Categories

SOCIAL MEDIA

Kamis, 23 Februari 2017

#SassyThursday - Pendidikan Seksual pada Anak

Tau gak kelas berapa gue belajar sex education? 2 SMP!

Telat banget bro!

"Nggak kok, itu usia yang tepat karena anak udah mengerti, udah akil balik, udah bla bla bla" NO.
Harus ingat bahwa faktanya, anak kelas 5 SD itu udah kenal video porno. Dan ini fakta yang outdated karena berlaku pada jaman gua masih SD. Yang mana kisaran 12 tahun yang lalu.

Kak icha:

12 tahun yang lalu dan anak kelas 5 SD udah pernah nonton video porno!

Saat gue kelas 5 SD, pernah ada razia handphone di sekolah gue. Dan bener aja, kakak kelas gue (6 SD!) kegap SMS mesum. Lalu 2-2nya pindah sekolah.
Skenarionya pasti, "Mending kamu dikeluarkan atau kamu pindah sekolah?"

Gue sendiri cukup telat terpapar virus pornografi yaitu... kelas 6 SD.

*krik krik krik*

Dan saat gue baru 'kenal' video porno, gue jadi flashback tentang jokes saru temen-temen gue pas masih kelas 5.

"Eh, kata si XX, kalo masukin jari ke p*ntat nanti bisa hamil lho!"
Lalu gue jawab dengan, "Apa? Maksudnya apa? Ha?"
Dijawab lagi dengan, "Ah lu belum ngerti ya? Males ah!".

Ya, separah itu. Dan SD gua itu sekolah islam full day-school lho. Yang sholat Dzhuhur-Ashar aja masih di sekolah. Yang menggaungkan sholat Dhuha. Yang mewajibkan hafal juz 30 sebagai syarat lulus SD. Yang ada program khatam Qur'an kelas 6 SD.

Dan pornografi itu sudah ada.

Well, di SD gua sih unsur pornonya ngga terlalu kental. Mengingat gue kenal video pornonya di tempat bimbel. Pornografi di SD gue mungkin sebatas pertanyaan temen gue yang tadi dan SMS 'jorok' itu. Ngga pernah ada yang nyebarin video porno apalagi nonton bareng.

Gue jadi inget, pacar pertama gue itu saat kelas 6 SD! Yang pertama bertahan selama.... 10 menit.


Yang kedua bertahan selama.... 5 bulan. Dan itu SD. Masih SD.

Jadi, dalam pendidikan seksual itu pilihannya cuma 2: diajarin orang tua atau temen?

Oooh, ngga bisa diajarin guru dong. Mau dislepet sama ibu-ibu netizen kalo ketauan ngajarin proses reproduksi pas SD?

Jadi kita harus ngajarin anak sedini mungkin, umur 7-8 tahun harus udah tau yang macem-macem itu lah. Harus membuat mindset bahwa seksualitas itu adalah cabang pengetahuan ilmiah.

Bukan hal untuk jorok-jorokan. Bukan hal untuk dipamer-pamerin lol.

Karena gue ngga mendapat pendidikan seksual secara dini dan tepat, gue tumbuh menjadi anak yang saru banget kalo bercanda astagaaaa! Bokep bener, parah banget. Bahan candaan gua ya kaya bahan candaan cowok. Ya gitu lah.

Karena pertama kali gue kenal materi seks, itu dari temen. Berupa video porno. Kan kacau?
Jadilah Nahla tumbuh dengan saru dan ngga karuan T_T

Menanamkan mindset bahwa pelajaran seksual adalah ilmiah. Ngga tabu kalau dibicarakan tertutup dengan keluarga, juga tidak untuk diumbar karena itu bukan materi untuk diumbar.

Kasarnya gini, gue harus bisa nyebut, "Ini va*ina" sama seperti nyebut "Ini paru-paru". Karena ini adalah bagian dari pembelajaran.

And yes, Mabi (2.5 th) udah tau yang namanya v*gina dan p*nis. Udah tau banget. Udah bisa ngucapin banget. Banget banget.

Pelajaran 'nama asli kelamin' ini juga butuh keberanian tingkat tinggi lho. Kalau merasa belum sanggup ya jangan. Praktik inipun diawali dengan Brian yang pertama kali mengenalkan.

