Categories

SOCIAL MEDIA

Kamis, 23 November 2017

Rina Nose, Asmirandah dan Perjalanan Spiritualnya


Sebenernya rada takut sih mau nulis ini, tapi yaaa ide-ide di kepala ini udah mengendap di otak. Sayang banget kalau ngga berbuah tulisan.

Dan seperti biasa, trigger warning: Artikel ini mengandung muatan sensitif, kalau anda mudah tersinggung, sebaiknya anda membaca tulisan saya yang lain, seperti perbandingan lip tint ini.


Rina Nose lepas jilbab, Asmirandah murtad, banyak lagi public figur yang mengalami perubahan orientasi beragama. Karena topik cercaan masyarakat ya kalo ngga tentang pelakor, un-syariah. 2 topik itu yang paling empuk buat dibully. Karena susah sih untuk mencari 'hal positif' dari kedua hal itu.

Kalau ditelisik lagi, mereka membully pelakor dan unsyariah karena mereka..
1. Belum pernah merasakan jadi pelakor.
2. Belum pernah memutuskan sesuatu yang ekstrim tentang agama.

Dan dua hal ini emang jauh bangettt dari norma masyarakat Indonesia yang mengusung syari lyfe dan normal lyfe.

Kembali ke Rina Nose, setelah ia lepas jilbab, ternyata terungkap bahwa dia pernah berpendapat bahwa (kira-kira): Jepang yang ngga berTuhan aja bisa beradab, berarti sebenernya kita ngga butuh-butuh agama amat dong?

Kasarnya gitu lah ya.

Gue jadi pengen memecah jadi beberapa poin .

1. Rina Nose lepas jilbab

Menurut gue, okelah dia publik figur, okelah tindakannya bisa dianggap lazim bagi masyarakat.
"Rina Nose aja berani lepas jilbab, berarti hal itu normal yaaa?".
Iya, gue juga pernah berpendapat seperti itu kok. Bahwa public figure punya beban moral menjaga 'image' karena mereka adalah representatif generasinya.

Betul.

Tapi ini adalah perkara spiritual, perkara dimana sebenernya ngga boleh ada orang lain yang mengotak-atik perkara ini. Ini adalah urusan dia dengan Tuhan.

Lepas jilbab sendiri mungkin hal negatif buat umat islam, tapi apa ini hal negatif untuk orang lain yang ngga mengusung nilai spiritual yang sama? Berbeda dengan artis yang sumpah serapah di Instagram, ya jelas dikecam karena hal yang mereka lakukan adalah hal negatif yang bersifat universal. Contoh yang pure buruk karena seluruuuuh belahaaaan duniaa juga setuju bahwa ngomong kasar itu ngga baik.

Sedangkan lepas jilbab? Yang menganggap nggak baik ya hanya golongan tertentu aja. Okay, beberapa orang menganggap nilai islam itu universal. Kalau nilai yang diuniversalkan meliputi jangan mencuri, jangan merugikan orang lain, ya boleh itu universal. Tapi kalau meliputi jilbab, poligami, masa iddah, qisash dan sebagainya, itu adalah aturan yang terbatas hanya bagi umat islam aja.

Apa Rina Nose memberikan contoh buruk saat lepas jilbab? Mungkin bagi beberapa golongan, iya. Bagi orang lain? Ya nggak. Maka dari itu, kita ngga bisa langsung memboikot Rina Nose hanya karena nilai yang ngga universal ini.

Masalah lepas jilbab juga ngga merugikan orang lain secara langsung sih... toh orang bebas melakukan apa yang ia mau.

Kalian ngga bisa menghina seseorang hanya karena dosanya berbeda dari kalian. 

Rina Nose dosa kalau buka jilbab.
Lah elu juga dosa kalau ngehina dia di khalayak umum?

"Pakai jilbab kan tanda taatnya muslimah!"
Menjaga lisan juga tanda taatnya umat islam?

Maka dari itu banyak pepatah yang berkata: jangan merasa lebih baik dari orang lain.

Karena ya itu tadi, bentuk kesombongan dalam hati aja udah merupakan sebuah dosa.
Beratan mana dosanya ya itu rahasia Tuhan.

Ada yang bikin perbandingan gini:

Dunia bagaikan sebuah kelas. Tuhan adalah guru, manusia adalah murid. Yang berhak menilai hanya guru, murid hanya wajib konsen terhadap soal pribadi aja. Sesama murid ngga diperkenankan saling menjahati, saling menghujat dan saling menghakimi. Karena afterall, yang berhak memberi hukuman dan nilai adalah guru.

