyfjbiQZ_wuYaUbP8kE2sIRGWmmF8EzCX_oRFFNf3XEaqyOOlyxcfEGA/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="2048" data-original-width="1430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxX_nt-mpKyZWk1wKzccFXosHzQvNbut0XrGxAKUEtW4t4u4Em47EwWwMNzq-gF8LydL7j6u6WphtlRA4C_2yzyfjbiQZ_wuYaUbP8kE2sIRGWmmF8EzCX_oRFFNf3XEaqyOOlyxcfEGA/s16000/IMG_0670.JPG" /></a></div><br /><br />Gue penasaran banget sama brand Scarlett, karena gue udah sering banget denger review positif dari brand ini. Tanpa adanya aktivitas endorse-endorsean seperti ini pun, gue udah beli seri Scarlett Brightly Ever After Night Cream sebelumnya, plus gue disuruh beli Scarlett Acne Serum sama temen gue, karena katanya bagus. Maka dari itu, gue sangat-sangat ikhlash dan bahagia dalam membuat postingan ini.<br /><br />Scarlett Acne Series terdiri dari 3 produk:<br />Scarlett Acne Serum<br />Scarlett Acne Cream - Day<br />Scarlett Acne Cream - Night</div><span><a name='more'></a></span><div><br />Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk mengobati jerawat, menyamarkan pori-pori dan garis halus di wajah, membantu peradangan jerawat dan lainnya.<br /><br />Key ingredients dari seri ini adalah:<br /><br /><i>CM Acnatu, Poreaway, Double Action Salicylic Acid, Natural Vit C, Natural Squalane, Hexapeptide-8, Aqua Peptide Glow, dan Triceramide.</i><br /><br />Langsung sikat reviewnya aja kali ya!<br /><br />Review Scarlett Acne Serum<br /><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5OJik9bq0vfXNTrjr7JxMoQl0JFVc5nD6NZbTVZ4h3M_znAzihoE_9_Npr7HVxlZsoOu4KTvz0bUlytphcGfJ64Kmwpn4k2zXz7-R-BcWeCyd1OyqRzfNEPdhBffHW31O9lKWKILXRCo/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5OJik9bq0vfXNTrjr7JxMoQl0JFVc5nD6NZbTVZ4h3M_znAzihoE_9_Npr7HVxlZsoOu4KTvz0bUlytphcGfJ64Kmwpn4k2zXz7-R-BcWeCyd1OyqRzfNEPdhBffHW31O9lKWKILXRCo/s16000/IMG_0678.JPG" /></a></div><br /><br />Key Ingredients:<br /><br /><i>Tea Tree Water, Salicylic Acid, dan Liquorice.</i><br /><br />Packaging:<br /><br />Packagingnya berbentuk pipet kecil berwarna transparan dengan label berwarna ungu sebagai warna khas dari Acne Series. Ukurannya kecil, lebih kecil dari yang kupikirkan WKWK (emang mikirin apa deh??). Packaging ini lebih kecil dari botol foundation pada umumnya, sehingga travel-friendly. <br /><br /><br />Warna dan wangi:<br /><br />Warnanya bening namun agak kekuningan sedikit. Serum ini ngga mengandung fragrance dan it realllyyy shows, sejujurnya wanginya seperti wangi obat, namun disitulah letak istimewanya, karena gue jadi tau kalau serum ini bener-bener fragrance-free. Serum ini harus disimpan di tempat yang aman ya, jangan terkena sinar matahari langsung, ya namanya juga serum…<br /><br /><br />Review:<br /><br />Serum ini teksturnya cair banget dan ngga lengket, sehingga serum ini dapat menyerap ke kulit dengan cepat. Hal ini bisa jadi oke banget karena biasanyaaa nihh, acne fighter ‘alat tempur’nya pasti banyak, sehingga serum ini dari segi tekstur, enak untuk di-layer. Gue ngga merasakan cekat-cekit sama sekali saat pakai serum ini, bagian yang ada jerawat pun ngga berasa perih. Yang pasti, habis pakai serum ini harus pakai pelembab yaa, karena serum ini ngga memberikan hidrasi, ya iyalah kan bukan itu tugasnya.<br /><br /><br />Review Scarlett Acne Cream - Day<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvmXEf9S7wqNJXxZt6h8dKajUp1Y3jzKeJFC-udA8ISNvEZZtPYf6qlT5MIPFEwNy8xmGCiDoaarnHpHoGt2o-SYTYAduKt9PgapyYOQebuI5JjdEFxJeqpBRkTwDuNzZsDESWVF2W2G0/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="2048" data-original-width="1228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvmXEf9S7wqNJXxZt6h8dKajUp1Y3jzKeJFC-udA8ISNvEZZtPYf6qlT5MIPFEwNy8xmGCiDoaarnHpHoGt2o-SYTYAduKt9PgapyYOQebuI5JjdEFxJeqpBRkTwDuNzZsDESWVF2W2G0/s16000/IMG_0684.JPG" /></a></div><br /><br /><br />Key Ingredients:<br /><i><br />Double Action Salicylic Acid, Hexapeptide-8<br /></i><br /><br />Packaging:<br /><br />Packaging Scarlett Acne Cream - Day adalah jar kaca doff dengan partisi plastik. Jar ini dilengkapi box, sayangnya ngga ada spatula kecil, padahal kalau ada sih uh mantap. Walaupun terbuat dari kaca, namun jarnya ngga besar, sehingga ngga beban berat aja gitu hehe. <br /><br /><br />Warna dan wangi:<br /><br />Awalnya, saat pertama kali buka jar lid-nya, gue merasa produk ini bakal terlalu wangi. Tapi pas dipake di muka WOWW BEHH hahahaha therapeutic banget asli dah :)) Wanginya enak banget kalau udah nemplok muka, wangi day cream ini lembut dan ga berlebihan, cenderung tipis-tipis gitu, wanginya mengingatkan gue sama wangi lavender tapi bukan lavender duh pokoknya gitu lah. Warna krimnya putih.<br /><br /><br />Review:<br /><br />Bagus, titik. <br /><br />Habis pake cream ini, tekstur kulit gue langsung velvety dan mulus, cocok jadi base make-up karena kulit jadi baguuus banget habis pakai ini.<br /><br />Gue suka banget sama day cream ini, karena wanginya lembut dan menenangkan, plus teksturnya agak ‘cair’ tapi memberi kelembaban yang dibutuhkan. Sejujurnya gue ga pernah mengira bahwa gue akan se-impress ini sama day cream, but hey i did! Scarlett Acne Day Cream is super recommended!<br /><br /><br />Review Scarlett Acne Cream - Night<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieWiBJ7MLaFuWHmeGzFQU7G_iFtOjyC_rcQJFtV-LTqLl0lGWOfr0wA3mMLDhSA_SGus09YhIFr5S0XwJPTM7mBL9O9PW8UVMhROE2K40joo0vBynnf64SGKF1jsfq3baB6j9rs22c4hk/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieWiBJ7MLaFuWHmeGzFQU7G_iFtOjyC_rcQJFtV-LTqLl0lGWOfr0wA3mMLDhSA_SGus09YhIFr5S0XwJPTM7mBL9O9PW8UVMhROE2K40joo0vBynnf64SGKF1jsfq3baB6j9rs22c4hk/s16000/IMG_0686.JPG" /></a></div><br /><br />Key Ingredients:<br /><br /><i>CM Acnatu, Poreaway</i><br /><br /><br />Packaging:<br /><br />Sama-sama jar kaca, namun warnanya lebih dominan warna ungu dibanding day cream yang dominan warna putih, no spatula juga, ukurannya pun persis sama.<br /><br /><br />Warna dan wangi:<br /><br />Warnanya putih, wanginya lebih light dibanding day cream, namun wanginya serupa. Saat diaplikasikan ke wajah, wanginya ngga terlalu tercium.<br /><br /><br />Review:<br /><br />Teksturnya jauh lebih pekat dan kental dibanding day cream, dia juga memiliki tekstur, bukan seperti scrub tapi seperti whipped cream, konsistensinya pekat seperti selayaknya night cream pad aumumnya. Ketika diaplikasikan ke wajah, mudah diratakan, namun finishingnya lebih ke arah lembab dibandingkan day cream yang lebih velvet, sehingga dari segi efek tekstur kulit, fungsinya menambah kelembaban aja, dibanding day cream yang lebih improving tekstur kulit menjadi lebih halus.<br /><br /><br />Perbandingan konsistensinya kayak gini yaaa:<br /><br />Atas: Night Cream<br /><br />Bawah: Day Cream<br /><br /><br /><img src="https://lh5.googleusercontent.com/xxXc60Qb0Rw2ilq6sFeMxI8XbcrNmY-kCrWmQFD0scMTL2fXh3u92aeb7iuhsRPEelkv1t-PG3K60btjSqiwU344_0Rk3qIDfPla3KGBZFzXWCLygl1HcCDiaT-UxIcxU6X-nIwf" /><br /><br /><br />Now for the overall review, APAKAH SCARLETT ACNE SERIES MEMBASMI JERAWAT?<br /><br /><br />YES!<br /><br />Gue pakai rangkaian skincare ini secara berbarengan, tanpa dicampur skincare lain, dan kebetulan memang ada jerawat whitehead kecil di dagu. Scarlett Acne Series membuat jerawat jadi lembek dan lunak, sehingga kalau ditambah dengan rangkaian skincare lain yang bersifat exfoliator, maka jerawat tersebut pasti gampang keamplasnya. Hal ini dibuktikan dengan tangan iseng gue yang ngopek-ngopek jerawat dan jerawatnya langsung rolled-up gitu loh, kayak lapisan sesuatu yang copot. Untuk tipe jerawat yang mendem, jujur gue belum coba, tapi series ini memberikan cara penyembuhan yang melunakkan jerawat dibandingkan mengeringkan jerawat, maka dari itu rangkaian acne series ini sangat ramah untuk orang-orang berkulit kering seperti gue.<br /><br /><br />Lucunya, pas gue lagi isi seminar dan main biola, reaksi orang ngga hanya “wow keren”, tapi…<br /><br /><br /><span style="font-size: large;">“Mba Nahla skincarenya apaa?”</span><br /><br />“Iya mbaaa kinclong banget”<br /><br /><br />Wahahah sukses! <br /><br /><br />Skincare favorite gue di rangkaian ini adalah:<br /><br />Scarlett Acne Cream - Day!<br /><br />Gue suka banget efeknya di kulit dan wanginya, jadi kalau kalian mau coba rangkaian ini tapi masih belum berminat nambah serum, coba deh day creamnya, enak banget ngga bohong.<br /><br /><br />Seluruh rangkaian produk Scarlett tidak mengandung Hidroquinon dan tentu saja sudah berBPOM. Harganya Rp. 75.000 sajah, bisa dibeli di Shopee Scarlett Whitening Official Shop.</div>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-49692362039242129922021-04-26T23:11:00.005+07:002021-04-26T23:11:36.899+07:00Review! Scarlett Body Scrub Romansa, Scarlett Shower Scrub Pomegranate, Scarlett Body Lotion Freshy<br /><br /> <br /><img src="https://lh5.googleusercontent.com/CRGesYtGni7dkxOGkKsgG_UOjoDtO_XugsSP0JA3RFVCtWRcVH_zXDyFbBs5K3t6_n-RskRENmlwtJDMRJWKuzntVhc84Z98RjohKPXxPORP6mUzlTAw2IBRDxVY1BASg6iM-8iQ" /><br /><br /><b>Scarlett Body Care Review</b><br />Sponsored<br /><br />Gue merasa kalau gue bukan orang yang suka merawat kulit, rasanya tuh males banget, i don’t even have body care di rumah (serius). Hal ini menjadi masalah ketika gue harus hadir di momen-momen penting dalam hidup gue dimana gue harus terlihat kinclong dan semerbak wangi, lalu Scarlett datang memberikanku paket body care yang uhuy sekali!<br /><br /><br />Ini produk yang gue dapet:<br /><br /><br />1. Body Scrub - Romansa<br /><br />2. Shower Scrub - Pomegranate<br /><br />3. Body Lotion - Freshy<br /><br /><br />Semua produk ini mengandung Glutathione dan Vitamin E untuk mencerahkan, melembabkan dan menutrisi kulit. Semua produk udah terdaftar di BPOM dan not tested on animals ya gaes jadi jangan khawatir.<br /><br /><br />Langsung aja kali yaaa kita ke body scrub dulu!<br /><br /><br />Body Scrub - Romansa:<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JZJvA8iY0ai_ehmP_rOrnDP6go3n2XBueNUkAZMqBaetr80Ny9Ks9pFyLN3_75_fdvxSho4oKx-MqmbAICxM05cto7wBUUBq7h6dPRmMpLFTQk8GMLg8DQeyEU9rip5Z854UY98idus/s2048/IMG_0649.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JZJvA8iY0ai_ehmP_rOrnDP6go3n2XBueNUkAZMqBaetr80Ny9Ks9pFyLN3_75_fdvxSho4oKx-MqmbAICxM05cto7wBUUBq7h6dPRmMpLFTQk8GMLg8DQeyEU9rip5Z854UY98idus/s16000/IMG_0649.JPG" /></a><br /><br /><br />Tekstur:<br /><br />Scrubnya kecil-kecil dan halus saat diaplikasikan, teksturnya juga mudah diratakan kayak body cream. Cara pakenya dibalur ke badan dan tunggu 2-3 menit lalu dibilas, biasanya kulit gue sih dalam keadaan basah dulu biar scrubnya lebih lembut di kulit. Bilasnya pun relatif mudah karena dia teksturnya ngga sekental itu, bahkan jangan khawatir bakal pake kebanyakan karena dia akan tetap glide di kulit dengan baik.<br /><br /><br />Wangi: <br /><br />Wanginya menurut gue lebih ke arah buah-buahan tapi maafkan kalo emang idung gue rada soak wahahah. Dan wangi produk ini tuh wangiii bangeet, satu kamar mandi akan wangi semerbak luarbiasa kalo gue pake produk ini. Gue sih sebenernya ga yakin sama indra penciuman gue, tapi wanginya tuh kayak buah… mangga? Walaupun kayaknya bukan mangga deh soalnya tutupnya motif bunga-bunga gitu wahaha idungku suram gaess…<br /><br /><br />Warna:<br /><br />Warnanya putih ya, putih banget kayak kertas HVS jadi no description needed.<br /><br /><br />Review:<br /><br />Habis pakai produk ini, kulit gue terasa lembut dan SUPER WANGI, ini sungguh cocok buat event-event yang mewajibkan kita harus semerbak wangi karena gila dah wangi banget, apalagi kalau habis itu dikombinasiin sama body lotionnya begh jangan sedih kamu akan menjadi bunga berjalan. Scrub ini cocok untuk kulit normal yang ga punya masalah kulit seperti eksim, dry patch, dan sebagainya untuk menghindari iritasi dan segala macamnya. Tipsnya adalah pakai dulu body scrub ini di wilayah yang kecil dulu seperti siku atau badian dalam lengan, kalau ngga ada reaksi apa-apa silahkan dinikmati!<br /><br /><br />Harga: Rp. 75.000<br /><br /><br /><br />Shower Scrub - Pomegranate<div><br /></div><div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgibpWerBpGYI1sHOoz4jXkSuCDZIajlYUBF4K8l-2lWfFdMgKRjSIsYIY2sbqtviJ8JSixSV-whm2uKc632YGRgkjSRDgWlaPx2wjY-4BdNpLj6Xdsxq6MtALA_Ai8fJn0FxuBgyWCEog/s2048/IMG_0655.