Jadi, Mabi itu punya kebiasaan buka pintu kamar mandi. Bukan karena ngga dikunci, tapi karena ngga bisa di kunci dan pintunya adalah pintu geser.
Jadi ketika gue mandi, kadang Mabi buka dan nanya, "Itu apa? Pampers?" sambil nunjuk-nunjuk.
Awalnya gue jawab, "Rahim" biar lebih alus.
Tapi Brian nyontohin hal yang gue kaget plus kagumi, ia berani bilang "Ini p****" ketika Mabi tanya, "Itu apa?".
Jawaban Mabi? "Pa***! Pa***! Hahahahah!"
Jadi si "E" nya diganti "A" -_-

Tapi ngga dia ulangi kok. Kan masih kecil. Selama dia ngga liat ya dia ngga akan ngucapin.

Semejak gue kenalkan nama asli si vag***, Mabi jadi nanya-nanya terus kalo Mabi lagi pup.

"Ini apa? Pagi**. Ini apa? Siku. Ini apa? Lutut" dijawab-jawab sendiri T_T

Mission accomplished: menanamkan mindset anak bahwa vag adalah bagian dari tubuh yang 'biasa aja', normal-normal aja, bukan aib walau ngga boleh diumbar, sesuatu yang jadi bagian dari badannya.

Kebayang gak pas Mabi SD, temen-temennya lagi norak-noraknya sambil bilang "Ihhh namanya vag ya hihih jorok ihhh" and Mabi be like, "Apa sih? Norak banget. Vag doang juga, biasa aja. B aja b".

Atau gini, kalau guru SMP bercanda saru ke anak muridnya, pasti pada ketawa. Coba itu guru bercanda saru di kelas gue, dijamin ngga akan ada yang ketawa. Dijamin gua sama Felix lebih tertarik bikin chord, dijamin Samuel lebih tertarik sama perbedaan Corelli dan Torelli.

Kan itu menjukkan kedewasaan banget. Kan ngga norak. Karena apa yang harus dihebohin coba?

Untuk mengajarkan anak bahwa kelamin itu bukan hanya 'objek seksual' semata itu ide yang bagus.

Tapi sampe saat ini sih, belum mau ngajar-ngajarin lagi tentang pendidikan seksual. Ntar aja kalau akalnya udah mateng, udah jalan. Sekitar 3-4 tahun, baru gue jelasin bagian mana yang tidak boleh disentuh. Kata apa yang ngga boleh diucapkan di depan umum.

Makannya gue setuju banget dengan beredarnya buku yang lagi heboh saat ini. Kecenderungan anak untuk memegang kelamin. Karena itu BENAR. Karena itu AKTUAL. Karena itu TERJADI.

"Kan namanya mengajarkan masturbas*", No man. Itu itungannya bukan masturbas*. Itu kejadian alamiah. Makannya kita harus bacain buku itu ke anak kita, biar langsung tau bahwa hal itu ngga boleh. Jangan tunggu dia kegap Googling aneh-aneh dulu baru mulai sex ed, ya telat atuh lahhhhh!

Kalo udah ketauan gimana? Nah, biasanya disini orang tua mulai marah bentak-bentak. Ya jangan atuh. Harus diedukasi si anaknya. Justru karena dia clueless sama sex ed makannya penasaran. Justru karena dia melihat kelamin sebagai objek seksual semata makannya rasa penasarannya tinggi.

Karena pendidikan seksual orang tua ke anak itu tidak akan pernah tabu. Justru itu tanggung jawab kita lho sebagai orang tua. Jadi ketika anak penasaran dengan konten porno, ayo kita jadi penyedia informasi anak. Justru disitulah peran orang tua sebagai pembimbing berperan. Ya daripada kadung dia search-search yang aneh-aneh, lebih gampang kalau dididik dari umurnya kecil sekali.

 Mending nanya ke anak orang atau ke orang tua sendiri? Ya kan ke orang tua sendiri!

"Konten itu belum siap untuk di Indonesia! Jangan tiru barat!"
Yang nggak siap itu Indonesia apa ANDA? Gue sih orang Indonesia yang siap-siap aja. Karena gue realistis, gue udah mengalami minimnya pendidikan seksual yang berpengaruh kepada cara gue memandang seks.

"Ini nggak bermoral ya, yang buat buku!"
Lebih ga bermoral lagi orang tua yang menutup akses anaknya atas pengetahuan seks yang relatable.

Ah, yang nggak siap pendidikan seksual adalah orang yang pikirannya masih tersesat di utopia 'anak akan tetap pure sampai ia menikah'. Ya faktanya kan ga gitu masbro. Masbro dong, jangan semuanya diikuti pola pikir masbro yang utopis. Masbrolah yang harus ikut perkembangan jaman. Jangan mau kalah cepet dengan jaman.