Ya sama aja yakan?
"Si A nilai IPAnya bagus, tapi absensinya jelek banget"
"Si B nilainya jelek semua, tapi dia berusaha keras"

2. Rina Nose terindikasi tidak mempercayai agama.

Gue selalu diajarkan untuk melihat sesuatu dari dekat, dari jauh dan dari berbagai sudut pandang.

Rina Nose yang terinspirasi dari Jepang - yang atheist tapi berbudi dan teratur - pastilah udah membangin-bandingkan dengan beberapa wilayah yang religius.

Pastilah kesimpulah yang ia buat udah melalui proses panjang. Proses yang mungkin lebih rumit dari proses kita memahami agama, proses yang sangat sakral karena dia berdialog dengan jiwa spiritualnya.

Gue pribadi melihat ini sebagai perjalanan spiritual biasa aja. Tiap orang punya kisah yang ditulis sendiri, begitu juga perjalanan spiritual kita. Perjalanan spiritual itu hal yang intim sekali, perjalanan yang nggak butuh orang lain, hanya kesadaran diri sendiri berdasarkan input yang diterima.

Lo mau dipaksa murtad? Nggak dong... karena jalan spiritual sebaik-baiknya diputuskan oleh diri sendiri.

Ini juga tanda bahwa jiwa kita kritis, jiwa kita mencari sesuatu untuk memenuhi batin sendiri. Sesimpel makan burger ngga kenyang nih, harus pake nasi. Sesimpel mengukur kapasitas diri.

Sesimpel mencari jalan hidup sendiri.

Sama seperti Asmirandah yang murtad, sebagai umat islam pasti merasa kecewa. Tapi sebagai manusia? Asmirandah hanya mengikuti kata hatinya, apa yang nyaman baginya, apa yang bisa sepenuhnya ia percaya.

No offense, ini adalah kritik gua buat orang Indonesia:
"Kebebasan beragama" itu omong kosong. Kita sama sekali ngga bebas beragama. Kalau emang PURE BEBAS, harusnya orang ngga dihakimi karena pindah agama, katanya bebas? Jangan double standard.

Ketika orang pindah ke agama islam, disanjung banget.
Ketika orang keluar islam, dihujat senegara.

Job sepi, dihina-hina. Kalau keadaannya dibalik - coba pikir pakai akal sehat - adil gak?

Karena tau 'mensyarikan diri' adalah sesuatu yang disanjung banget, maka itu orang memanfaatkan agama untuk kepentingan jualan. Pada akhirnya, agama itu menjadi politik identitas.

Maka dari itu, kita harus maklum (dan menghargai) ketika orang mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Santai aja.

"Gimana biar kita bisa menuntun dia ke jalan islam lagi?"

Ah orang mah gitu, menghujat atas nama membela agama, nyinyir karena menjaga harkat agama. Yaelah yang ada orang malah ilfil dong, lu salah kalau mau mempromosikan islam seperti itu.

"Ah bener kan, orang beragama mah jadi barbar, tukang nyinyir, males banget. Ternyata emang ngga ada bedanya juga kalau agama malah bikin kita makin barbar, menghina yang berbeda. Cih mending gua ga punya agama.."

Lah kalo kaya gitu yang repot siapa? Yang repot ya masa depan islam dong? Makin sedikit peminatnya. Apa yang mau kita wariskan ke anak-cucu? Cerita apa yang mau mereka dengar?

"Akhir jaman, fitnah terhadap islam makin besar!".

What if..

What if fitnahnya berasal dari mulut sendiri?

ARTWORK BY ME JANGAN DICOLONG YA


Mulut umatnya yang senantiasa menghakimi, membuat islam dipandang jelek.
Mulut umatnya yang lebih sering memakai islam untuk propaganda kapitalis, membuat islam dipandang semata-mata jadi bahan jualan.

Padahal sebenernya nggak begitu kan? Islam adalah agama damai.

Kadang bahayanya bukan ada di orang lain, melainkan diri kita sendiri.. :)

Maka dari itu, tunjukanlah wajah islam yang baik. Tunjukin kalo, "Eh islam tuh mengayomi loh. Walaupun kamu memilih jalan lain, tapi kamu akan selalu disambut di islam. Kalau kamu mau belajar lagi, welcome loooh" :)

Tunjukin bahwa islam ngga ofensif. Kan caranya 'menarik' orang gitu kan? Do it smoothly. Ada gitu orang presentasi sambil marah-marah dan menghakimi calon kliennya?

"Lo harus pake produk kita! Kalo ngga hidup lo bakal ancur, sukurin! Cuma orang gobs yang ngga pake produk kita!"