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgibpWerBpGYI1sHOoz4jXkSuCDZIajlYUBF4K8l-2lWfFdMgKRjSIsYIY2sbqtviJ8JSixSV-whm2uKc632YGRgkjSRDgWlaPx2wjY-4BdNpLj6Xdsxq6MtALA_Ai8fJn0FxuBgyWCEog/s16000/IMG_0655.JPG" /></a><br /><br /><br />HEHEHEEH ini adalah sabun mandi yang sedang gue pake sehari-hari dan happy banget sama resultnya! <br /><br /><br />Tekstur: <br /><br />Awalnya gue kira scrubnya bakal kasar karena kalau diliat dari luar, bulir-bulirnya kok ya banyak banget, mana warna-warni pula. Tapi pas dipake ternyata dia ngga berasa sama sekali which is nice karena gue prefer sabun yang ngga terlalu kasar buat kulit untuk pemakaian sehari-hari. Untuk busanya sendiri sih kayaknya ngga banyak-banyak banget, tapi cukup lah ya buat memberi efek kesenangan. <br /><br /><br />Wangi: <br /><br />Varian pomegranate ini tentu wangi delima dooongss masa wangi jerukk. Wangi sabun ini pun juga wuangii bangett satu kamar mandi semerbak banget pokoknya mah. Wangi pomegranate itu lebih ke fruity tapi masih ada hint floralnya tapi gatau deh idung gue kan soak. Yang pasti wanginya cukup pede sekali dalam masuk ke hidung, sehingga bisa ngebuat gue pede keluar kamar mandi karena langsung wuuush wangi hihi <3<br /><br /><br />Warna:<br /><br />Warnanya fuschia dengan bulir-bulir pink dan biru sebagai scrubnya. Gue harus mengakui bahwa shower scrub ini yang paling eye-catching dari semua produk lainnya, karena gemes hahha.<br /><br /><br />Review:<br /><br />Gue bukan orang yang paling teliti dan peduli sama kulit sendiri, tapi gue nyadar banget kalo bagian kasar di badan gue tuh bener-bener kayak diamplas jadi makin halus, zuzur ini no boong-boong. Bagian kasar kayak di belakang paha, lutut, siku, rasanya tuh makin halus padahal gue baru pake shower scrub ini kurang dari seminggu. Scrubnya halus tapi ngefek menghaluskan bagian kasar dari kulit, keren gaes!<br /><br /><br />Body Lotion - Freshy<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuFZLwgN6PILxCjqnI9o4IPV3w5TUInQfdmhefGye3yGkE3IduIL82lHhrBLCyCHliamUkqWqwyRPMXiq-NKHk_Fn8gCzJHcZB6zeUlEYmj_bsFSxB2i0NQ608sdY8iJKKdhVI8xH_bRE/s2048/IMG_0646.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuFZLwgN6PILxCjqnI9o4IPV3w5TUInQfdmhefGye3yGkE3IduIL82lHhrBLCyCHliamUkqWqwyRPMXiq-NKHk_Fn8gCzJHcZB6zeUlEYmj_bsFSxB2i0NQ608sdY8iJKKdhVI8xH_bRE/s16000/IMG_0646.JPG" /></a><br /><br />Body lotion - Freshy menjadi favorite gue akhir-akhir ini karena resultnya yang.... Udah deh dibaca aja!<br /><br /><br />Tekstur:<br /><br />Teksturnya mudah meresap dan ga lengket di kulit, biarpun begitu body lotion ini termasuk creamy dan konsistensinya kental, tidak cair seperti beberapa body lotion yang pernah gue temui. Gue ngga ada masalah sama konsistensinya, apapun isokeeee selama dia ngga lengket dan ngga basah, which is what i like about this body lotion.<br /><br /><br />Wangi:<br /><br />Wanginya serupa Jo Malone English Pear & Freesia eau de cologne. Wanginya memberikan kesan dewasa walaupun packagingnya remaja banget kayak gini. Wangi parfumnya juga semerbak wangi sekali di hidung, biasanya kalau udah dikombinasiin shower scrub - body lotion - parfum, wah sudah siap melangkah ke luar dunia deh hehehe. Wangi-wangi seperti ini membuat gue jadi ngga khawatir akan ‘bau’ di ujung hari karena wanginya gue rasa juga tahan lama.<br /><br /><br />Review:<br /><br />Body lotion ini sepertinya memberikan efek mencerahkan secara instan which is what makes me like this product. Body lotion ini membuat warna kulit gue jadi lebih cerah dan merata, ini penting banget karena kulit yang merata itu memberikan kesan lebih terawat. Body lotion ini juga memberi kelembaban yang cukup bisa diandalkan, bisa diliat di before-afternya ya!<br /><br /><br /><br /><img src="https://lh5.googleusercontent.com/jSe27RXLqyOdmiPNvWbFtTG1QkkXiZMSN-HI194T-ogy_XfF7IvyyBuflZ57s70P4B4X2br6WYNKNddMkNZ5w9KhqKF9GzStN-_dvX-kNtxAGh3Q3rWydVbIiPKQbKcmZmzMTb9k" /><br /><br /><br />Keliatan lebih cerah dan merata kan warnanya? Gue juga rada kaget pas ambil foto. Body lotion ini nampol sih untuk dipake keperluan acara dimana harus keliatan polished dari atas sampe bawah.<br /><br /><br />Ini untuk perbandingan teksturnya ya!<br /><br /><br /><img src="https://lh5.googleusercontent.com/3OqkUBSTZZogLhGsCC6ecyclt74UnYk53MRIrHAqiP-8MHEbaqiQFRrOpbvru0yGu4f14ejZ0CTM_cTElZBDJrB2RdlSrAT-g_EYv9_oc7vKoqZOpq369sPYr739oZpF8kkE-uMZ" /><br /><br />Overall<br /><br /><br />Produk favorite gue dari lini ini adalah:<br /><br /><br />Fragrance Brightening Body Lotion - Freshy<br /><br /><br />Brightening Shower Scrub - Pomegranate<br /><br /><br />Body Scrub - Romansa<br /><br /><br />Silahkan dibeli di Shopee @Scarlett_whitening dan kepoin tuh produk-produknya.<br /><br /><br />See you next time!<span></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /></div>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-79400492371235367252021-02-01T10:18:00.000+07:002021-02-01T10:18:01.852+07:00Review Masami LoveSkin BB Cushion - Warm Vanilla<a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id" target="_blank">Review Masami Loveskin BB Cushion SPF 50+ PA++++</a> (sp.)<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIf4vGtrCtMHkiE8HgqYO-pZUKGxtiX82be9y8L14f8T4LyTd8p-YBSZdXbk1PxtwZ0jhaw_5Wk3mdigYccY5cSxJ7gKK2H6LR2IOzR5rY09FgVmxC_0PklJjE9txiAh71iL_6xZKfNfc/s2048/Masami+Shouko+5.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIf4vGtrCtMHkiE8HgqYO-pZUKGxtiX82be9y8L14f8T4LyTd8p-YBSZdXbk1PxtwZ0jhaw_5Wk3mdigYccY5cSxJ7gKK2H6LR2IOzR5rY09FgVmxC_0PklJjE9txiAh71iL_6xZKfNfc/w640-h360/Masami+Shouko+5.png" width="640" /></a></div><br /><div><br /><br />Pandemi ini gue selalu sebel kalau disuruh pake masker ke luar rumah, eitsss bukannya apa-apa, tapi karena tiap gue pake masker, jerawat gue semangat banget buat nongol. Awalnya gue merasa ini masalah hormon, oh tidak kawan-kawan, karena jerawatnya full di pipi, sebel banget! Gue jadi mikir, duh gimana dong kalau misalkan harus keluar pake make up? Nanti gue tambah jerawatan? Lalu kata <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami BB Cushion</a>, “Jangan khawatir, sister! We got your back with our holy grail skincare, woohoo!”<br /><br /><a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami</a> Loveskin BB <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Cushion</a> dengan mempesonanya memamerkan segudang formula holy grail skincare: Niaciminide, Hyaluronic Acid, Hibiscus extract, Argan Oil. Formula holy grail ini pun dipayungi oleh SPF 50+ PA++++. Gokil, plus-nya ada 4 banget ga tuh? <br /><br /><a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami Loveskin BB Cushion</a> tersedia dalam 4 warna: Warm Vanilla (light beige dengan undertone kuning NC1), Soft Beige (rosy beige dengan undertone netral NW2), True Beige (yellow undertone NC4), dan Medium Olive (medium beige dengan undertone kuning NW6).<br /><br />Info produk:</div><span><a name='more'></a></span><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDIOUvUQoiZoM7W2w5l1WvRB06sdIROt3WmTwmJ1WF-Wnr45V3kxkq2uA6d9P0LF8_okyVG3yQ21pqFIkPrKhO5kGH-Gc797LztaeCUb3wE97mVVkosflLbz4ZC3FfVxPr06R_VJTWOm0/s2048/IMG_0602.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDIOUvUQoiZoM7W2w5l1WvRB06sdIROt3WmTwmJ1WF-Wnr45V3kxkq2uA6d9P0LF8_okyVG3yQ21pqFIkPrKhO5kGH-Gc797LztaeCUb3wE97mVVkosflLbz4ZC3FfVxPr06R_VJTWOm0/w426-h640/IMG_0602.JPG" width="426" /></a></div><div><br /><br />Features: 4 shades <br /><br />What it is: A 3-in-1 weightless cushion: sun protection, foundation and skincare that blurs the look of imperfections, leaving skin looking flawless. Comes with a precision sponge to reach eyes, nose and lip areas. <br /><br />Skin Type: Normal, Dry, Combination, and Oily.<br />Skincare Concerns: Sensitive, Pores, and Dullness.<br />SPF: SPF 50+/PA++++<br />Formulation: Weightless and minimal transferproof.<br />Highlighted Ingredients:<br />9% Hibiscus Abelmoschus Flower: Source of collagen and to strenghten skin barriers. <br />2% Niacinamide: Skin brightening. <br />Hylarounic Acid & Argan Oil: Moisturizing. <br />Allantonine: Soothe sensitive skin. <br />Adenosine: Anti aging and firming.<br />Formulated without<br /> - Parabens<br /> - Sulfates<br /> - Phthalates<br />- Mineral Oil<br /><br />Packaging:</div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9NLA2iUxn3DwYKpUKv1l3gGIwacUQBngfDYGl137calfrJdGOu408af7O4-_7JPeO8droBFs3rD-fevCTG0bYHVKcTLtoonkbh16Nx74DOGypbOy81B9hMxUuzitPuS39KnM3bzJEjGo/s2048/IMG_0605.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9NLA2iUxn3DwYKpUKv1l3gGIwacUQBngfDYGl137calfrJdGOu408af7O4-_7JPeO8droBFs3rD-fevCTG0bYHVKcTLtoonkbh16Nx74DOGypbOy81B9hMxUuzitPuS39KnM3bzJEjGo/w426-h640/IMG_0605.JPG" width="426" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNwY5u1YVjaQ2_Tp_mYeO3i7CTyhvzxIQOLK_xetKD2EJFE7raUAtiFeM215mkMsHyE6bVEbPsFbxViwGVFbj-5EZiJPc6EcZL8KSB6HA87nsrIk8kbDEs8eDsQC47_zc2AJn7zqk87q4/s2048/IMG_0615.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNwY5u1YVjaQ2_Tp_mYeO3i7CTyhvzxIQOLK_xetKD2EJFE7raUAtiFeM215mkMsHyE6bVEbPsFbxViwGVFbj-5EZiJPc6EcZL8KSB6HA87nsrIk8kbDEs8eDsQC47_zc2AJn7zqk87q4/w426-h640/IMG_0615.JPG" width="426" /></a></div><br /><div style="text-align: center;"><br /></div><div><br />Sleek black is always right. Packagingnya compact dan sudah berisi puff tersendiri. Casingnya dari plastik dengan logo Masami di tengah. Semua informasinya udah tertera di bagian belakang mulai dari informasi shade, keterangan SPF, berat, serta masa pemakaian 12 bulan setelah dibuka. <br /><br />Puff yang disediakan <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami</a> ini bentuknya lucu, kayak teardrop, atau kepala alien kalo puffnya kebalik awokwokw. Dari dulu, aplikator yang ujungnya lancip memang paling efektif, seperti sponge makeup yang biasa dijual di pasaran. Gue sempet kerepotan karena puff bawaan <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">cushion</a> lain ngga ada sudut lancipnya sehingga gue suka mati gaya kalau harus dandanin bagian yang kecil. Maka dari itu, puff ini fungsional karena bisa menjangkau area-area yang kecil kayak lipatan hidung, bawah mata, dan nyali karena nyaliku kecil ckaakss~<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiawWnnyAzV9Dn_jUYERTczI7UwSpBqINpPgK3bgv6DkiL5iidM5JXcjUpxBk1rbvJIUGW3NOWALs7eWI_ym5g4YWUX0vQ1etHs3agzzemjBqHfLPrqol7M0sNmSDdszrvYmyTuQcjcpAE/s2048/DSC01999.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1152" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiawWnnyAzV9Dn_jUYERTczI7UwSpBqINpPgK3bgv6DkiL5iidM5JXcjUpxBk1rbvJIUGW3NOWALs7eWI_ym5g4YWUX0vQ1etHs3agzzemjBqHfLPrqol7M0sNmSDdszrvYmyTuQcjcpAE/w360-h640/DSC01999.JPG" width="360" /></a></div><br /><div style="text-align: center;"><br /></div>Shade:</div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwBH4rsaR-45VjsztqMNcjcvJ8S5MW3BBgZhexcs31r4RDz1NjJTwzN-fVBxnznHJlFQbWvrdbpFnO7XXmDq_NXiGYRav88KCZNLtWN-aZdOGjP1Mk1ZesWN3ovuLsJJF4D_xxdAdn7X4/s2048/IMG_0614.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwBH4rsaR-45VjsztqMNcjcvJ8S5MW3BBgZhexcs31r4RDz1NjJTwzN-fVBxnznHJlFQbWvrdbpFnO7XXmDq_NXiGYRav88KCZNLtWN-aZdOGjP1Mk1ZesWN3ovuLsJJF4D_xxdAdn7X4/w640-h640/IMG_0614.JPG" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Shade yang gue punya adalah shade Warm Vanilla. Warna ini adalah warna yang paling terang, tapi gue tetep pede untuk milih shade ini, kenapa? Karena undertonenya mirip sama undertone kulit gue; kuning.<br /><br />Tipsnya gini gengs, kalau kamu ga yakin milih shade yang mana, pilihlah shade yang undertonenya sama kayak mukak kau. Salah satu penyebab muka abu-abu itu bukan karena shadenya keterangan, tapi karena undertonenya beda. Nah, karena shade ini mungkin lebih terang dari warna kulit gue, tapi tetep nyambung dan ngga ada kesan maksa. <br /><br />Coverage:</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEz8i_-CFZor_wmJPvtrFu8MWFZWz2u7zCxa4PeQUcHTUaiHmV-ocv2SurPfbPFx-nZ0XW5D-ukKlJPmePzu6HYUOkMJqDgHMnjOUqyjBIXQv8FGFToVKrHH6owGsN1y9Eo0mpHKZ0KLs/s1427/DSC01989.