Categories

SOCIAL MEDIA

Kamis, 19 Oktober 2017

#SassyThursday - Kali Aja Om AB...

*Warning: tulisan ini cukup sensitif, skip aja yaaa. Enjoy tulisan gue yang lain aja*




Dialog ini imajiner ya, dari aku yang sungguh positif dan optimis akan masih adanya kewarasan dalam masyarakat. 

***



"Are you sure? Beneran saya harus pake isu ini buat kampanye?", kata AB ke timsesnya.
"Iya pak, ini cara yang terbaik dan terjamin keunggulan suaranya. Kami sudah melakukan survey, inilah yang akan membawa bapak menjadi gubernur. No doubt, we're 100% sure." Timses AB berkata dengan tatapan tegas di konferensi meja itu.


"But this is pure crazy. This is messed up! Bahan kampanye ini ngga ada waras-warasnya sama sekali! Permainan ras? Politik identitas? Nggak, nggak bisa! Malu sama universitas yang pernah saya bawahi, malu sama dunia pendidikan tempat saya mengabdi, malu pada ilmu kalau ujung-ujungnya saya harus berkampanye 'kelas bawah' seperti ini!" AB tetap tidak setuju.

"Tapi pak...," selak timses, "masyarakat Jakarta sangat 'over-nasionalisme', over-relijius, sedikit pematik akan membeli suara mereka. Kita ngga main curang pak, kita hanya memahami psikologis mereka!" tukas timses sambil mengeluarkan mimik khawatir.

"Gubernur sebelumnya sudah berhasil merombak Kalijodo menjadi tempat kreatif, membuat pasukan kebersihan dengan gaji layak. Realisasi ini masa akan kalah sama teknik kampanye abu-abu kelas rendah macam ini? Gurbernur sebelumnya sudah melakukan pembuktian," AB mengerenyitkan dahi.

AB pun dengan berat hati, dengan pengabdian pada dunia pendidikan yang harus dirundung hujan deras, melontarkan peluru peluru politik identitas.

***


Dan dia menang.
Dengan angka yang cukup signifikan.
Dia menang.
Dia mengambil hati orang Jakarta.

Terlepas dari 'orang memilih AB karena mereka benci BTP, bukan karena mencintai AB', let's face it. Beliau menang.

SELAMAT!

AB, orang pintar yang menyaksikan fenomena akbar di depan matanya. Bukan, bukan fenomena ia dilantik. Bukan pula fenomena unggulnya suara.

Tapi fenomena kampanye abu-abu yang ternyata REALLY WORKS!

Ternyata warga Jakarta masih lebih memilih permainan kata over-nasionalisme (rasis elah ah) dibanding kerja yang terbukti real!
Ternyata warga Jakarta suka ketika calon pemimpinnya 'bersekutu' dengan ormas yang terkenal radikal, yang berorasi mengajak masyarakat untuk bunuh gubernur sebelumnya!
Ternyata warga Jakarta bodo amat mau Kalijodo berhasil di'sembuhkan' dari penyakit asusila kek, got bersih kek, titik banjir berkurang kek BODO AMAT....

Ternyata kerja real kalah sama lip service!

THAT'S THE FACT dan terbukti! Udah ngga usah ngoyo lagi, warga Jakarta mayoritas sudah 'mengakui' bahwa mereka suka kampanye keruh macam ini. Terima kenyataan bahwa inilah soft-spot Jakarta.

Tentang 'pribumi'? Ayolah, ngga usah ngalus-ngalusin dengan, "Maksudnya pribumi adalah kita semua orang Indonesia", ya nggak lah! Maksud dia pribumi ya pribumi, bukan darah campuran Chinese, Arab, eh ya tapi kan ya aduh gimana ya... sepertinya beliau bukan pure Indonesia ya gak ya?

Pribumi dan cina gitu ya udahlah blak-blakan aja! Orang-orang nih ya heran banget mau ngalus-ngalusin makna, padahal kita tau sendiri konsep pribumi ini yang mana dari peristiwa 1998.

Kita tau sendiri word 'pribumi' adalah sensitif karena:
1. Ini kata yang dipake kalau gamau diserang pas '98.
2. Ini mengotak-ngotakkan golongan, apalagi kalau dibawa di unsur politik.
3. Ini membawa isu SARA se SARA-SARANYA! Terang, benerang, jelas!

Hey Trump, liat ada yang mirip nih. Ada yang mau 'make Indonesia great again!".

Ah dan ternyata om AB harus menyerah dengan kampanye butek gini, uda gitu berhasil pula.
Pernah mikir ga sih kaya dialog imajiner gue tadi? Gue sih selalu mikir gitu, kenapa?

Beliau orang pintar!
Beliau orang yang pernah menjadi icon pendidikan Indonesia!
He is an awesome man!

Gue percaya dia pasti gundah deh, melawan hasrat kependidikan dan akal itu susah lho.
Gue mikir:

1. Beliau sengaja 'retard' karena memahami psikologis masyarakat Jakarta kelas bawah.
2. Ini pure strategi belaka, he doesn't even mean it. 

Oh man, kita menyaksikan apa sih? Perang ras dan agama di lingkup pilkada? Ngga.. kita menyaksikan kelemahan orang Jakarta itu di mana. And we found it.

Celah ini akan selalu bisa disulut walau di situasi lain. This kind of blurred campaign will always work selama kita kabur dari ciri subtansial seorang pemimpin.

Halah, 'subtansial'. Subtansi pemimpin aja tiap orang beda-beda kok. Tergantung gurunya siapa, ulamanya siapa, orang tuanya mendidik macam apa.