Ya ngga ada lho.

"Pak, kami punya produk ini nih. Kegunaannya macem-macem lho, bisa mempermudah hidup kita, menghindari hal hal buruk, pasti beda deh sama yang lain. Kalau ada yang mau ditanyakan silahkan ya pak :)"

Lebih enak kan?

Orang bilang, "Kadang kita harus mengesampingkan logika untuk memahami islam".

Kata gue, "Kalau logika gue disuruh mati, untuk apa Tuhan ngasih gue otak?"
Tapi kata papa, "Islam adalah untuk orang-orang yang berakal. Justru kamu harus menggunakan akal kamu untuk memahami islam, agar bisa menjadi umat yang cerdas dan mencerdaskan orang."

**


Ya pasti banyak sih yang bakal kontra, biarin ah yang penting unek-unek tersampaikan. Kalau ngga setuju ya gapapa namanya manusia masa mau semuanya setuju yakaaaan?

BYE!

21 komentar :

  1. Good artikel, Nahla..

    Aku setuju banget kok.. daripada perang opini.. lebih baik mengarahkan dg cara yg baik..

    BalasHapus
  2. "Kalian ngga bisa menghina seseorang hanya karena dosanya berbeda dari kalian"
    Daleeeem ini ah. Jleb jleb. ♥

    BalasHapus
  3. Dunia bagaikan sebuah kelas. Tuhan adalah guru, manusia adalah murid. Yang berhak menilai hanya guru, murid hanya wajib konsen terhadap soal pribadi aja. Sesama murid ngga diperkenankan saling menjahati, saling menghujat dan saling menghakimi. Karena afterall, yang berhak memberi hukuman dan nilai adalah guru.

    noted banget ini mah, tapi yah faktanya mah sesama murid malah sok menghakimi...
    aku sih setuju sama kamu mbak, pemikirannya luas dan menilai sesuatu enggak cuma dari satu sudut pandang,,,

    BalasHapus
  4. Sukaaa (papanya) Nahla... *eh loh?

    BalasHapus
  5. Aku juga nulis beginian di blogku. Gak enak kalo diempet dalam hati. Ya gitu nulisnya hati-hatiii banget. Judul postinganku "Belajar dari Teh Rina", supaya nggak terkesan nyinyir, melainkan murni belajar dari pilihannya teh rina. Tapi ya gitu sih, belajar sama nyinyir tuh ya kok hampir beda tipis sih 😢

    BalasHapus
  6. Btw aku sepakat omongan orang "kadang kita harus mengesampingkan logika untuk memahami islam"
    Ya memang, kita harus beriman/percaya dulu terhadap kuasa-Nya. Karena kejutan dan hadiah dari-Nya, nggak bakal nyampe terpikirkan oleh akal dan logika kita. Saking kuasanya Ia
    Itu sih yang aku pahami

    BalasHapus
  7. Kalo aku sih pro.. :D Well said Nahla.. Gemes banget emang kalo liat mulut umat yang malah gak simpatik, kan Islam padahal gak gitu.. :( Bukan agama yang salah, tapi manusia. Tapi perilaku orang2 yang katanya beragama itu juga yang bikin gemes.. Habluminallah aja yang dikejar, habluminannas sama sesama apa kabar..

    BalasHapus
  8. Banyak orang yang menghakimi dengan mengatasnamakan agama, padahal mereka gak berhak melakukan itu. Ditulislah di sosmed, lantas berdebat dengan yang kontra sama pendapatnya. Mungkin mereka kurang kerjaan? Meh...

    BalasHapus
  9. Aku non muslim.
    And I couldn't agree more.
    Terbaek dah ka nahla

    Heyyyyyjudeeeee.wordpress.com

    BalasHapus
  10. unek-unek tersampaikan. langsung share kemana-mana ah biar nyaho rang-orang -,-

    BalasHapus
  11. Iya yang kaya gitu...
    Rame banget di socmed. Diuplek juga sampe video diputer bolak balik masih bingung apa sih yang bikin rame. Karena penjelasan dan quote nya? Kaya yg makin dijelasin bukannya malah menjernihkan masalah tapi memperkeruh suasana. Hehe