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1427" data-original-width="1361" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEz8i_-CFZor_wmJPvtrFu8MWFZWz2u7zCxa4PeQUcHTUaiHmV-ocv2SurPfbPFx-nZ0XW5D-ukKlJPmePzu6HYUOkMJqDgHMnjOUqyjBIXQv8FGFToVKrHH6owGsN1y9Eo0mpHKZ0KLs/w610-h640/DSC01989.JPG" width="610" /></a></div><div><br /><br />Coveragenya medium, cocok untuk makeup sehari-hari. Kalau dilihat dari fotonya, kita tetep butuh concealer tambahan di area seperti bekas jerawat dan bawah mata, tapi kalau kamu anaknya ga mao yang macem-macem, maka cushion ini aja udah cukup untuk meratakan warna kulit wajah.<br /><br />Texture:<br /><br />Teksturnya ringan dan gampang diratain pake spons. Biasanya gue ratainnya either pake spons atau pakai brush, dua-duanya aman gaes jangan sedih don’t be sad.<br /><br />Finishing:<br /><br />Menurut gue finishingnya natural; ngga matte, ngga dewy. Untuk kamu yang butuh kinclong di wajah, bisa ditambahkan highlighter. Kalo ga butuh ya yaudah gapapa jangan marah.<br /><br />Review:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br />Yang ngebuat gue sangat kaget adalah; produk ini bikin warna makeup jadi keluar. Cream blush-on yang gue pake warnanya jadi lebih pekat, bener-bener kaget karena biasanya jumlah blush-on segitu belum nampak banget, tapi saat pake ini mendadak semuanya mencreneng, sehingga this is a very good base make-up!</div><div><br />Kulit gue tuh normal-dry, namun kalau udah 5 jam pemakaian base makeup, terkadang T-Zone gue suka mengkilap, bukan berminyak ya, mengkilap aja gitu, pas dipegang mah kering-kering aja. Kemarin gue coba pake <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami BB Cushion </a>ke luar (dengan masker tentunya), selama 5 jam, kulit gue ngga se-mengkilat biasanya kalau pakai BB <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">cushion</a> lain. Gue sampe kaget pas liat kaca, “lho kok ngga mengkilat?” Selain itu, muka masih tetep rapih lho, walaupun udah dipakai naik motor dan segala macamnya, kondisi warna kulit masih rata. Kendalanya ada di bagian creasing bawah mata, tapi udah sih itu aja, hahaha!<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi53Y6PFQmVcwu6jm72XfXma4p-jG6_Kjkq_15vvudp0XS3zHaYnWVROTesZNvpptgxu72erEeAmuOxT9fvkNAkF0VEyNq6Z7d26KT4eoqIRCIW8jagVhpYFxPWpcfbesKswxdlH-uXClU/s2048/Masami+Shouko.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi53Y6PFQmVcwu6jm72XfXma4p-jG6_Kjkq_15vvudp0XS3zHaYnWVROTesZNvpptgxu72erEeAmuOxT9fvkNAkF0VEyNq6Z7d26KT4eoqIRCIW8jagVhpYFxPWpcfbesKswxdlH-uXClU/w640-h360/Masami+Shouko.png" width="640" /></a><br /><br />Gue pakai produk ini 4 hari berturut-turut, either buat foto-foto di rumah atau keluar rumah, oh gue juga sering pakai ini untuk webinar online. Hasilnya? Compact dan mempermudah hidup hehehe. Karena finishingnya natural, jadi ngga keliatan ‘dandan’ banget. Produk ini paling enak kalau diaplikasiin sama puffnya sih, lebih cepet rata.</div><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC4s3rvwffa0PC9-boSODMC8Cqs5H63y7dDH6IgCLMZc7QPER5WHgjhnqpx8Io-Hggz5WB9jHxZaJyaUZJC56AVuShkayPhvsbVmQTTZbX4wRCtSTYbViMHYuF35o0afCQ0WiKy8KMPZE/s2048/Masami+4.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1152" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC4s3rvwffa0PC9-boSODMC8Cqs5H63y7dDH6IgCLMZc7QPER5WHgjhnqpx8Io-Hggz5WB9jHxZaJyaUZJC56AVuShkayPhvsbVmQTTZbX4wRCtSTYbViMHYuF35o0afCQ0WiKy8KMPZE/w360-h640/Masami+4.png" width="360" /></a></div><br /><div style="text-align: center;"><br /></div><br />Sehingga, <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Masami Love Skin BB Cushion</a> ini cocok untuk orang yang pingin ngejaga kulit dan gak guilty-guilty banget kalo dandan, karena kandungan skincarenya yang banyak. <a href="https://www.instagram.com/masamishouko/?hl=id">Cushion</a> ini juga cocok buat anda-anda yang ngga mau finishing aneh-aneh, just like your own skin no rewel.<br /><br /><br />Coba dong gaes, beli lah di sini:<br /><br />Shopee >><a href="https://shopee.co.id/masamiofficial"> https://shopee.co.id/masamiofficial</a><br /><br />Kay Collection >><a href="https://kaycollection.com/brands/masami.html?p=12"> https://kaycollection.com/brands/masami.html?p=12<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div></div><br />Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-32752436254086414892021-01-11T12:38:00.002+07:002021-01-11T17:32:29.688+07:00Covid 19 dan Gejala Anehnya<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6Qbi-f93KWuts9KxIeytxDbBQKdEBSTGIe4I4jrMCl9SIlMCBtV2mIRd_zUr8aAXtItjoxfQruyJmMpnK5iMBAtnqMVIhpm6X52_ro2T9qQeph336F7huE5QfaX_My0BgRRmRxGL0NBI/s2048/20210109_200213_0000.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6Qbi-f93KWuts9KxIeytxDbBQKdEBSTGIe4I4jrMCl9SIlMCBtV2mIRd_zUr8aAXtItjoxfQruyJmMpnK5iMBAtnqMVIhpm6X52_ro2T9qQeph336F7huE5QfaX_My0BgRRmRxGL0NBI/s16000/20210109_200213_0000.png" /></a></div><p></p><p>Hai semua! Januari 2021 dikejutkan dengan <b>test positive covid 😂😂</b> lucu banget hahaah!</p><p>Ceritanya, tanggal 25 Desember 2020 bokap gue demam, tanggal 26 Desember 2020 <b>beliau test PCR dan dinyatakan positif covid</b>. Sejak saat itu, beliau isolasi mandiri, ngga ketemu keluarga sama sekali. Gue dan seluruh anggota keluarga lainnya pun ikut isolasi mandiri di kamar masing-masing. Tanggal 29 Desember 2020 gue dan adek gue test PCR dan hasilnya alhamdulillah <b>negatif. </b>Namun karena masih waspada, gue tetap melaksanakan isolasi mandiri walaupun gue tau gue negatif covid. Dari tanggal 26 Desember sampai seterusnya gue bener-bener isolasi mandiri, makan di kamar, bengong-bengong kayak pengangguran. Sampai ketika gue, bokap dan adek gue memutuskan untuk<b> test PCR yang kedua kalinya</b> pada tanggal 5 Januari 2020. Hasilnya kami terima tanggal 7 Januari 2020 jam 1 pagi. Gue buka hasilnya jam 4 pagi karena jam 1 kan saya masih tidur ya pak. Pas gue buka hasilnya....</p><span><a name='more'></a></span><p>Bokap (negative)</p><p>Adek (negative)</p><p><b style="background-color: #fce5cd;">Gue (POSITIVE)</b></p><p><b>LHAAA GIMANA ATUH 😂😂</b></p><p>Gue masih inget pas pertama kali gue buka hasil punya gue, “lho kok ada angka-angkanya? Kok keterangannya panjang? Kok kayak bukan orang yang negatif covid...?!” DAN BENER AJEEE GUE POSITIVE WAAKAKAKAK.</p><p>Padahal gue tuh ngga ketemu siapa-siapa dalam interval sekian hari habis diswab negatif, gue juga minumvitamin dan segala macamnya. Kok masih bisa kena sih? Terus kenapa jadi gue yang malah kena?! Wahahaha.</p><p>Ah ngakak banget ngeliat plot twist kemaren, serius deh, karena aneh banget. Well, gue tau sih MUNGKIN gue baru ketularan ketika 10 hari masa inkubasi, who knows? Cuman ya tanggung aja anjrit kenapa ga dari kemaren sih ah elaaaaah, kalau kaya gini kan jadi PHP banget 😂 kirain sehat, taunya sakit!</p><p>Entah kenapa gue kalem banget pas baca hasilnya, soalnya lebih ke lawak sih. Alhamdulillah saya ikhlas dapet covid, ikhlas istirahat dan ikhlas menertawakan keadaan.</p><p>“Berarti OTG ya?”</p><p>Ternyata ngga juga, badan gue ngasih sinyal, namun itu bukan sinyal yang digadang-gadang sebagai sinyal cecovidian (?)</p><p><span style="background-color: #fce5cd;">Berikut gejala yang gue alami:</span></p><p>- Gejala sinusitis</p><p>Nah ini lucu nih, gue merasa sinus banget. Bagian hidung gue jadi ngilu banget kalau narik napas, apalagi kalau udaranya dingin. Gue udah tanya temen gue yang alumni covid, doi ngga ngerasain gejala ini, jadinya gue tenang. Eh taunya ini gejala covid juga. Halah.</p><p>- Sakit kepala</p><p>Sepertinya bawaan sinus-sinusannya.</p><p>- Mual tipis</p><p>Mual 24 jam tapi ngga ada keinginan untuk muntah. Mualnya seakan karena efek obat. Mual ini bikin ga nafsu makan. Ga enak lah pokoknya.</p><p>- Otot mata ngilu</p><p>Bola mata ngilu tiap digerakin, rasanya kayak lego gitu lho, kaku dan pegel banget. Ga jelas.</p><p>- Penciuman dan indra perasa masih berfungsi</p><p>Indra perasa gue berkurang sebanyak 70%, tapi tetep bisa ngerasain makanan dan cium bau-bauan, <b>ngga seperti penderita covid yang tiba-tiba bushhhh ilang penciumannya. </b>Makanya gue merasa positive thinking kemarenan.</p><p><b><span style="font-size: medium;">Demam? Lemes? Otot badan sakit? Sesak napas? Batuk kering? Apa itu?</span></b></p><p>Gue ngga ngerasa hal-hal di atas, sama sekali. Demam tipis pun tidak. </p><p>Cuman mau sepede apapun, ya tetep aja hasil PCR swabnya<b> POSITIVE/POSITIF. </b>No debat, data berbicara, mau apa lagi?? 😂😂</p><p>“Jadi, sehari-hari ngapain?”</p><p>Sehari-hari ya bikin musik untuk TERAS SENI 2021 #melipatjarak, persiapan public seminar tesis, lalu persiapan untuk brand deals yang sudah disetujui, serta sponsored brand baju muslim pertamaku. Jangan lupa fangirling fox capture plan. </p><p>Banyak sekali jadwal yang harus aku cancel bulan ini, mulai dari isi acara TV, ikut produksi buat Teras Seni, photoshoot, dan hal-hal menarik lainnya.</p><p>Namun aku hanya punya 1 kata untuk menjawabnya: <b>Ikhlas.</b></p><p>Gue ikhlas dapet covid, gue ikhlas istirahat di rumah untuk entah beberapa lama. alhamdulillah ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Banyak berkah yang bisa didapet dari rumah, mulai dari kulit yang bagus, skill produksi musik yang meningkat, belajar ngulikin VST, hemat duit, plus ada beberapa tawaran job yang di luar ekspektasi.</p><p><b>Ikhlas.</b></p><p>Ikhlas banget.</p><p>Karena kalau udah di posisi kaya gini, mau marah ke siapa coba? Ngga ada, cuma bisa ikhlas. <b>Halah sok marah, bilang aja seneng kan lu bisa menjustifikasi kemalasan lu di rumah dengan covid? Wakakak.</b></p><p><b><span style="font-size: large;">Pesan-pesan dari saya yang covid</span></b></p><p><span style="background-color: #fce5cd;">Rapid test itu ngga bisa diandelin.</span></p><p>Bapak gue sebelum swab test tuh paginya rapid test dan hasilnya non-reaktif, eh pas PCR test hasilnya positif. Yha. Paham sihhh kalau rapid test itu akurasinya cuma 25%-35%. Cuman gue ga nyangka kalau hasilnya se-miss itu. Rata-rata orang yang PCR-nya positif, pas rapid hasilnya non-reaktif.</p><p><span style="background-color: #fce5cd;">Gejalanya kocak</span></p><p>Lupakanlah gejala covid yang beredar dimana-mana; kalau ga enak badan, gih langsung PCR ajah. Gejala covid udah bermacam-macam, mulai dari sekedar masuk angin, nafas ngga sepanjang biasanya, sampai sinusitis. Jadi kalau lu tiba-tiba diare, tiba-tiba sakit kepala tanpa demam, <b>jangan sedih: bisa aja covid.</b></p><p><span style="background-color: #fce5cd;">Masa inkubasi sampai 14 hari</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kalian ada kontak sama pasien covid, plis tunggu sampe 2 minggu PLISSS BANGET. Lihat nih temen lu nih, baru kena pas hari ke 10. Kocak yak. Nanggung banget pengen gua gigit tau gak rasanya.</span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;">... Yang terakhir:</span></p><p><span style="background-color: #fce5cd;">Covid itu ada</span></p><p><span style="background-color: white;">Lu kalo masih ga percaya covid ada mending lu jauh-jauh dari blog gua ya makasih.</span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-74994963560084316872020-11-30T19:39:00.004+07:002021-11-07T19:00:56.937+07:00I’m (Currently) Not Okay<p>Tahun 2020 bisa jadi tahun yang paling berat buat gue, sama beratnya dengan tahun 2018 ketika gue cerai. Pandemi membuat gue jadi ga bisa bebas jalin hubungan sama temen-temen, ngga tatap muka saat kuliah, <b>ngga menyerap energi lain selain energi gue sendiri,</b> dan minimnya tawaran job biola yang masuk. Gue kehilangan banyak murid saat pandemi ini, gue juga kehilangan banyak job yang berkali-kali dicancel.</p><p>Biarpun begitu, gue mendapatkan beberapa keberakahan dan kesempatan di saat pandemi ini, well, definitely a good thing, tapi gue tetep merasa sedih, down, stress, lesu, lunglai, padahal tabungan gue cukup prima untuk menghadapi pandemi, i have my wonderful fam, dan gue dapet kesempatan ngonten sama figur hebat di industri musik tanah air, sebut saja Dewa Budjana, Baim Wong, dan Erikson Jayanto. Ngga hanya itu, gue pun bisa berteman sama drummernya fox capture plan; Tsukasa Inoue, yang selalu gue kagumi dan gue dengerin lewat Spotify.</p><p>Tapi, kenapa gue masih merasa sangat depresi? Kenapa gue merasa pingin mati? Padahal dibilang nganggur juga ngga kok, gue masih berkuliah, gue handle beberapa project, gue release featuring single bareng di Spotify, gue bikin konten dan bla bla bla.</p><p>Kenapa gue masih merasa hampa dan ga berguna?