Halah yang lebih parah lagi, udahlah dikafir-kafirin kalau makna 'subtansi'nya beda. Kaga disholatin lah, ngga boleh sholat di masjid ono lah, bukan kaum muslim yang baik lah, apa lah. GAMPANGGG gitu kayaknya melabeli orang kafir. Lu ngga perlu nyembah berhala dulu kalau mau jadi kafir, cukup pilih jalan yang beda aja.

Ah, lagian apa ada yang namanya kebenaran absolut gitu? Ada lah, nilai-nilai universal seperti 'jangan buang sampah sembarangan' itu kebenaran absolut kok. Udah ya gue stop di sini aja, ntar dicap macem-macem.


Good luck then. Semoga Jakarta selalu makin oke.



10 komentar :

  1. Gue kaget sih sebenernya, Jakarta ya orangnya "harusnya maju" pemikirannya, ternyata bisa ditakutin pake isu agama dan sara. Kaget, kalo ternyata orang jakarta bodo amat kotanya dibenahin, pokoknya selamatin diri aja biar masuk surga, seolah-olah yang menentukan mereka masuk surga itu dari 1 hari milih gubernur. Kecewa sih karena gara-gara gini, gue harus adjust 5 tahun balik hidup di Jakarta yang kayak jaman-jaman dulu. Good luck, Jakarta.

    BalasHapus
  2. BRAVO for being blunt! I'm with you juga, Nahla. Ini juga yang gue pikirkan. Ada yang bilang, kita (aku)-nya aja yang overthinking, negative thinking, suudzon, dll dari teks pidato yang sebenernya ambigu itu. Hmmm....really? I don't buy it

    BalasHapus
  3. Karena agama adalah integritas bagi sebagian besar orang. Mungkin buat yang lain ga. Tapi orang kan punya prioritas. Semuanya jadi rasis. Bukan cuma yg punya agama islam aja. So,aku masih ga paham apanya yang dalah dengan kata pribumi? KTP tetep indonesia kan? Biarpun keturunan campur2 juga delama KTP indonesia juga tetep punya hak pilih kan? 1 kalimat seribu makna. Tergantung dari hati yg mana kita memandangnya. Maaf apabila menyinggu.g. saya suka tulisan dan selalu baca anda,tapi untuk kali ini saya berbeda opini dengan anda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin gini mbak penggunaan kata pribumiitu diucapkan pada situasi yg salah, pada tempat yg salah, apalagi beliau seorang pemimpin dan kita tahu kalau isu ras lagi panas bgt akhir akhir ini. Kayak kata niga itu kalau diucapkan kesesama niga lagi itu sama sekali bukan rasis, tapi kalau diucapin oleh orang putih itu jadi hal yg gk baik. Karna apa? Krna tujuan oranv kulit putih memanggil niga itu untuk menghina. Kalau pernah liat film zootopia sebenernya itu cocok bgt sama sikon indonesia, bukan cuman indo aja sih. Toh nyatanya hampir seluruh negara di dunia lagi bergejolak bgt ttg isu isu ras ini. Di film zootopia itukan disebutin kalau menyebut kelinci "manis dan imut" itu bukan masalah, tapi kalau hewan yg lain atau predator bilang kelunci itu "manis dan imut" itu gk boleh, karena tujuannya itu untuk menghina. Dan kata pribumi oleh rata rata orang zaman now itu untuk merujuk bahwa "aku yg paling berhak, aku adalah warga asli, aku yg paling baik, kalian sama sekali tidak memiliki hak" sebuah kata yg jelas mengkotak kotakan dengan tujuan rata rata orang-orang menggunakan kata itu untuk hal yg gak baik. Bener kita harus damai, allah menciptakan manusia bersuku suku dan berbamgsa bangsa untuk salin mengenal bukan menghina, rasul aja tetep hidup damai dengan pamannya yg seorang non muslim kann.

      Hapus
  4. Kereeen nahla... Dan aku setuju ama yg kamu tulis.. Sedih sih, tp gimana, kenyataannya emg gitu :( . Walopun, aku ga mau ikut2an org2 yg suka memaki dan nyebarin link hoax kyk yg sudah2, walopun jagoanku hrs kalah. Udah kejadian, nasi udh jd bubur, skr doain ajalah semoga pemimpin baru skr msh ada nuraninya utk setidaknya pls jgn sampe ngorbanin kls bawah seperti pasukan orens :( . Jgn diturunin lg gajinya seperti yg dulu2 banget. Kasian...

    BalasHapus
  5. Just wait n see apa yg akan terjadi dengan ibukota ini. Kalau harapan saya simple aja..stop menyakiti sesama. Mari kita hidup dengan damai. Karena orang yang punya integritas beragama, tidak akan menyakiti sesama.

    BalasHapus
  6. Awas, dicap kafir, La :D
    Aku akuin, berani benar tulisan ini. Meski yaa... aku manggur-manggut setuju wk!

    BalasHapus
  7. keren, tapi nanggung. kayak film aadc aja

    BalasHapus
  8. hhaha asli greget nih tulisan. tiap ada yang bilang "saya pribumi" aku jawab "saya blasteran Cina" udah gitu aja

    BalasHapus
  9. I want more form that imaginary dialogue wkwk

    BalasHapus

Halo..
Semua komentar akan dimoderasi, jadi jangan kasar-kasar yaaa...
Kritik dibolehin lah pastinyo, cuman yang membangun eaaa~

Back to Top