Sebenernya di Qur-an juga diajarin kok tentang seksualitas. Air mani dan segala macem. Ya tinggal kita artiin aja secara literal.

Tapi ketika gue tanya arti air mani ke guru SD gue, jawabannya apa?

"Air mani itu seperti kencing hehe"

.... suram.

Kan otomatis gue mikir, "Jadi kalo kita kencing bareng nanti hamil?"

Adalagi pas materi SMP tentang reproduksi, sel sperma membuahi sel telur. Dah intinya gitu aja. Ngga diajarin gimana caranya si sperma masuk ke wilayahnya sel telur, kok bisa masuk? Lewat mana?

Kebayang gak? Nahla yang udah nonton video porno tapi ngga tau SAMASEKALI proses kehamilan? Apa namanya kalau bukan kacau?

Ini lho ibu-ibu yang kacau dari pendidikan seksual di Indonesia. Level dimana anak tau 'pose' nya tapi ngga tau apa lagi yang terjadi dan akibat-akibatnya. Even gue aja ngga tau kenapa sperma bisa ketemu sel telur! Even gue gak tau bahwa di vagin* kita punya sesuatu yang namanya sel telur!

Wow i'm so smart but so clueless!

Intinya, ajarkan dulu yang ilmiah-ilmiah dari seksualitas, batas-batas pegang, akibatnya dan segala macem, baru larangan.

Ngelarangnya juga jangan cuma, "Karena ga boleh ga boleh pokoknya ga boleh!", kalo dia masih SD mungkin masih nurut. Tapi ketika dia SMP? Dimana - sorry - alasan itu udah ngga cukup? Harus dibarengi dengan alasan yang logis, dan mereka berhak dapat alasan logis dibalik larangan kita.

Untuk kasih alasan ke anak, coba Googling efek pornografi terhadap otak. Kecanduan porno sama bahayanya dengan kecanduan drugs. Efek yang dikirim ke otak hasilnya sama. Ada studi yang bilang kalo otak bisa mengkeret serta tumpulnya bagian otak tertentu seperti.... udahlah Googling sendiri aja.

***

Intinya mah do or die. Teredukasi atau sesat. Sungguh capeq ya jadi orang tua :')))



13 komentar :

  1. Aku mah masih tabu ngucap nama asli alat kelamin, mungkin pelan pelan mau coba

    BalasHapus
  2. Sepakat. Dulu aku jugs biasa aja dg alat kelamin, seperti mabi. Tapi ternyata kawan2 beda, mereka menjadikan alat kelamin sebagai bahan olokan. Bahkan buah dan gesture tertentu juga jadi bahan lelucon saru yang sebenarnya nggak pantas. Aku tau pe*** dimasukkan ke vag sejak SMP, dan itu karena kecelakaan. Aku baru nonton video porno ketika kuliah, nggak sengaja nemu di laptop yg abis dipinjam teman. Aku nggak mau lagi anakku nanti clueless dan pada akhirnya naif, atau dikira pura2 naif, parahnya anakku cari tau sendiri dan dapat pengetahuan yg nggak bener.

    BalasHapus
  3. Iyahh smp inget banget.. malah disaat temen2 udh pd haid menjelang sma baru haid...memang klo jamanku sex education tau dr temen... ortu gak pernah ngajarin cuma ingetin klo perempuan bisa hamil.. udahh..

    BalasHapus
  4. Aku pun kacau lah ngerti ciuman, istilah-istilah sex dari temen, dan aku baru tahu kalau hamil tuh karene begitu saat SMP kelas 3 kalau nggak salah. Telat banget :( cuma aku pas SMP terakhir itu ngaji di pesantren yg mereka jelasin sex education dengan baik jadi aku paham

    BalasHapus
  5. Haduh, berarti aku telat banget. Haha. Aku berani belajar sex education baru kelas dua SMA. Pas lagi penasaran kenapa temen-temen pada doyan hamil muda [karena selama ini yang aku fokuskan untuk belajar bukan mata pelajaran biologi dan memang akunya nggak terlalu tertarik buat belajar hal semacam itu]. Sampai baca buku setumpuk, dan untungnya ibuku pas ngeliat cuma senyum-senyum, ya mungkin setuju aja. Tapi parahnya, gue berani nonton video porno pas awal kuliah. Itu aja dari film yang cuma sebatas adegan penghibur. Ya, aku baru menyadarinya sekarang. Betapa pentingnya sex education yang baik di usia dini. Nice info mbak nahla.
    .........
    Pengen ngajarin anak juga jadinya, kayak Mabi. Tapi sayangnya masih belom nikah. Hahaha :D