</p><p>Dulu gue pernah nasehatin temen gue, bunyinya begini:</p><p><i></i></p><blockquote><i>Salah satu tanda depresi adalah ngga bisa merasakan kebaikan yang orang kasih ke kamu.</i></blockquote><p></p><p>Walah, betul banget. Gue ga bisa merasakan bagaimana orang terdekat gue berusaha ada buat gue, bagaimana orang berusaha membagi keuntungannya buat gue, bagaimana orang berusaha ‘ada’ buat gue.</p><p>Gue tetep merasa payah. </p><p>Karena gue merasa gue ga bisa menghasilkan uang sepadan dengan umur gue yang udah 1/4 abad ini. Gue merasa gue ga bisa cari uang lewat keringet sendiri.</p><p>Sebelum pandemi, pemasukan gue adalah pemasukan ‘ideal’ gue. Gue sangat positif dan merasa berdaya saat itu. Bukan karena jumlahnya, tapi karena ternyata gue mampu dan dapat diandalkan, ternyata gue bisa menghasilkan: i’m capable as an adult.</p><p>Itu dulu, sekarang?</p><p>Sekarang aku ga berdaya, dan itu membuat value diri gue jatoh sejatoh-jatohnya. <b>I see myself as a useless piece of crap. </b></p><p>“Tapi kamu kan A”</p><p>“Tapi kamu kan B”</p><p>Iya i know i know i made some awesome things, tapi ya balik lagi, gue ga bisa merasakannya, tetep aja merasa diri payah. </p><p>I miss being happy and feel strong and capable.</p><p>I miss being positive and feel confident about myself.</p><p>I miss being totally fit like a year ago.</p><p>I miss being mentally stable and not thinking about dark, suicidal things.</p><p>I hope i can survive this thing, and i totally know that the problem is me and myself, i can’t let people feel responsible to make me feel better, not even the closest one. </p><p>I just hope that i can feel all the happiness again.</p><p><br /></p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-22567520138649079182020-10-30T13:35:00.003+07:002020-10-30T13:35:46.458+07:00Surat Cinta untuk Mabi yang Berulang Tahun ke-6<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVv0pZy1llFLRykwj_AUJERkp1eJh_cnsshDxv5TgA6_7FCkOmVXoJQxTtgCgCBYa5Qpu7B7WYNn0J41bHyywASR9rnxI6kGnXtfF3b4MAKZvbJzZNtFCG-Xs8MuPewP-PorAvV3Ai8Nk/s800/abi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVv0pZy1llFLRykwj_AUJERkp1eJh_cnsshDxv5TgA6_7FCkOmVXoJQxTtgCgCBYa5Qpu7B7WYNn0J41bHyywASR9rnxI6kGnXtfF3b4MAKZvbJzZNtFCG-Xs8MuPewP-PorAvV3Ai8Nk/s16000/abi.png" /></a></div><p>Happy birthday, Mabi! Ngga kerasa umur Mabi udah 6 tahun ya. Banyak banget hal baru yang Mabi alami, contohnya; merawat kucing-kucing kecil, mandiin kucing, sekolah di rumah, bisa ngeles kalo lagi disuruh, nangis di pojokan kalau lagi sedih dan ngga mau diganggu, udah bisa mandi sendiri sambil nyanyi-nyanyi, wah banyak deh!</p><span><a name='more'></a></span><p>Mabi itu matanya, alisnya, rambutnya, hidungnya, warna kulitnya, plek mirip papanya, yang mirip sama mamanya cuma pipinya doang, sama isengnya, oh iya sama hobi menggambar dan hobi bernyanyi di kamar mandi, Mabi juga udah sering banget request puterin lagu Iri yang judulnya “Sparkle” kalau lagi mandi, wow persis banget sama mamanya! Namun hal yang paling diwarisi dari mama dan papanya adalah: sensitivitasnya.</p><p>Mabi, kamu itu sensitif banget lho, peka sekali sama keadaan sekitar, mudah sedih kalau mendengar intonasi yang ‘berbeda’ dari orang, kamu itu peka sekali Mabi. Seperti mama dan papa.</p><p>Kepekaanmu inilah yang membuatmu jadi sayang sama kucing-kucing, kamu tuh rajin banget jagain kucing, nyapu halaman, gendong kucing, timang-timang, dibedong, asal jangan dimakan aja ya nak. Kamu juga sayang banget sama Yudha - anaknya mbak Cia - yang kamu anggap seperti adek sendiri. Kamu selalu kasih contoh yang baik sebagai seorang kakak, selalu jagain Yudha, selalu ajarin Yudha, selalu merasa bertanggung jawab dalam melindungi Yudha. </p><p>Mama kagum banget lho sama kerajinanmu, kasih sayangmu yang berlipah ke siapapun, dan akal-akalanmu itu yang membuat mama yakin kalau kamu emang anak yang cerdas hahahah!</p><p>Dulu mama berdoa semoga kamu secantik Dewi Sandra, tapi ga jadi deh, soalnya cantikmu ini udah yang paling cantik, ngga perlu kaya siapa-siapa lagi, cukup jadi Mabi aja udah paling bener, udah paling top. Mata mabi yang bulat, senyum Mabi yang merekah, rambut yang lurus dan hitam, adalah hal yang paling cantik yang pernah mama lihat. Mama selalu berdoa agar mama bisa terus melihat wajah Mabi tiap bangun pagi, rasanya berharga sekali lho momen itu. Bagi siapapun yang memiliki anak, ketahuilah kalau pemandangan wajah anak ketika kita membuka mata itu lebih mewah dari pemandangan apapun, serius, cobain deh kalo penasaran.</p><p>Mama melahirkan Mabi di umur yang ke-19, terus baby blues, terus mastitis, terus capek karena begadang terus dan tersiksa banget pas menyusui, eh terus kamu pake acara GTM, sembur-sembur makanan, males makan, berat badan turun, mama lagi deh yang dimintain pertanggung jawaban, “kok Mabi kurus?” <b>Ya mana mama tau, mama kan kursi.</b></p><p>Punya anak tuh emang capek lho Bi, apalagi di tahun-tahun pertama. Tapi tau gak Bi, mama sih ga nyesel mengalami masa berat seperti itu, sama sekali. Soalnya kamu jadi tumbuh sehat sih, cantik, pinter, baik, suka ngurus kucing, banyak akal pula, wih mama jadi bangga sama diri mama sendiri karena udah membesarkan kamu - well kamu belum ‘besar’ sih tapi ya kira-kira maksudnya begitu lah ya.</p><p>Mama ngga bisa ngerayain ulang tahun sama kamu Bi, maafin ya. Kalo Mabi udah gedean, nanti mama join acara ulang tahun kamu, oke? Nanti mama akan dateng dengan gaya sosialiswag, waduh mantap banget ga tuh?</p><p>Mama sedih sih ngga bisa ngerayai ultah bareng, kayak, “idih kok mama ga ada sih di acara ulang tahun anaknya?” Maaf ya, Mabi.</p><p>Tapi jangan sedih, mama udah siapin kado lho! Kadonya mantap banget pula, nanti mama kasih yaa kalau kamu udah di sini, di tempat mama.</p><p>Mama bukan mamah-mamah yang masak, yang punya temen mamah-mamah lainnya, yang kemamah-mamahan banget, yang uuu bahasanya lembut bahasa mamah banget gitu, ngga. Tapi ya mama tetep mama walaupun ngga kemamah-mamahan. Tetep aja kalau disuruh nyumbang ginjal biar kamu idup mah mama mau-mau aja soalnya mamah kan mamah juga walau ga kaya mamah lain yang kemamah-mamahan.</p><p>Udah ah, pusing kan bacanya? Iya ngga apa-apa pusing, daripada pesing, eeeeh....</p><p><br /></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-11095155903769268912020-10-21T19:58:00.006+07:002020-10-21T19:58:52.127+07:00I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQjW5Nr2HTKT5x91fWporvFqFSz8Y-ui969EfXqRYwylZIkMdEn0JG1ilbxIDPlDMb6V35coA3rAiuHU4c8Bk3bNkooDMfTrKuiYsaRgtYl1XQydI2ip7kOcvJP9T-BsPuwYOWMDf_VQk/s1920/Untitled-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1920" data-original-width="1920" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQjW5Nr2HTKT5x91fWporvFqFSz8Y-ui969EfXqRYwylZIkMdEn0JG1ilbxIDPlDMb6V35coA3rAiuHU4c8Bk3bNkooDMfTrKuiYsaRgtYl1XQydI2ip7kOcvJP9T-BsPuwYOWMDf_VQk/w640-h640/Untitled-1.png" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><span style="font-size: medium;">I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue </span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Softlens i-Dol Desire Ocean Blue sempat menjadi fenomena di dunia per-softlens-an, bagaimana tidak? Softlens coklat yang dibalut oleh ring biru ini cantik dan unik banget. Ketika i-Dol Lens meluncurkan seri i-Dol Desire Ocean, merk softlens lain yang lebih murah berbondong-bondong menjiplak designnya.</div><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">I-dol Lens adalah softlens asal Korea, ia satu ‘kasta’ sama Olens, Deerlens dan merk Korea lainnya. Koreanya beneran Korea lho, softlens ini pabriknya di Korea dan dipasarkan di sana, maka dari itu kalau mau beli i-Dol Lens, harus pesan lewat supplier di Indonesia dulu, gue pesennya di Shopee.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Awalnya gue beli warna Euro Gray (liat mini reviewnya di sini), karena gue lebih tertarik sama softlens abu-abunya yang glamor tanpa terlihat medok dan too-fake dengan ring-ring yang alay. Setelah i-Dol Desire Euro gue udah ngga enak dan ngeganjel, gue akhirnya beli i-Dol Desire Ocean Blue karena penasaran banget sama warnanya. Actually, ini adalah hadiah ulang tahun! So i'm happy karena bisa coba i-Dol Desire Ocean tanpa harus keluar duit.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiABIdKEPw4u8QiShibF-fZy2IY4bnNg_X7VJezc9uWjDHQAck6FMtKK36uDYtaGQPqEoZk3Wnj9H-Hc0TaVRIYrAQQV9PDL16ocDxd0zP8qCbRDx5hua7ZCeaV3YVpHJcIv1XN37SP4RY/s2048/IMG_0022.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiABIdKEPw4u8QiShibF-fZy2IY4bnNg_X7VJezc9uWjDHQAck6FMtKK36uDYtaGQPqEoZk3Wnj9H-Hc0TaVRIYrAQQV9PDL16ocDxd0zP8qCbRDx5hua7ZCeaV3YVpHJcIv1XN37SP4RY/w640-h426/IMG_0022.JPG" title="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Softlens ini disediakan di kotak yang terpisah, tiap kotak ada 1 buah lens, maka dari itu kita bisa beli beda minus kanan-kiri karena softlens ini dijual terpisah, praktis banget kan?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kotak untuk seri Desire berwarna biru aqua yang cakep banget, cetakannya doff dan shiny di bagian tengahnya. Di bawahnya pun ada keterangannya:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2ojUiRlpYNvSchYZ4t183RSTY8FEzo3P851p15fiG1VJBnLXPbtDmU9ad-slNg7cvul5CxuoUvFjFGGUciRCTdRvujyg886H-6oldRzFDlqKzLFTjTkCQXzs734KOpuGG-kM5kIg32Tk/s2048/IMG_0024.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2ojUiRlpYNvSchYZ4t183RSTY8FEzo3P851p15fiG1VJBnLXPbtDmU9ad-slNg7cvul5CxuoUvFjFGGUciRCTdRvujyg886H-6oldRzFDlqKzLFTjTkCQXzs734KOpuGG-kM5kIg32Tk/w640-h426/IMG_0024.JPG" title="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><span style="font-size: medium;">Deskripsi:</span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li>Warna: Ocean Blue</li><li>Diameter: 14.00</li><li>Water Content: 38%</li><li>Base Curve: 8.6</li><li>Masa pemakaian: 1 tahun</li></ul></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3ks6FeqXMk8h2XR_q7i0NPSRhwQlRyi2HJVsN7E0HWjkc3qlO69CGRf7sN_CsSwy3Uz7tvi0xfoQfyJSwibN01qeFkAgnScPqSSHUTcQhEjquAGDysG4UnfLwezTtniAdVrmue5ndgr0/s2048/IMG_0027.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3ks6FeqXMk8h2XR_q7i0NPSRhwQlRyi2HJVsN7E0HWjkc3qlO69CGRf7sN_CsSwy3Uz7tvi0xfoQfyJSwibN01qeFkAgnScPqSSHUTcQhEjquAGDysG4UnfLwezTtniAdVrmue5ndgr0/w640-h426/IMG_0027.JPG" title="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Tempat lensnya berupa blister, sehingga mudah untuk dibuka dan dipindahkan ke tempat softlens. Gue lebih suka tempat blister dibanding vial tube, bukan masalah susah dibuka atau ngga nya, tapi masalah keterangannya yang lengkap kalau di packaging blister, seperti di bawah ini:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7ZAklW-rwzDb96xpg3vMekFsUWK8UPAKnodITz2dgm2QGmc6mRwXQEiF2irZsBivvUq4SptwWtusaAzF8F7gtsKtkCayacryaSWeVv1hKL8AjeqJvHHPlmPri4qNXxvoeIOZ0AxsggIw/s2048/IMG_0032.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7ZAklW-rwzDb96xpg3vMekFsUWK8UPAKnodITz2dgm2QGmc6mRwXQEiF2irZsBivvUq4SptwWtusaAzF8F7gtsKtkCayacryaSWeVv1hKL8AjeqJvHHPlmPri4qNXxvoeIOZ0AxsggIw/w640-h426/IMG_0032.JPG" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>Design:</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV74FZBflwdy4-diwoGEcBPzOtiJWcm99oqQtKMVqW-KAgwDUI1K8BK-ZYB131K50Ruab3e6L82X4GUjlQDJFOa__wlg7lSvzBPREWb4s5SJXVnHILZUu6oJA96iDkXpgKc3-oTdoMNG8/s1086/IMG_0034.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" border="0" data-original-height="1086" data-original-width="1086" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV74FZBflwdy4-diwoGEcBPzOtiJWcm99oqQtKMVqW-KAgwDUI1K8BK-ZYB131K50Ruab3e6L82X4GUjlQDJFOa__wlg7lSvzBPREWb4s5SJXVnHILZUu6oJA96iDkXpgKc3-oTdoMNG8/w320-h320/IMG_0034.JPG" title="I-Dol Lens Review | I-Dol Desire Ocean Blue" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">I-Dol Lens memiliki motif oxoxo yang membuat warna softlensnya ngeblend sama warna mata, seterang apapun warnanya. Motif inilah yang membuat gradasi warna softlens i-Dol terlihat indah dan ‘mahal’.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Bagian dalamnya berwarna coklat ocre, ring luarnya berwarna biru aqua, dan di antara coklat dan biru, terdapat warna abu-abu sebagai gradasi sehingga softlens ini <b>3 tone. </b>So pretty right??