    BalasHapus
  12. aku salah satu yg percaya 100% agama itu vertikal, urusannya cm individu yg bersangkutan dan Tuhan. Jadi agama kamu sama agama orang lain ga ada urusan. Aku sempet brpikiran kayak rina nose gitu, buat apa ada Tuhan toh yg ngejaga perilaku ya moral masing2. aku gapernah cerita pemikiranku ke org lain, aku ga pernah dipaksa ibadah, ya semau2 aku aja gitu. terus aku kena masalah dan sadar sesadar2nya kemampuan aku hadapin masalah itu ga ada, aku cuma bisa berdoa. disitu deh bener2 turning point aku memandang Islam, dan aku harus beriman ke Allah swt. tanpa perlu manusia involved buat ngegiring aku, nyeramahin dsb dsb. kalo ada yg salah (salah disini menurut aku menyangkut moral) diingatkan dan didoakan aja. kalo urusan ibadah, kepercayaan, dll biar jadi urusan dia dan Tuhan. karena aku sendiri ngerasain kayak "oh iya, gue harus taat sama Allah, krena semua nikmat-Nya yg udh Allah kasih." bukan dari ceramahan orang2 sotoy, tapi sadar karena diri sendiri.

    BalasHapus
  13. Alasan Teh Rina masih diterima, menyentil kenyataan agama nggak begitu kuat pengaruhnya terhadap kita. Menyentil kenyataan bahwa moralitas dan kemanusiaan kita masih tidak terlihat baik. Agama seharusnya membuat kita jadi lebih baik, namun kenyataannya, tidak terlihat lebih baik kan? Malah, terkesan memperburuk. Balik lagi ke kita nya, dapatkah kita menjadi lebih baik lagi dengan beragama. Tapi kak, kalau dah bicara soal Asmirandah, sebenarnya ku miris dan malah berharap, soal Asmirandah jangan dibahas lagi. Cukup sudah melihat artis pindah agama, apalagi dibahas berkali-kali. Tapi udah kejadian juga, jadi mau gimana lagi. Teh Rina masih bisa berjilbab lagi, she needs a hand, a helpful hand, an example, untuk meyakinkannya kembali, ikuti kewajiban agama dan hidup lebih baik berpedoman agama pula tanpa dipengaruhi perilaku buruk orang lain.

    " We don't need myths. We need examples to be followed. Examples of courage, determination, hope. We need to believe it is possible to win. And it is our duty to pursue it " (Ayrton Senna, 3-times Formula World Champion) *walaupun nggak nyambung amat ke topik, intinya, memberikan contoh baik agar orang yakin hidup masih memiliki kebaikan*

    BalasHapus
    Balasan
    1. cukup Rosulullah yg pantas kita jadiin contoh mas :). Bukan sesama manusia yg masih banyk khilafnya...

      Hapus
  14. Wahh ini masalah sensitif yaa. Gimana dong aku gk begitu ngikutin perkembangan rina nose haha. Krna apa yaa aku gk mau aja baca atau ngikutin sesuatu yg cuman buat marah, sebel, dan gk suka sama org nambah nambahin dosa aku aja yg udh bertumpuk ini. Itu hidup dia pilihan dia, meskipun sempet mikir kalau ketemu mau ngasih nasihat ciee kayak yg diri sendiri udh bener aja yaa ngasih nasihat. Tapi sebagai sesama muslim kalau yg bersangkutan masih muslim yaa, itu wajib mengingatkan menggunakan bahasa yg baik, dan kalau bisa jgn sampe dikehui org lain. Iya lohh dlm islam ngasih nasehat itu jgn didepan umum. Toi kalau ternyata dia sudah berpindah keyakinan kayaknya saya gk perlu lagi ngomong apapun, rina sendiri yang tahu akan dibawa kemana arah hidupnya semoga yg terbaik. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu, cuman mungkin yg sedikit mengganjal ada pernyataan rina yg scr gk langsung menyudutkan seseorang yg masih percaya tuhan. Oke dia udh gk percaya tuhan saya terima itu gk ngerugiin org, tpi gk harus dgn dia menyudutkan org yg masih memegang keyakinan. Saya jadi inget cerita tmn yg tinggal di korea, ttg org yg gk percaya tuhan, mereka gk percaya tuhan tapi menyalahkan tuhan ketika sesuatu yg buruk menimpa mereka. Lahh kumaha ieu teh??? Kan situ gk percaya tuhan, kenapa malah jadi nyalahin tuhan atas segala penderitaan dlm hidup loe??? Dan dengan bnyknya pengalaman temanya saya bergaul dgn atheis dia menyimpulkan kalau gk ada org yg bener bener atheis, karena toh ujung ujungnya mereka nyalahin tuhan atau krna toh waktu mereka berada dlm titik terendah dlm hidup mereka yg mereka cari itu tuhan, mereka berdoa kepada tuhan mana??? Tuhan universal. Yaa intinya atheis itu menurutku bukan org yg gak percaya percaya bgt sama tuhan sih, tpi org yg gk mau dibebani sama aturan aturan agama. Menganggap bahwa agama itu cuman tambahan gk penting serta merepotkan dalam hidupnya. Ya apapun itu semangat aja teh rina, itu udh jadi pilihanmu semua pada akhirnya dipertanggung jawabkan oleh diri masing masing. Ttep jadi teh rina yg lucu dan baik yaaa fighting!!!! Sekali lagi gk ush dipermasalahkan bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Selama gk mengganggu yg lainnya gk ada yg salah kok.