    BalasHapus
  6. Dulu tiap bapakku marah karena kebanyakan nanya katanya aku lahir dari kencing. Duh, sampai mikir keras deh dan pernah juga mainin kondom jadi balon gegara begitu sensitif ya soal pe ndidikan seks di rumah

    BalasHapus
  7. orang tuaku dulu juga udah biasa ngucapin alat kelamin dari aku seumur mabi. bahkan setiap kali mandi, mereka udah biasain aku ceb*k sendiri meskipun saat itu aku masih dimandiin.
    jaman sd udah nonton film harun yahya yang proses penciptaan manusia, nonton bareng-bareng sekeluarga di rumah. kebetulan di sd ku juga dapet sex education pas kelas 6. jadi pas temen2 smp pada cerita mereka pernah ngira kalo pegangan cewe sama cowo aja bisa hamil, aku kaget, "lah ada yg mikir gitu toh."

    kalo merujuk sama keadaan saat ini yang video porno gampang banget diakses, sepertinya sex education perlu banget diajarkan sedini mungkin.

    BalasHapus
  8. aku dapat sex edu resmi pas SMP, gara2 ikut PMR. kalau g resminya dari SD sih, kelas 3 atau 4 malah. aku emang suka baca buku2 pelajaran oom..heuu.
    dan pas SMA dapet lagi di bimbingan olimpiade. malah pernah dapet materi juga 'kenapa kita ga boleh berduaan lawan jenis' tapi dipaparin secara ilmiah...hadeehh kalau pakai dalil agama sih gampang lupa

    BalasHapus
  9. Aku nanya ke guru agama cowo dong, pak, zina itu apa?
    Trus gurunya cuma senyam senyum nanya balik, zina apa dulu?

    Lah, org nanya kok nanya balik.
    Ya ga diterusin. Mlz

    BalasHapus
  10. Yap, aku juga dari Naia lebih kecil kalo dia nanya bagian itu ya aku jawab dengan nama aslinya.. Dan ya emang belum banyak yang siap kalau edukasi ini harus dilakukan sedini mungkin..

    Btw, pengalamannya jadi pelajaran banget nih. Kalau sekolah islam yang bagus juga gak menjamin anak aman :D

    BalasHapus
  11. dulu pas sd kelas 2 atau 3 atau mungkin kelas 1 kan sering kalau makan siang sama mama yang ditonton acara berita. Entah kenapa seingat aku dulu itu sering banget diberita itu diberitain kasus sodomi dan pemerkosaan. Aku kan tanya sama ibuku apa itu pemerkosaan dan apa itu sodomi. Ibuku jelasin langsung to-the-point sodomi itu anak laki-laki di *tiittt* dan pemerkosaan itu perempuan di *ttiitt* (katanya-katanya singkat tapi ekstrem parah)

    hikmahnya walaupun nggak ngerti-ngerti banget aku jadi tau apa itu sodomi dan pemerkosaan. Apa nama kelamin pria dan wanita, Bagian apa yang di itukan dan apa yang terjadi pada area yang dilecehkan. Kalau ada yang becanda / ngomong omongan dewasa aku stay cool aja, udah ngerti. Nggak ketawa-ketawa salting atau kepo lebay gaduh bingung bla-bla.

    Menurut aku seks education penting sih. Misal aja pas aku haid aku yaa santai aja karena udah ngerti. Lah temen aku sampai nangis-nangis ketakutan blabla.

    BalasHapus
  12. Well said.. tulisannya mewakili sebagian besar opini ku jg 😃

    BalasHapus
  13. Gue katolik dan seinget gue dulu materi reproduksi ini malah masuk ke materi pelajaran agama waktu SMP..Jadi diajari tentang reproduksi, tanda2 puber, sifat pria dan wanita yang saling melengkapi,bahwasanya ketertarikan seksual itu normal adanya..Tapi ya harus disalurkan secara benar..Karena intinya "bercinta" itu bukan hanya sekedar nafsu aja..Ada cinta di situ..Ceilah bahasa gw..Thank god sih ada materi itu,jadi gak clueless2 amat..Secara sex education aja gak di semua sekolah ada..Apalagi sekolah gw negeri..Hehehe..

    BalasHapus

Halo..
Semua komentar akan dimoderasi, jadi jangan kasar-kasar yaaa...
Kritik dibolehin lah pastinyo, cuman yang membangun eaaa~

Back to Top