</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Bagian dalamnya membentuk semburat sehingga kalau dipakai ke mata, gradasi antara warna mata dan warna softlensnya halus. Ring luarnya tipis sehingga tidak memberikan efek tegas dan besar di mata. Softlens Korea udah meninggalkan trend mata belo dan menuju trend mata orang Uzbekistan 😂</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2xc9SHPLdQ_-qdEfu20gekGGmyElWSvuZNkHWHVyeSqIcqyif0p8r67PYeFG8fhH9RrhKv6NbfJ9PJZ2irs3wwsmA5SjfDMAmQUn_E8DHwz9KhDWOPa_rpgb4ISstw7fnRtNPCC0fIAQ/s2048/IMG_0030.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2xc9SHPLdQ_-qdEfu20gekGGmyElWSvuZNkHWHVyeSqIcqyif0p8r67PYeFG8fhH9RrhKv6NbfJ9PJZ2irs3wwsmA5SjfDMAmQUn_E8DHwz9KhDWOPa_rpgb4ISstw7fnRtNPCC0fIAQ/w640-h426/IMG_0030.JPG" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Dilihat dari luar, warna softlensnya tipis sekali. Biasanya softlens yang warnanya tipis pasti enak di mata, ah yang bener?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><span style="font-size: medium;">Kenyamanan:</span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gue suka banget sama softlens yang kadar airnya 38% karena ngga menyerap air dari bola mata, karena mata gue cenderung kering. I-Dol Desire Ocean ini ngga bikin mata tambah kering, cukup nyaman di mata, ngga ganjel sama sekali dan kalem di mata, namun ini kan ngomongin kenyamanan di mata ya, tapi kalau ngomongin pandangan, beda lagi; softlens ini ngga terlalu fit di mata kanan gue, softlensnya sedikit lari-lari ke atas, sehingga <b>ada satu spot ‘awan’ di pandangan gue. </b>Ada sedikit bayangan putih di bagian bawah mata kanan karena tertutup sama motifnya. <span style="background-color: #cfe2f3;">Untuk mata kiri, all clear and nice! </span><span style="background-color: white;">But no probs, gue masih menolerir hal itu kok, karena awannya kecilll banget sehingga suka ‘hilang’ karena jadi blind spot di mata.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;">Selama pemakaian, gue ngga ada complain sama sekali. Namun gue curiga karena mata kanan gue rada kering keesokan harinya, padahal pas pemakaian langsung dia lembab-lembab aja. Gue masih tahap suuzon aja sih, belum tahap FITNAH ahahah! Saat artikel ini dibuat pun mata kanan gua rada kering, padahal pas pakai Lacelle Jewel mata kanan gue aman-aman aja.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;"><b>Swatch:</b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;"><b><br /></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="background-color: white;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGWCGPbQwwr8PdwGVwD8MZ_rCFXyAVP-WeTiMzFmMIJg6As5PPX-6Sw031fPSywkwXyhXQT99lennJd9RrDhewAf2RFYLcS-wrV_Q8ItqZKM6eAtp_m2TfvUZ5vU_90HbK2Xc0MEtZWgo/s1340/DSC01916.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1072" data-original-width="1340" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGWCGPbQwwr8PdwGVwD8MZ_rCFXyAVP-WeTiMzFmMIJg6As5PPX-6Sw031fPSywkwXyhXQT99lennJd9RrDhewAf2RFYLcS-wrV_Q8ItqZKM6eAtp_m2TfvUZ5vU_90HbK2Xc0MEtZWgo/w400-h320/DSC01916.JPG" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kalau diliat dari sini, keliatan kan kalau pupilnya ngga pas di tengah? Nah itu maksud gue, fittingnya kurang pas. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Ini tampilannya kalau di depan ring light yang bener-bener di muka di depan congor. Warna coklat ocrenya mendominasi dibandingkan warna biru, namun jangan sedih, karena ring birunya tetep eksis.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwC21KldhpYnNn4RpDrrHti4-n7OK1RuWn-_N-mHF2qDatw-gsKhhGTsg_Fjlj0oy-sv3PXqht3iyI_KqZesotMYhYcBVLlbm3j99kR7Tiwm1KgF4F6xPk9H6nectiSVs9jIj1VZM3TdE/s2048/DSC01905.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1329" data-original-width="2048" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwC21KldhpYnNn4RpDrrHti4-n7OK1RuWn-_N-mHF2qDatw-gsKhhGTsg_Fjlj0oy-sv3PXqht3iyI_KqZesotMYhYcBVLlbm3j99kR7Tiwm1KgF4F6xPk9H6nectiSVs9jIj1VZM3TdE/w640-h416/DSC01905.JPG" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdOXEsAD_ATF3fD85LAJNkkqWqdcT0LhKBnKFxJYAcljNeEb-SW5a_PkQAJzhHX1BuTOFam4dwSjqRZfx41qxPeddwXXVYWidniG6kgGCJgRSfkdY73zYkV9iuadzYPXLoElF9FNYpddA/s2048/DSC01917.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1152" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdOXEsAD_ATF3fD85LAJNkkqWqdcT0LhKBnKFxJYAcljNeEb-SW5a_PkQAJzhHX1BuTOFam4dwSjqRZfx41qxPeddwXXVYWidniG6kgGCJgRSfkdY73zYkV9iuadzYPXLoElF9FNYpddA/w360-h640/DSC01917.JPG" width="360" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Namun kalau diliat di cahaya natural, softlens ini kurang keliatan dan bikin mata jadi keliatan clouded, sedikit butek, beda sama I-Dol Desire Euro Gray yang tetep kentara either di cahaya ring light atau di outdoor. Lucunya, i-Dol Desire Ocean Blue lebih terlihat kalau ruangannya gelap, warna coklatnya lebih mencolok.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4oO1vShMh7Not1sUYsharkl6vkjCSOnGHcw_Yu1OHgOdTXWKeDlYkF8duDKqguU4hO2nNPEF1gHe4oU1TfvUONul_wYrwVoQxig9Hj6gfvO95xhmspjOXZ59EgRymXZqJMN8r3O8MiDE/s2048/20201013_165550.jpg" imageanchor="1" style="background-color: transparent; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4oO1vShMh7Not1sUYsharkl6vkjCSOnGHcw_Yu1OHgOdTXWKeDlYkF8duDKqguU4hO2nNPEF1gHe4oU1TfvUONul_wYrwVoQxig9Hj6gfvO95xhmspjOXZ59EgRymXZqJMN8r3O8MiDE/w480-h640/20201013_165550.jpg" width="480" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Walaupun begitu, gue tetep suka sama warnanya, unik dan super cakep di ring light. Sepertinya gue akan mencoba i-Dol Lens seri yang lain, karena seri Desire motifnya rada nabrak sama pupil gue. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">But it’s okay! Still pretty dan nyaman untuk pemakaian panjang 💙</div></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><p></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com3Indonesia-0.789275 113.921327-29.099508836178845 78.765077 27.520958836178846 149.07757700000002tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-88238372067933277662020-10-16T17:01:00.004+07:002020-10-16T17:07:01.247+07:00Menghadapi Rasa Sedih<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRepwqTmamqrSzFQkBh-O4AYUn4TJMO3-k9pGKvUt4Zlnb1RGYZGZ0ZmZ48y_gGllZ4zhEeZT4Dt6bFBQokLHmbOYGLnaG8sWTeqhorj2f4k65Ie93IPvmkGuIzjVOdQekA_Gp1-DdurM/s800/Happy.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="800" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRepwqTmamqrSzFQkBh-O4AYUn4TJMO3-k9pGKvUt4Zlnb1RGYZGZ0ZmZ48y_gGllZ4zhEeZT4Dt6bFBQokLHmbOYGLnaG8sWTeqhorj2f4k65Ie93IPvmkGuIzjVOdQekA_Gp1-DdurM/w640-h400/Happy.jpg" width="640" /></a></div><p>Gua udah pernah cerai, udah pernah mengalami drama skala besar maupun kecil, udah pernah mengalami yang namanya ditolak entah ditolak cowok atau ditolak artikelnya, and i thought: my mentality is growing.</p><p>“Yes, mental gue berkembang nih, gue udah makin kuat nih, strong woman uhuyyy”</p><p>Gue merasa tiap kita berhasil melewati satu momen berat - either in a smooth way or not - maka poin ‘mental baja’ gue akan bertambah, gue akan lebih kebal kalau disakiti. Mental yang gue punya sudah pasti mental yang sangat strong - maunya sih gitu. </p><p>Ternyata, ngga juga, ternyata sama aja.</p><span></span><span><a name='more'></a></span><p>Kalau gue udah pernah mengalami penolakan di masa lalu dengan air mata, bukan berarti gua ga akan nangis ketika gue mengalami penolakan di masa depan. Ketika gue udah mengalami perpisahan yang perih di masa lalu, bukan berarti perpisahan di masa depan menjadi less-perih. Ternyata yang namanya rasa sedih tuh sama aja.</p><p>Gue mikir, “apakah gue adalah orang yang ngga belajar dari masa lalu?” TAPI NGGA JUGA LOOH hahahaha, ih enak aja! Gue merasa keputusan yang gue ambil makin bijak kook dibanding yang dulu, gue merasa gue berkembang kok secara individu.</p><p>Tapi yang jadi pertanyaan adalah, <b><span style="background-color: #d9d2e9;">“Kenapa masih sedih aja sih, padahal dulu kan pernah mengalami hal yang serupa?</span>”</b></p><p><span style="background-color: white;">Loh iya, gue juga pingin tau jawabannya :)) </span></p><p><span style="background-color: white;">Kenapa kalau mengalami penolakan, masih murung? </span></p><p><span style="background-color: white;">Kenapa kalau mengalami kegagalan, masih merenung?</span></p><p><span style="background-color: #d9d2e9;"><b>Kenapa kalau lagi ga merasa spesial, masih nangis?</b></span></p><p>Bukannya kita harusnya udah belajar merelakan? Bukannya harusnya kita udah biasa? Bukannya harusnya mental baja kita makin terasah, namun apa yang berubah?</p><p>Menurut gue, yang berubah dari sikap gue dalam menghadapi kesedihan itu bukan masalah nangis atau nggak, down atau ngga, lemes atau nggak, tapi... penyalurannya! 😀</p><p>Dulu gue tuh kalau nangis bisa nangis di tempat itu SAAT ITU JUGA, apapun tempatnya deh; restoran, atas motor, dalam mobil, di parkiran, di manapun deh. Sekarang gue tetep nangis, tapi hanya ke orang tertentu aja. Gue udah paham dimana dan gimana bisa menyalurkan rasa sedih gue, karena saat dewasa gue sadar bahwa gue ga boleh sedih di sembarang tempat, karena kesedihan gue mempengaruhi mereka yang melihatnya. Gue baru sadar kalau kesedihan yang dipertontonkan itu beban emosional bagi yang menyaksikan.</p><p>Hal ini ngga bisa dibilang ‘lebih baik’, karena yang berubah hanya penyalurannya aja, bukan mindsetnya. It would be nice kalau gue bisa nulis something like, “sekarang gue berdamai dengan berbagai macam penolakan dan kegagalan karena gue tau it’s just another bad day not a bad life” but i have not reach that phase yet.</p><p><span style="background-color: #fff2cc;">Deep down inside, i knew that i have that big portion of rationality in me. But my rationality sometimes not being able to function properly because i have that big portion of sentimentality too.</span></p><p><span style="background-color: white;">Gue bisa banget jadi cewe yang sangat rasional, pun bisa jadi cewe yang sangat sentimental, termasuk ketika lagi sedih. Biasanya, kalau gue mau mengesampingkan sisi sentimental gue agar bisa berpikir rasional, gue mengganti sudut pandang jadi sudut pandang orang ketiga.</span></p><p><span style="background-color: white;">Bayangkan kalo temen gue mengalami peristiwa kaya gue, kira-kira gue bakal nasehatin apa aja ya? How would i react? How would i see them as? Kira-kira kesedihan yang gue rasain terlihat kaya gimana ya? Apa jangan-jangan terlihat bodoh?!</span></p><p><span style="background-color: white;">Imagine if my best friend - in example - being insecure because she feel that she isn’t pretty enough even though she IS. </span></p><p><span style="background-color: white;">Kalo rasa itu yang gue rasain secara pribadi, gue pasti sulit untuk melihat kelebihan diri sendiri.</span></p><p><span style="background-color: white;">Tapi kalau rasa itu dirasakan oleh temen gue, gue pasti akan merasa, “DIAM ANDAAA TOLONG NGACA SEBENTAR YAAAAA ANDA KAN BUKAN HANYA WAJAH SEMATA</span>”</p><p><span style="background-color: white;">Ini kejadian banget sama salah satu temen gue, dia ngetweet bahwa dia merasa dia kurang pintar, EVEN THOUGH SHE’S CURRENTLY DOING HER PHD DEGREE WITH FULL SCHOLARSHIP and i was like...</span></p><p><span style="background-color: white;">like...</span></p><p><span style="background-color: white;">so normal. Ternyata kita emang ga bisa liat kelebihan kita kalau kita lagi sedih dan merasa ngga spesial, ternyata kepercayaan diri itu mudah crumble dari faktor eksternal, dibilang punya mental lemah? Ngga juga, karena kita pun meraih nilai yang kita punya dengan perjuangan dan mental baja, ngga bisa disebut lemah kan kalau seumur hidup kita ngejar cum laude, ngejar skill, ngejar apapun yang bisa dikejar. Insecurity hanya 1 lubang di antara jalan yang kita bikin, walaupun memang super beracun sih.</span></p><p><span style="background-color: white;">Namun yang bisa gue lakukan hanya itu: switch angle.</span></p><p><span style="background-color: white;">Karena balik lagi; gue yakin gue rasional. I’m good at giving advices, masalahnya skill itu suka ilang kalau kepala kita lagi berkabut, dan ngga apa-apa, coba kita berusaha bersihin kabut itu walaupun dengan cara yang ‘se<i>fake’ </i>switching angle.