    BalasHapus
  15. Wahh ini masalah sensitif yaa. Gimana dong aku gk begitu ngikutin perkembangan rina nose haha. Krna apa yaa aku gk mau aja baca atau ngikutin sesuatu yg cuman buat marah, sebel, dan gk suka sama org nambah nambahin dosa aku aja yg udh bertumpuk ini. Itu hidup dia pilihan dia, meskipun sempet mikir kalau ketemu mau ngasih nasihat ciee kayak yg diri sendiri udh bener aja yaa ngasih nasihat. Tapi sebagai sesama muslim kalau yg bersangkutan masih muslim yaa, itu wajib mengingatkan menggunakan bahasa yg baik, dan kalau bisa jgn sampe dikehui org lain. Iya lohh dlm islam ngasih nasehat itu jgn didepan umum. Toi kalau ternyata dia sudah berpindah keyakinan kayaknya saya gk perlu lagi ngomong apapun, rina sendiri yang tahu akan dibawa kemana arah hidupnya semoga yg terbaik. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu, cuman mungkin yg sedikit mengganjal ada pernyataan rina yg scr gk langsung menyudutkan seseorang yg masih percaya tuhan. Oke dia udh gk percaya tuhan saya terima itu gk ngerugiin org, tpi gk harus dgn dia menyudutkan org yg masih memegang keyakinan. Saya jadi inget cerita tmn yg tinggal di korea, ttg org yg gk percaya tuhan, mereka gk percaya tuhan tapi menyalahkan tuhan ketika sesuatu yg buruk menimpa mereka. Lahh kumaha ieu teh??? Kan situ gk percaya tuhan, kenapa malah jadi nyalahin tuhan atas segala penderitaan dlm hidup loe??? Dan dengan bnyknya pengalaman temanya saya bergaul dgn atheis dia menyimpulkan kalau gk ada org yg bener bener atheis, karena toh ujung ujungnya mereka nyalahin tuhan atau krna toh waktu mereka berada dlm titik terendah dlm hidup mereka yg mereka cari itu tuhan, mereka berdoa kepada tuhan mana??? Tuhan universal. Yaa intinya atheis itu menurutku bukan org yg gak percaya percaya bgt sama tuhan sih, tpi org yg gk mau dibebani sama aturan aturan agama. Menganggap bahwa agama itu cuman tambahan gk penting serta merepotkan dalam hidupnya. Ya apapun itu semangat aja teh rina, itu udh jadi pilihanmu semua pada akhirnya dipertanggung jawabkan oleh diri masing masing. Ttep jadi teh rina yg lucu dan baik yaaa fighting!!!! Sekali lagi gk ush dipermasalahkan bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Selama gk mengganggu yg lainnya gk ada yg salah kok.

    BalasHapus
  16. "Karena tau 'mensyarikan diri' adalah sesuatu yang disanjung banget, maka itu orang memanfaatkan agama untuk kepentingan jualan. Pada akhirnya, agama itu menjadi politik identitas."

    Aku kok malah salah fokus ke kalimat itu ya. Kalimat yg membuat aku jadi teringat kata2 suamiku, "jualan sekarang orang pada bawa2 ayat dan hadits. Padahal tanggung jawabnya berat." :')

    Nice Nahla :)

    BalasHapus
  17. Iya sih, kalau udah ngomongin religius seseorang emang kita nggak ada hak buat campur2in. Itu murni antara dia dengan Tuhan..

    90% pro sih dengan tulisan ini..

    betewe, prestasi mba Nahla nikah di usia 17 tahun dan melahirkan di 19 tahun itu prestasi banget sih emang. Maksutnya nggak semua perempuan berani memutuskan menikah di usia itu. Aku aja udah se usia ini masih belum berani..

    betewe lagi mba Nahla sekarang usia berapa?

    BalasHapus

Halo..
Semua komentar akan dimoderasi, jadi jangan kasar-kasar yaaa...
Kritik dibolehin lah pastinyo, cuman yang membangun eaaa~

Back to Top