</span></p><p><span style="background-color: white;">Pada dasarnya, perjalanan coping with sadness ngga akan ada habisnya dan akan selalu berubah. Sekarang teknik switching angle bisa berfungsi, kalau nanti? Belum tentu.</span></p><p><span style="background-color: white;">Makanya, yuk kita selalu ngulik diri sendiri. What works and what’s not.</span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-60704701017189860712020-10-11T16:51:00.003+07:002020-10-11T16:56:14.022+07:00Review G Menstrual Cup<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAyDfLQVRYruNRqUoXJT9JPZus7IUZA2ZdFYS6PoLu-GqUVBHEevZGI5itEQdcfigcLh1L1YS6XU6qdvLohpQdJItnfIQcUfaU83RbQMadVoUFO8-XZ7qJMsrcgiC6nMkLm9Fg37Q0axM/s2048/IMG_0012.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAyDfLQVRYruNRqUoXJT9JPZus7IUZA2ZdFYS6PoLu-GqUVBHEevZGI5itEQdcfigcLh1L1YS6XU6qdvLohpQdJItnfIQcUfaU83RbQMadVoUFO8-XZ7qJMsrcgiC6nMkLm9Fg37Q0axM/w640-h426/IMG_0012.JPG" title="Review G Menstrual Cup" width="640" /></a></div><p>Berjuta-juta blogger bersumpah atas nama menstrual cup, katanya menstrual cup adalah gebrakan terbaru dalam dunia kewanitaan, lantas apakah aku langsung percaya?</p><p><b>YAIYALAH GILA KALI.</b></p><p>Gue tuh orang yang in trend banget, apapun yang majority lakuan, maka gue harus beli, gitu aja sih, namun yang membuat gue ngga ((langsung)) beli menstrual cup adalah... harganya! Hahaha.</p><p><span></span></p><a name='more'></a>Menstrual cup yang digadang-gadang sebagai ((FENOMENA)) adalah menstrual cup merk Organicup, harganya? 300 ribu-an :( walaupun fenomenal, tapi kalo harganya 300-ish duh ngga dulu deh, budget gue sama benda harta duniawi itu 200 ribu max, sehingga gue ngga berminat beli Organicup, bukan ga berminat ya, NGGA MAMPU HAHA.<p></p><p>Seiring berjalannya waktu, brand-brand menstrual cup lokal makin mencentreng di Shopee. Menstrual cup yang menarik perhatian gue adalah <b>G Menstrual</b> cup, yang harganya 159 ribu. Gue ragu banget awalnya karena diwanti-wanti sama temen gue, “eh jangan-jangan itu bahannya ga jelas? Ih jangan main-main deh, benda itu nanti dimasukin ke vagina loh!” And i was like, “okay huhu”, namun jangan sedih karena akhirnya gue meyakinkan diri membeli G Menstrual cup karena testimoninya yang bagus-bagus, and then... <span style="background-color: #f4cccc;">DEAL! I bought G Menstrual cup!</span></p><p><span style="background-color: #cfe2f3;">Deskripsi:</span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4zyNQnpwxci7ogDDh_B4DokD2PvYcyaMTGlA23gCiegHq8IE0zYSX3VLXeBqSjTtyL64Ba9BHnVe92wMWSy1gwM1a6vJanhydcaExAU5bzbUfGeQDqAOCWkGa8k_eNqBp2B17gWj7Nds/s2048/IMG_0010.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4zyNQnpwxci7ogDDh_B4DokD2PvYcyaMTGlA23gCiegHq8IE0zYSX3VLXeBqSjTtyL64Ba9BHnVe92wMWSy1gwM1a6vJanhydcaExAU5bzbUfGeQDqAOCWkGa8k_eNqBp2B17gWj7Nds/w426-h640/IMG_0010.JPG" title="Review G Menstrual Cup" width="426" /></a></div><p><span style="background-color: white;">G Menstrual Cup terbuat dari medical-grade silicone yang biasa dipakai untuk bikin dot bayi, kateter, dan semacamnya, materialnya non-toxic, kayak hubungan aku sama dia halah norak lo.</span></p><p><span style="background-color: white;">Warnanya ada 2, biru dan pink. Ukurannya ada 3; XS, S, L.</span></p><p><span style="background-color: white;">XS untuk yang perawan dan belum berhubungan, S untuk yang uda berhubungan tapi belum melahirkan, kalau L artinya Lambemu halah. </span></p><p><span style="background-color: white;">Gue beli yang L karena gua uda melahirkan secara vaginal, so yeah i’m your L cup yo.</span></p><p><span style="background-color: #cfe2f3;">The ((THING)):</span></p><p><span style="background-color: white;">Pas barangnya sampai, kita dapet box berisi instruksi, menstrual cup, dan pouch penyimpanan menstrual cupnya. Saat dipegang, gue kira bahannya lembut dan lemes, ternyata cukup tebel dan alot, butuh tenaga ekstra untuk mau mlenyot-mlenyotin, namun bahannya alot agar mudah terbuka di dalam vagina, jadi selaw gengs itsoke.</span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau kalian liat di foto, ada satu keanehan, yaitu: ngga ada stemnya. Kenapa? Karena gue potong. Aslinya, di ujungnya ada stem sepanjang 2-3 cm untuk menjadi pegangannya, tapi at the end, gue gunting ujungnya sampe abis, kenapa? Nanti gue ceritain deh.</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6wjJaYbA0j-NPI7lniumJ-tKsO6TNfvpI1WMjiqUm8Bvhr-Q9KC6pg5dL2kdC8DDlwvyKhnKw3Pfmlc2SpdxkMII-ynAoEF_gpQvWGoiCWnxyIMWXGqX8OoUtTlexqm9W5desloinVDo/s2048/IMG_0018.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6wjJaYbA0j-NPI7lniumJ-tKsO6TNfvpI1WMjiqUm8Bvhr-Q9KC6pg5dL2kdC8DDlwvyKhnKw3Pfmlc2SpdxkMII-ynAoEF_gpQvWGoiCWnxyIMWXGqX8OoUtTlexqm9W5desloinVDo/w640-h426/IMG_0018.JPG" title="Review G Menstrual Cup" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Ini penampakan bagian dalamnya, ada ukuran mililiter untuk mengukur volume darah yang keluar.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><p></p><p><span style="background-color: #cfe2f3;">Review:</span></p><p>G Menstrual cup harus direbus dulu 3 menit di air mendidih, baru deh dimasukin ke vagina. Katanya tuh masukin menstrual cup ke vagina itu serem, masukinnya susah, harus dengan keberanian, namun gue memasukannya dengan nyali besar dan rasa kepenasaranan yang mengalahkan ketakutan, hasilnya?</p><p>MASUK! Gampang pula!</p><p>Gue pakai metode C-fold, yaitu dengan menekuk menstrual cup menjadi huruf C dan langsung shove it to your vajayjay sambil duduk di kloset, alhamdulillah langsung sit in dengan rapih, jangan lupa diputer-puter dulu dasar cupnya agar terbuka dengan sempurna di dalam. Ngga sakit, asli, sumpah dah, demi dah.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsV8Qidg2JD6Qieq_PlMhjOSxZtt1HKmGp7QTY36_uiiIR5AHwWbxW7dEGtnqY4t_oDGeMUeQTNo8r5h9eH0EI14sN0RrwHhjMG_6XfgdNxT9HeCnP4d7AQcwK_nVebgyvb2LNU8u5oIM/s2048/IMG_0019.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsV8Qidg2JD6Qieq_PlMhjOSxZtt1HKmGp7QTY36_uiiIR5AHwWbxW7dEGtnqY4t_oDGeMUeQTNo8r5h9eH0EI14sN0RrwHhjMG_6XfgdNxT9HeCnP4d7AQcwK_nVebgyvb2LNU8u5oIM/w640-h426/IMG_0019.JPG" title="Review G Menstrual Cup" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teknik lipat C-Fold yang gue lakukan pas awal-awal pake menstrual cup<br /></td></tr></tbody></table><br /><p>Habis dimasukin ke vagina, gua mencoba mengeluarkannya lagi, caranya adalah dengan mencubit pantat menstrual cup agar udara yang ada di menstrual cup bisa keluar, lalu tinggal ditarik aja! <b>Proses ngeluarinnya ngga akan sakit selama vacuum udaranya udah dikempesin dulu. </b>Kalau vacuum udaranya belum kempes, maka akan sulit banget untuk ngeluarin, rasanya kayak usus disedot-sedot ke luar (hidih).</p><p>Masalah masuk-keluar ini tuh easy peasy lemon hifzi, karena yang bikin drama adalah....</p><p><b>1. GANJEL BANGET MEN</b></p><p>Gue chat kak Icha untuk mengeluh, “Kak, kok ini ganjel banget sih!!!” karena rasanya emang GANJEL BANGET MAU NANGIS. Gue udah coba untuk potong 1 strip stemnya dan tetep ganjel, ganjelnya bikin gue kebangun tengah malam karena ngilu. Stem menstrual cupnya nongol banget tanpa harus ngeden, gue tau kalau biang kerok dari semua ini adalah stemnya, tapi gue masih terlalu takut untuk babat habis stemnya, jadinya gue berusaha dorong-dorong lebih dalem lagi biar antenanya ga nongol, huhu tetep ga berhasil.</p><p>Namun karena gue udah ga tahan sama ngilunya, gua menerapkan teknik reverse menstrual cup, kira-kira begini:</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTmUvoaf3IDqv0SHQGvpgljl5H0HSRAGJkFSQs9XEUNhUEftsbsxEsMU9twTHbGndkwHKYVLoJxt9db0faPooHIPR4BwMhxxzXue0prMojP89Q12gftXjckXxvTVKo6KI6KarVy5WsbJU/s2048/Menscup+4.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTmUvoaf3IDqv0SHQGvpgljl5H0HSRAGJkFSQs9XEUNhUEftsbsxEsMU9twTHbGndkwHKYVLoJxt9db0faPooHIPR4BwMhxxzXue0prMojP89Q12gftXjckXxvTVKo6KI6KarVy5WsbJU/w640-h640/Menscup+4.png" title="Review G Menstrual Cup" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Saat gue praktekin ini, langsung BOOM HILANG dan nyaman banget! Akhirnya ngerasain yang namanya “senyaman itu”, karena jadi invisible banget, lalu gue tau kalau gue punya ukuran cervix yang rendah sehingga gue ngga perlu ngeden sama sekali untuk meraba ujungnya, bahkan ketika stem-less seperti ini. Ka Icha sendiri bilang bahwa stem menstrual cupnya bisa masuk banget ke dalem sampai harus ngeden untuk meraba ujung stemnya, sedangkan gue ngga perlu ngeden walaupun menstrual cupnya ngga ada stem sama sekali.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Yang menarik dari sini adalah: kita jadi kenal sama tubuh kita sendiri, and that’s awesome!</div><p><b>2. Bau yang kurang sedap</b></p><p>Pas bersihin darah dari menstrual cupnya, gue ngga mencium bau apa-apa sama sekali, ternyata darah kotor kita itu odorless, ngga bau amis sama sekali.</p><p>NAMUN.</p><p>Yang bikin bau adalah cairan keputihan yang keluar di ujung siklus. Biasanya abis menstruasi, rahim akan mengeluarkan cairan keputihan untuk meluruhkan seluruh sisa darah yang ada di rahim.</p><p>Keputihan itulah yang baunya kurang sedap, tapi ini tergantung sama gaya hidup masing-masing orang.</p><p>Triknya adalah, di ujung menstruasi dimana darahnya udah dikiit banget berupa flek, menstrual cupnya dilepas. Tenang, kalau dilepas pun ngga akan tembus atau bocor kok, karena darahnya udah dikiiit banget, terkadang hanya keluar kalau kita pipis, so, aman!</p><p>Kalau udah terlanjur bau ga sedap, tinggal dicuci aja pakai sabun dan direbus lagi biar steril. Sabun apa? Sabun... mandi! Hahahah, harusnya sih sabun kewanitaan ya, tapi karena gue ngga punya jadinya sabun yang ada aja.</p><p>--</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrVjvUqDSPM3RhyLMDJdCUvZHQxOtmXf4bB1U2DCONn0AHAoz23SODesGukb6qyVDUIQvdQekMUk5hs5dQSuG39Efe6PZxcb80bROyodMdpa0baGEpyDnMPdakVFjxDD0Jue5z4gKbRgs/s2048/IMG_0015.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review G Menstrual Cup" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrVjvUqDSPM3RhyLMDJdCUvZHQxOtmXf4bB1U2DCONn0AHAoz23SODesGukb6qyVDUIQvdQekMUk5hs5dQSuG39Efe6PZxcb80bROyodMdpa0baGEpyDnMPdakVFjxDD0Jue5z4gKbRgs/w426-h640/IMG_0015.JPG" title="Review G Menstrual Cup" width="426" /></a></div><br /><p><br /></p><p>I have something to be flaunt on: i never had a leak!</p><p>Menstrual cup gue ga pernah nembus - satu kali pun - from day 1! Wow! Amazing riiight? Gue selalu make sure kalau menstrual cupnya kebuka dengan sempurna di dalem vagina, and it’s not that hard kok selama mau ‘ngulik’in bagian dasar menstrual cupnya, ingat: <span style="background-color: #ead1dc;">always double check!</span></p><p><span style="background-color: white;">Selain double check saat memasukkan, double check juga cupnya tiap lagi pipis, karena cup yang penuh bisa jadi penyebab leaking, gue pribadi selalu kosongin menstrual cup tiap harus ke kamar mandi, walaupun katanya bisa menampung selama 12 jam, tetep aja better safe than sorry, tenang aja makin lama makin jago kok proses lepas-pasangnya!</span></p><p><span style="background-color: #ead1dc;">Is it recommended?</span></p><p><span style="background-color: white;">YES. YES. YES.</span></p><p><span style="background-color: white;">Dengan catatan: berani ngulikin badan sendiri.</span></p><p><span style="background-color: white;">Menstrual cup adalah proses mengenali organ intim; seberapa panjang cervixmu? Seberapa banyak darah menstruasimu? Seberapa banyak keputihanmu?</span></p><p><span style="background-color: white;">It’s MOREEE than just a menstrual cup, it’s a journey!</span></p><p><span style="background-color: white;"><a href="https://shopee.co.id/Girls-Menstrual-Cup-i.85945929.1438158206">Belinya di sini ya! LAGI DISKON JADI Rp. 143.000!</a></span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.921327-29.099508836178845 78.765077 27.520958836178846 149.07757700000002tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-73362463970349292772020-10-07T15:07:00.002+07:002020-10-07T16:06:16.369+07:00Softlens Ternyaman 2020 <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcfujMOru9greu8IExxaShqE2dn7tCTAjyrhSSUmry_u-gvy3PS9fi6vbRjEjxDrxAqQXeToQOEFCRfWwyzoFoh_CD7fIt5ThI9wuNcaesYopxssG120w3PygwNgvW9-rIo9pgUXD-Lv8/s800/Untitled-1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="500" data-original-width="800" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcfujMOru9greu8IExxaShqE2dn7tCTAjyrhSSUmry_u-gvy3PS9fi6vbRjEjxDrxAqQXeToQOEFCRfWwyzoFoh_CD7fIt5ThI9wuNcaesYopxssG120w3PygwNgvW9-rIo9pgUXD-Lv8/w640-h400/Untitled-1.png" title="Softlens Ternyaman 2020" width="640" /></a></div><p>Softlens Ternyaman 2020 - Softlens berdiri di dua kaki; kaki medis dan kaki estetis. Softlens diperlukan agar kita bisa nyaman melihat tanpa bantuan kacamata yang kadang menggangu penampilan. Tapi masalahnya, softlens yang cakep itu ga selalu nyaman, pun softlens yang nyaman biasanya ga cakep. Sulit banget lho untuk nemuin softlens yang nyaman plus cakep, ibarat mencari arwana di laut, ada sih ada, tapi nyelem dulu. Eh emangnya arwana hidup di laut?</p><span><a name='more'></a></span><p>Akhirnya, setelah 234x beli softlens, gue nemun softlens yang menurut gue cukup nyaman. Ingat, definisi nyaman disini adalah softlens yang bisa dipakai dalam waktu lama, namun mereka tidak perfect. Kadang yang nyaman, suka kehalang motif, yang clear dan nyaman kadang suka tiba-tiba kelilipan, emang begitu dah.</p><p>NAMUN, walaupun mereka tidak 5/5, namun mereka hampir mendekati 5/5. LOVE BANGET! Yaudah langsung aja kali ya. Ini adalah softlens ternyaman 2020 versi Haloterong.com.</p><p><br /></p><p>5. <b>X2 Sanso Black - Mocha</b></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVurdeObn91bFyTg_N5xB6uQTQkUNkTfo-KgnHFOwWe17_Ce8iZoB8SHJVlOvnqPMUThOL9V8PTG8kZIcti62Rcpr2AAKf_5O7sXMfmZOYEwOQ6p1_-QmVWER3lPOPZ6iBoeQrtvD8QVE/s2048/DSC00853.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVurdeObn91bFyTg_N5xB6uQTQkUNkTfo-KgnHFOwWe17_Ce8iZoB8SHJVlOvnqPMUThOL9V8PTG8kZIcti62Rcpr2AAKf_5O7sXMfmZOYEwOQ6p1_-QmVWER3lPOPZ6iBoeQrtvD8QVE/w640-h360/DSC00853.JPG" title="Softlens Ternyaman 2020" width="640" /></a></div><p>Gue tuh agak deg-degan pas nerima X2 Sanso Black yang ini, karena gue merasa kurang nyaman sama X2 Sanso yang biasa. X2 Sanso Black ini adalah softlens yang terbuat dari material silicone hydrogel. Silicone Hydrogel adalah material softlens yang bagus, ia dapat menghantarkan oksigen lebih banyak ke dalam mata. Oksigen yang cukup membuat mata kita jadi ngga merah-merah dan kering, terbukti dari pengalaman pas gue make X2 Sanso Black ini. X2 Sanso Black memberikan gue pengalaman pake softlens yang menyenangkan karena nyaman banget di mata dan ngga bikin mata merah. Pandangan mata jadi clear. Ia mulai ngga nyaman ketika pemakaian softlens udah di atas 6 jam, pasti langsung ganjel-ganjel. Kalau kemasukan debu, softlens ini langsung terasa sangat mengganjal dan cukup sakit, beda sama beberapa softlens yang kalau kemasukan debu masih “okay”. Namun, softlens ini ngga membuat urat mata bergerilya ke luar, karena materialnya sendiri mempermudah oksigen untuk masuk ke mata.</p><p>X2 Sanso Black memiliki life span 3 bulan, biasanya kalau softlens yang murah akan terasa ngga nyaman ketika udah dipake 1,5 bulan, namun X2 Sanso Black tetep nyaman sampe 2 bulan. Sekali lagi: the perks of a good material.</p><p>X2 Sanso yang gue punya warnanya “Mocha”, warna coklat tua 1 tone. Ia memberi efek memperbesar bola mata. Gue pribadi merasa ngga cocok sama corak dan warnanya karena jadi menyerupai mata ikan atau boba. Dari segi warna kulit, gue cocoknya pakai softlens yang 2-3 tones. Secara kenyamanan, X2 Sanso Black ini nyaman, tapi secara corak, hu, kurang cocok sepertinya :(</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiandCOnoCSqg_xyhgOXbJUw0I1MUFgzdQvu09P-cWUsVJc9YREsjlFnuDGdFlKQIiehX5_5ihTeh-IC0F7qpfs4eea5iFdXqABB0gfEQmyiL6ldzB_TqR2z3bM5I-EVxvRgb4qTdxrGdc/s6000/DSC00861.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="3376" data-original-width="6000" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiandCOnoCSqg_xyhgOXbJUw0I1MUFgzdQvu09P-cWUsVJc9YREsjlFnuDGdFlKQIiehX5_5ihTeh-IC0F7qpfs4eea5iFdXqABB0gfEQmyiL6ldzB_TqR2z3bM5I-EVxvRgb4qTdxrGdc/w640-h360/DSC00861.JPG" title="Softlens Ternyaman 2020" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">4. <b>Hapakristin- Fuming Kristin</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz9xKKAHSmOtv4pJt5t1RmmQ7HbSyBjnc18Saq4k84eA9L7sOUxnMnJ03EpGcjAFYG0eE6YPB4xH7q5dBAQyWoePH3dmlRfE3CsD2AfnlkRBLYq8IfcCdHDgH0fos92SukKTvkq5TYrfo/s2048/DSC01567.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz9xKKAHSmOtv4pJt5t1RmmQ7HbSyBjnc18Saq4k84eA9L7sOUxnMnJ03EpGcjAFYG0eE6YPB4xH7q5dBAQyWoePH3dmlRfE3CsD2AfnlkRBLYq8IfcCdHDgH0fos92SukKTvkq5TYrfo/w640-h360/DSC01567.JPG" title="Softlens Ternyaman 2020" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>“Cakep banget” </b>adalah satu kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan softlens ini. GILE CAKEP BENER. Kalo dipake selfie sebenernya ngga terlalu keliatan, tapi kalau dari jauh, dan dari super deket gini, beh, luar biasa! HapaKristin juga ngasih efek enlargement tapi ngga blong kosong kayak X2 Sanso Black. Kalo gue pake softlens ini, pasti dipuji-puji masyarakat karena mata jadi hidup banget.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Secara kenyamanan, ia materialnya tipis dan ga bikin mata merah. Pandangannya pun ngga terhalang motif. NAMUN, softlens ini gerak-gerak di mata kanan gue, ngga duduk diem, tapi lari-lari. Hal ini bisa diobati pakai tetes mata, walaupun begitu ga terlalu mengganggu sih.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Nyaman, ga bikin mata merah dan tahan dipakai seharian.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Belinya dimana? Di Indonesia sih jujur aja, ngga tau, karena gua dapet ini karena menang giveaway.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhovK8otsoMyAgEw454RCu0-AaPjhHPURNXPYKetarBQCyOayrEsX0sgCo2qJUMJuEKxiHAoEm4Z0jL6NS0BCweXwB2kV8IkTWt-K0C9aIIVYabhRL7j8D5bbhPkrmqNfyjKyFSPC1gKjU/s2048/DSC01563.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhovK8otsoMyAgEw454RCu0-AaPjhHPURNXPYKetarBQCyOayrEsX0sgCo2qJUMJuEKxiHAoEm4Z0jL6NS0BCweXwB2kV8IkTWt-K0C9aIIVYabhRL7j8D5bbhPkrmqNfyjKyFSPC1gKjU/w640-h360/DSC01563.JPG" title="Softlens Ternyaman 2020" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><a href="https://www.kawaigankyu.com/product/detail/eos-anuna-brown" target="_blank">3. EOS Anuna Brown (beli di sini)</a></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG2ETNoeej472aMpppWg37x1y_8PO2uL09F7casl9KFLnVp208eng81ke-vvY-LFF29Lalw3A5f26s6Ur0Se6PMkLl8k3JxG90lpOd43zsZnWGqpY05icGkkyET3EiLJJMtOmdocZGvaA/s2048/DSC01684.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="EOS Anuna Brown Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG2ETNoeej472aMpppWg37x1y_8PO2uL09F7casl9KFLnVp208eng81ke-vvY-LFF29Lalw3A5f26s6Ur0Se6PMkLl8k3JxG90lpOd43zsZnWGqpY05icGkkyET3EiLJJMtOmdocZGvaA/s16000/DSC01684.JPG" title="EOS Anuna Brown Softlens Ternyaman 2020" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">EOS Anuna Brown adalah softlens yang mengandung “sumpah” dari diriku :)) </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Maksudnya??</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Awal-awal gue pake softlens, gue sempet coba softlens yang murah-murah dengan cairan yang murah juga, hasilnya? <b>Ya perih lah ade-ade aje</b>, lalu gue stalking IG-nya @kawaigankyu dan buka highlight “EOS”, banyak review positif terutama untuk tipe EOS Anuna Brown, ngga hanya review positif tentang kenyamanan, namun design EOS Anuna Brown ini juga memikat banget, warnanya coklat kemerahan, cocok banget untuk skintone orang Indonesia yang undertonenya warm.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Softlens ini diameternya 14.50, base curvenya 8.8, ukurannya cukup besar dan ngga terlalu cekung sehingga dia sedikit ‘longgar’ di bola mata, <i>which is probably the reason why this lens is comfortable. </i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Softlens ini bisa tahan lama banget di mata, lebih dari 12 jam, dan ngga rewel sama sekali. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Walaupun masa pakainya 1 tahun, tapi softlens ini udah kurang nyaman di pemakaian 2 bulan, namun tidak apa-apa karena dia itu nyaman dan left a good impression on me. Lalu gue bersumpah bahwa, kalo gue ga cocok sama lensa lain, gua akan selalu kembali ke Anuna Brown. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">NAMUN, ketika gue beli ini sekian bulan yang lalu, ko ngga senyaman biasanya ya? Kok rada-rada hmmm gitu ya? Masih nyaman sih, tapi dulu tuh Anuna Brown itu nyamannya tergolong NYAMAN banget, tipe softlens yang makin nguap makin nyaman.</div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhC9vben4kgekwDVGHkUxiG9Bg1NCubnRkgf-gUC4kwhJyv397D60Tck8Yn1rJp3fNsR7bYuosuR-AqkiYXD48868fYox8NCSDOLUPpipryqbrNTuH3NpMHZyVraJVjDBL0m8FGuGPaLo/s2048/IMG_9964.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="EOS Anuna Brown Softlens Ternyaman 2020" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhC9vben4kgekwDVGHkUxiG9Bg1NCubnRkgf-gUC4kwhJyv397D60Tck8Yn1rJp3fNsR7bYuosuR-AqkiYXD48868fYox8NCSDOLUPpipryqbrNTuH3NpMHZyVraJVjDBL0m8FGuGPaLo/s16000/IMG_9964.JPG" title="EOS Anuna Brown Softlens Ternyaman 2020" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Bisa jadi karena kondisi mata gue yang lagi ga fit dan super kering, makanya softlens ini jadi ngga senyaman biasanya, namun gue curiga karena label di vial tube-nya EOS Anuna Brown ini jadi EOS Princess, EOS Anuna yang dulu gue bilang nyaman labelnya tertulis P-Con. Apa jangan-jangan ganti pabrik? Ganti supplier? Ganti ginjal?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Sejujurnya, sejak kecurigaan gue terhadap label EOS Princess yang ngga terlalu nyaman di mata, gue jadi males beli EOS, and my next purchase is....</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>2. I-Dol Desire Euro</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1vpcWcMfXJ7S9MFXoxkflgh1WdqS0L343GG4cFRE3LbbFnr07AqQtn6vSTKT25Xw-aaeRGBWJ93kZaxN8NNeqdbO3zbgMM4jkil9u-HwqIhBZpcgK9RYR2qbtbS31crlhgsa_geJGJGk/s2048/DSC01816+copy.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Desire Euro" border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1vpcWcMfXJ7S9MFXoxkflgh1WdqS0L343GG4cFRE3LbbFnr07AqQtn6vSTKT25Xw-aaeRGBWJ93kZaxN8NNeqdbO3zbgMM4jkil9u-HwqIhBZpcgK9RYR2qbtbS31crlhgsa_geJGJGk/s16000/DSC01816+copy.jpg" title="I-Dol Desire Euro" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div>I won’t say this lens itu nyaman banget sampe mau meninggal, tapi ibarat kata lu ketinggalan eye drop, no worries, karena lensa ini ngga kering.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Brand i-Dol lagi diminati banget karena designnya yang natural, ngeblend dengan mata, namun tetap memberi impact. Saking seringnya ngestalk i-Dol, gue sampai bisa nebak beauty vlogger mana yang pakai i-Dol, karena walaupun designnya terlihat ’natural’ dan ‘gitu doang’, tapi WARNANYA TUH UNIQUE dan ‘mahal’.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Namun yang bikin gua khilaf mengeluarkan Rp. 250.000 itu bukan karena warnanya, tapi karena NO BAD REVIEWS, AT ALL. Elu cari dimana pun dah ya, ngga ada yang kasih review jelek. SEMUA BILANG BAGUS. Oh ada sih yang kasih review jelek, tapi karena dia beli yang... palsu :’)) Yes, i-Dol itu seiconic itu sampai bhanyaaaq banget yang malsuin.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Diameternya 14.00, water contentnya 38%, base curvenya 8.6. Awal-awal pemakaian, pasti agak ganjel dan ngga senyaman yang diomongin orang-orang, PLUS pada saat itu mata gue lagi bermasalah. Ada fase dimana pakai softlens ini tuh ngga senyaman yang dikate orang-orang, namun makin lama direndem, softlens ini akhirnya jadi enak.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Materialnya tipis, membuat kita ngga merasa pakai apa-apa, namun yang jadi complain gue adalah inner pupilnya yang sempit sehingga mata kanan gue agak berbayang saat pake softlens ini, kalau kalian liat di foto-foto yang gue lampirin, fittingan di mata kanannya kurang sempurna.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA4Sl0OK9BBQXSH6aoNjODsrRj7u5DWJxUhtpneH_dSC60B9c989s6y-sZgQHLiQaTPtuuiBbfmvTFD5gp0rGKB5mM4rbAaQd0MrKebgB_mpr1J-Lhz6ItNa_M3eUJIcgYOovLuXA3lNQ/s2048/DSC01848.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="I-Dol Desire Euro" border="0" data-original-height="2001" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA4Sl0OK9BBQXSH6aoNjODsrRj7u5DWJxUhtpneH_dSC60B9c989s6y-sZgQHLiQaTPtuuiBbfmvTFD5gp0rGKB5mM4rbAaQd0MrKebgB_mpr1J-Lhz6ItNa_M3eUJIcgYOovLuXA3lNQ/s16000/DSC01848.JPG" title="I-Dol Desire Euro" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">TAPI WARNANYA MASYAALLAH SUBHANALLAAAAH CAKEP BANGET!</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Warna abu-abunya tuh ngga maksa! Ngga kayak Sweety, Dreamcolor atau merk murah lainnya yang kadang duhhh maksa banget sihh?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Warna abu-abunya agak warm tone, cocok banget untuk skintone Asia, sehingga kalau kalian pingin jajal softlens abu-abu, coba deh I-Dol Desire Euro ini, gaakan nyesel.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kenyamanannya? Nyaman! Walau berbayang sedikiiit, tapi ngga apa-apa karena dia ngga bikin mata merah, ngga mudah kering, gampang dipakai, dan ngga perlu panik kalau kelupaan eyedrop.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b>1. Lacelle Jewel</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyIJHtk9YG-3nvW_qqHfoKjG5BzuuRgPlNT4thFfY-TDfltTvTkwmtQjke6OVqTbOY-Ytct3IC3nOerpvoBUh6qC8-0sbjkLDus4NMf3UaJdx3v9arrGL6wXQSx4JklIQcQnjktF9Y-gg/s2048/20200915_161444.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lacelle Jewel Amber Brown" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyIJHtk9YG-3nvW_qqHfoKjG5BzuuRgPlNT4thFfY-TDfltTvTkwmtQjke6OVqTbOY-Ytct3IC3nOerpvoBUh6qC8-0sbjkLDus4NMf3UaJdx3v9arrGL6wXQSx4JklIQcQnjktF9Y-gg/w480-h640/20200915_161444.jpg" title="Lacelle Jewel Amber Brown" width="480" /></a></div><br /><b><br /></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><span style="background-color: #ead1dc;">Okay hands down the most comfortable lens i’ve ever wear!</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">OF course, kadang masih suka ada ‘rasa’nya, tapi cuma dikiit banget. Softlensnya tipisss banget, dipakenya gampaang banget langsung kawin sama mata, ngga ada bayang-bayang apapun sama sekali, pure clear! </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Lacelle Jewel ini gue beli di Optik Seis Pondok Indah Mall, harganya 200 ribu untuk 2 box, SUCH A NICE DEAL KAN?! Walaupun ngga bisa untuk beda minus, namun it’s okay karena minus di masing-masing mata ngga mungkin jomplang banget. Gue beli yang minus 1.00, and it works well! Walaupun mata kanan gue harusnya 1.50, tapi it’s okay it’s still nyambung.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kenyamanan softlens ini cuma 1 bulan, that explains the thinness of the lenses because it can’t withstand a longer use. Even though it have a short-span, but it’s okay karena harganya yang 200k dapet 2 biji, super worth it. Toh softlens yang yearly juga pemakaiannya mentok-mentok 1.5 bulan dengan kenyamanan yang jauh berbeda.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Walaupun ini nyaman BANGET tapi designnya boring af :(( punya gue warna Amber Brown dan ngga keliatan warna brown-nya, uuhuhu.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Please follow the trend hahaha soalnya kalau designnya bagus dan in trend, gue gaakan selingkuh ke lain hati, SUMPAH KARENA THE COMFY LEVEL IS BINTANG 5. (oke kan katanya tadi gamau kasih bintang 5 untuk kenyamanan, mari kita kasih bintang 5 untuk yang ini. Tapi gatau deh kalau nemu yang lebih nyaman lagi, palingan ratingnya jadi 4.99999 hahaha)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Gue beruntung dan ngga akan nyesel sih beli ini, walau designnya boring, tapi <b>kenyamanan mata tetep yang utama! </b>Plus, kalau beli softlens di optik, udah lewat seleksi yang ketat dulu, jadinya ngga akan nusuk kalbu dan nusuk mata, yakan? Iyalah udah iyain aja.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kesimpulannya, <b>ada harga ada barang. Yang murah bisa aja cocok, tapi yang mahal most likely pasti langsung kawin sama mata. </b>Mending nabung 200 ribu untuk 2 bulan softlens, dibanding beli yang 100 ribu ga cocok 100 ribu ga cocok lama-lama jadi seharga sama softlens mahal juga, kan rugi ya? :(</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Beruntunglah kalian HEY pemilik mata murahan,jadi ga usah beli yang mahal-mahal banget.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Softlens ternyaman menurut kalian apa?</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><br /><p></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1625915667598372649.post-29070151951502306192020-09-28T23:28:00.002+07:002020-09-28T23:28:56.760+07:00Afirmasi Positif dan Mempertanyakan Rezeki<p><i> “Kamu tuh harus menerapkan afirmasi positif”</i>, kata salah satu temen deket gue. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcU4P_rkG2E_acjAtYWy80ZvbG6ZEcMav6EvgR9p5Hwxd6LjBEJ155hWCReGDI15lo4Ar_7g_e_qaa0nWc0etBBx15nHfSlVN38semdLnlIJsPRnyr54SUq-FwGqTDANkHIKn8M043LFY/s2048/Armandoooo.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcU4P_rkG2E_acjAtYWy80ZvbG6ZEcMav6EvgR9p5Hwxd6LjBEJ155hWCReGDI15lo4Ar_7g_e_qaa0nWc0etBBx15nHfSlVN38semdLnlIJsPRnyr54SUq-FwGqTDANkHIKn8M043LFY/s320/Armandoooo.png" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Afirmasi positif itu semacam software yang di-install di otak agar kita selalu berpikir positif, memvisualisasikan hal yang kita inginkan, sehingga terciptanya sikap optimis dalam diri.<span></span></p><a name='more'></a><p></p><p>Sikap optimis sendiri artinya melihat titik terang dalam tiap-tiap kejadian, bahkan kejadian yang buruk sekalipun. Sikap optimis membuat kita selalu mencari jalan keluar, menjaga kobar api perjuangan (woelah), dan ngga usah terlalu khawatir sama yang belum terjadi lah!</p><p>Gue sendiri pernah melihat sebuah video yang menjabarkan kinerja otak kita ketika kita berpikir yang negatif, sel otak kita akan mempercayai pikiran negatif itu sebagai hal yang nyata sehingga hormon yang dikeluarkan, reaksi yang terjadi, adalah kuda-kuda kita dalam menghadapi hal negatif. Hal ini tentu buruk, karena hormon yang keluar dari dalam otak adalah hormon stress... gitu ga sih? Kok gua lupa yaa! HAHAHA.</p><p>Gini lho, gue itu udah lama banget ga berpikir optimis, <i>i became a very very skeptic person since my divorce years ago. </i></p><p>Gue merasa bahwa berpikir optimis itu kadang mengecewakan kalau hasilnya ga sesuai ekspektasi, gue merasa bahwa kadang hidup itu emang suka ngelawak aja walaupun amunisi dan support system kita sudah kokoh, kadang berusaha semaksimal mungkin ngga menjamin hasilnya bakal bagus.</p><p>Bahkan gue kadang membatin, “duh... kayaknya faktor <i>luck </i>dalam hidup gue tuh minim banget deh. Gue harus berusaha mati-matian untuk mendapatkan sesuatu”. Gue ngga bisa kayak orang-orang yang tiba-tiba ketomplok rezeki, dapet undian, dan lainnya. Gue harus berusaha lebih keras, ngulik lebih cerdas, dan melakukan hal ekstra lainnya, ngga kaya beberapa orang yang - sepengelihatan gue sih - ngga terlalu berusaha-usaha amat tapi lho kok dia hoki banget? Kok bisa dapet kesempatan itu? Kok bisa gina-gini-gitu? <span style="background-color: #fce5cd;">Gue ini kurang apa memangnya?</span></p><p><i>Call me stuck up </i>or <i>whatever</i> lah ya, tapi gue merasa <i>i did enough, enough to have the chance that was given to other people who don’t try as hard as i do. </i></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSNSE5hCh-7USgcg3Y-36NpAQeAkfV05PG7SBRn6pVAa6rR65ePDI2VOiyIazTbTXv82Z4EmM163J63XLKfAp-Ql6AscR4IT7MbcQUPWNKrgmtCOqb673WXoeZDB7TDcGUc_aYA-pqQ4c/s2048/pfttt.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSNSE5hCh-7USgcg3Y-36NpAQeAkfV05PG7SBRn6pVAa6rR65ePDI2VOiyIazTbTXv82Z4EmM163J63XLKfAp-Ql6AscR4IT7MbcQUPWNKrgmtCOqb673WXoeZDB7TDcGUc_aYA-pqQ4c/s320/pfttt.png" /></a></div><br /><i><br /></i><p></p><p><b>Namun gue tau pola pikir gue ini beracun banget lho untuk diri sendiri.</b> Gue melihat semua hanya dari sudut pandang gue doang, gue merasa nasib yang diberikan ke gue kok ‘gini amat’ padahal bisa jadi gue itu kufur nikmat<i> a.k.a</i> kurang bersyukur. Gue terlalu terfokus kepada usaha gue dan hasil yang diterima, tanpa memikirkan variabel lain, yaitu 1) orang lain yang terlibat dan 2) bukan berarti usaha gue yang kurang keras, tapi memang belum ‘dateng’ aja hasilnya, dan 3) ke sok-tauan gue itu memang membuat diri gue menderita.</p><p>Gue terlalu transaksional sama diri sendiri, “aku kan udah latihan ABC, harusnya aku uda dapet DEF” padahal dunia ngga seperti itu ya. </p><p><span style="font-size: medium;">Kita tidak akan tau rezeki yang datang kepada kita itu balasan atas perbuatan baik kita yang mana, pun kita tidak akan tau rezeki yang TIDAK datang kepada kita itu apakah balasan perbuatan buruk atau justru perbuatan baik.</span></p><p>Apakah rezeki bisa berbentuk nihil?</p><p>Apakah orang-orang yang sepi job di luar artinya ia dilindungi dari dunia luar agar tidak terkena kontak dengan pandemi?</p><p>Apakah orang-orang di umur senja yang tidak memiliki pasangan artinya dijauhkan dengan kompromi-kompromi?</p><p>Apakah orang yang tidak subur artinya dijauhkan dari biaya-biaya membengkak?</p><p>Kalau kaya gini kan mau ngga mau kita jadi inget kisah Nabi Khidir tentang sebuah manfaat dibalik kehancuran, tentang misteri sebuah nasib, tentang semesta yang emang kadang suka iseng.</p><p>Sebetulnya, memang lebih nikmat jadi orang yang positif lho, karena kita ngga menggunakan otak kita untuk mikirin hal yang ngga enak, <b>karena toh berpikiran positif atau tidak, akan selalu ada jawaban yang ngga bisa kita hindari.</b></p><p>Kamu nembak cewek, cewek itu udah pasti akan nolak, ya mendingan kamu berpikir positif aja dibanding negatif, toh hasil akhirnya sama-sama nolak, hahaha! Sesimpel karena berpikir negatif membuat mood kita jelek, sedangkan kalau berpikir positif, sedihnya pas udah kejadian. </p><p><span style="background-color: #d9ead3;">Berpikir positif sejatinya bukan menolak untuk sedih, tapi untuk tidak sedih sebelum momen kesedihan itu datang.</span></p><p><span style="background-color: white;">Berpikir positif dapat membuat hati kita sakit ketika ia datang dengan pengharapan yang dosisnya berlebih. Padahal, di dalam dosis pengharapan yang tinggi, ada sebuah racun bernama “nafsu”, sehingga berpikiran positif itu bisa jadi negatif kalau kita ngga hati-hati.</span></p><p><span style="background-color: white;">Gue berpikir kalau orang yang hidupnya lurus-lurus aja, minim rintangan, punya keuntungan sendiri, yaitu ngga usah merasa ‘berusaha’ untuk berpikir positif.</span></p><p><span style="background-color: white;">Untuk mereka yang - entah sial apa begimana nih pak - hidupnya terjal, berpikir positif aja susah banget, lalu bisa seheran itu sama orang yang selalu optimis dalam hidupnya. </span></p><p><span style="background-color: white;">Apakah gue pengen jadi orang yang positif? Iya sih, kalaupun pengen, semata-mata agar isi kepala gue lebih kalem aja. Gue pingin jadi orang yang positif bukan karena ingin ‘buah’ darinya, tapi semata-mata karena ingin menghindari pikiran negatif aja.</span></p><p><span style="background-color: white;">Ibarat dukung Jokowi karena males sama Prabowo.</span></p><p><span style="background-color: white;"><i>I don’t know, i’m just so tired that i want to be that mindless positive girl like one from those shoujo mangas, the type of character that i </i></span><i style="background-color: white;">- unfortunately - </i><i style="background-color: white;"> hate the most. </i></p><p><span style="background-color: white;">Namun kali ini, <i>as desperate as i can get, </i>boleh lah ya mengesampingkan naluri aksi-reaksi yang gue simpulkan dari kejadian yang dulu-dulu, dan menjadi <i>mindless positive?</i></span></p><p><span style="background-color: white;"><i><br /></i></span></p><p><span style="background-color: white;">Ya nggak lah ah.</span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;">Kenapa sih solusinya harus ekstrim? Kalau ga ekstrim realis ya ektrim positif, kalau ngga ekstrim depresif ya ekstrim motivator. </span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;">Kalau gitu, aku ga mau jadi <i>mindless </i>positive, aku mau jadi yang realistis aja!</span></p><p><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white;">LHO KOK JADI BALIK LAGI KWKWKW</span></p>Haloteronghttp://www.blogger.com/profile/10776721556696925334noreply@blogger.com0