Categories

SOCIAL MEDIA

Kamis, 20 Agustus 2020

Jadi Janda Deh


 AHAHAHHA! Buat yang baca judulnya, tenang, ini bukan click bait: gue emang menjadi janda.

Dipikir-pikir kocak juga lho, dulu gue dikenal karena nikah muda umur 17 tahun, punya anak umur 19 tahun, bahkan gue menganggap itu sebagai prestasi dan ditaro di bio blog, sekarang gue malah menjanda, hadeh, takdir Tuhan siapa yang nyangka?

Gue menyandang status janda udah hampir 2 tahun, bukan waktu yang lama juga sih. Pokoknya, ketika blog gue udah ga terlalu aktif, saat itu pulalah gue lagi mengurus perceraian. Pas ngurus sih ribet banget ya, penuh hardship juga, makanya energiku habis, buntu, dan ga mood nulis. 2 tahun ini adalah momen-momen yang paling historis dalam hidup gue, duh siapa sih yang menyangka bahwa gue akan menjanda? Padahal kehidupan pernikahan gue kayaknya baik-baik aja.

“Berarti selama ini bahagianya tuh palsu ya?”

Ngga dong, yang bahagia mah biarlah direkam, yang berduka mah biar kita-kita aja yang tau, ga usah bohong dengan pencitraan, ga usah terlalu jujur dengan mengungkap semuanya.

Apapun status gue, yang penting hubungan gue sama anak gue baik-baik aja. Ia punya bapak yang luar biasa pengertian dan menghargai gue sebagai ibu, ia punya keluarga yang tetep sayang banget sama dia, ia punya banyak orang yang berjuang untuk kebahagiaannya. Alhamdulillah, ia dikasih sosok bapak yang sangat memahami posisi dan pentingnya sosok ibu untuk anaknya. Brian adalah ayah yang sangat baik, gue bersyukur atas hal itu. 

Lalu gue gimana? Ga gimana-gimana, gue tetap semangat menjalani hari. Gue kehilangan banyak hal, namun bukan berarti gue ngga mendapatkan apa-apa juga. Gue mendapatkan status baru: status single, status yang membuat gue lebih bebas untuk melakukan banyak hal, termasuk sekolah lagi, berteman lagi, nongkrong lagi, main biola lagi, kenal sama orang baru lagi, berbagai macam pengalaman baru yang seru.

Buat kawan-kawan yang baca ini, gausah ikut sedih, santai aja, karena gue pun juga happy dengan keadaan sekarang, serius, happynya ga dibuat-buat. Marilah kita melihat rekam jejak gue yang lama sebagai bagian dari sejarah, bagian dari perkembangan dan jejak hidup manusia. I was a 17 years old bride, but i’ll always be a mother. Gue bukan tipe orang yang menyesal pernah menikah, gue ngga menyesal pernah menikah sama Brian, jalan hidup yang gue lalui inilah yang ngebuat gue berkembang. Gue jadi dapet banyak insight tentang pernikahan, gue jadi mikir lagi tentang pertimbangan menikah dan pertimbangan bercerai, gue jadi berdialog lagi sama diri sendiri, gue bisa punya pandangan yang ga akan gue dapetin kalau gue ga nikah umur 17 tahun dan cerai di umur 23 tahun.

Soal hubungan, gue pribadi merasa percaya diri sama status janda gue, karena gue merasa gue keren, gue cantik, main biolanya bagus, temennya banyak, pendidikan jalan terus, dan sebagainya. Gue pikir, 2 tahun menjanda adalah waktu yang cukup untuk cari pasangan baru lagi kan?

Namun gue hidup di tempat dimana stigma janda itu cukup kental. 

Sehingga, kepercayaan diri gue tetep mati ketika mendengar ungkapan, “kalau ada gadis, ngapain cari yang janda?”

Gue merasa gue bisa jadi pacar yang baik, jadi kekasih yang cukup oke, bisa lahh kalau mau punya pacar lagi mah, namun pacaran dengan status janda itu cukup berat. Bukan berat di gue, namun berat di orang di sekeliling gue:

- Pacar baru, pasti dibanding-bandingin sama suami sebelumnya, ditempatkan di tempat yang auto mulia karena mau pacaran sama janda, pokoknya auto hero banget. Kalau ia lebih tua, maka ia mengayomi. Kalau ia lebih muda, berarti jandanya yang godain dan naro racun-racun perusak mental berondong (jir hahaha), kalau dia berondong yang jauh lebih muda? Fix berondong matre nyari sugar mommy.

-Stigma janda, ditempatkan di posisi yang harus bersyukur dan harus berkompromi 1000% karena mAsiH meNdInG adA yAng mAu MacArIn tanpa melihat value sebenernya janda tersebut. Eh, gua juga punya nilai bagus kalik. Gua bukan tempat pembuktian pria-pria mental dinas sosial yang menyantuni janda.

Jadi janda juga artinya lo harus menjadi sosok yang lebih dewasa, kesalahan yang basic ngga akan bisa ditolerir karena kAmU kAn UdAh BeRpeNgaLAmAn. 

- Anak. Sang anak memiliki cap broken home, kalau dia pintar maka dia jauh lebih hebat dari anak pintar lainnya karena dia ada di rumah yang - ceritanya - kurang kasih sayangnya. Kalau dia bermasalah, ya salah sendiri kenapa broken home? Anak broken home kan emang rusak, gitu kan?

Padahal orang tuanya selalu berusaha memenuhi kebutuhan kasih sayang anaknya, padahal orang tuanya berusaha akur agar anaknya tetap merasa aman dan nyaman, padahal ngga ada yang namanya mantan anak, padahal kita bertiga sama-sama berusaha. 

Tapi yang namanya masyarakat tetep aja menilai anak dengan sebutan broken home sekalipun kasih sayang antara anak dan orang tuanya ngga berubah. Tetep aja dikasihanin, tetep aja menilai bahwa anak itu “pasti kurang kasih sayang”.

Huah, urusannya emang banyak banget. Tapi gue sadar, yang bikin repot itu mostly adalah orang lain yang memberikan stigma buruk. Netijen-netijen yang sok tahu dan merasa berhak berkomentar macem-macem, orang yang bebas ngegosip dan jatohin orang lain.

Intinya dari tulisan ini adalah? Aku baik-baik aja, Mabi baik-baik aja, jadi sebagai netijen, jangan membuat sulit yak dengan memberi stigma-stigma ga perlu, ke siapapun, bukan ke gue doang.






7 komentar :

  1. Halo Mbak Nahla, udah lama sekali aku nggak blogwalking ke blog mu ini.
    Pas liat reading list di blog ku, lah kamu baru aja update. Jodoh bener sama aku.

    Btw, apa yang kamu tuliskan bener banget. Aku no debat-debat lah sama masyarakat kita terhadap stigma janda, tapi overall apapun yang berkaitan dengan perempuan pasti mengandung stigma negatif.

    Aku sebagai perempuan yang belum menikah sampai sekarang dipandang kasihan dan keknya hidupku g menyenangkan. Padahal dari yang kamu jabarkan, hey people don’t know how happy we are!

    Btw, you’re such a wonderful woman! I can see kalau kamu sangat menikmati kehidupanmu dengan baik. You know what you wanna do, cheers!!

    BalasHapus
  2. Kak Nahlaaa.Uwu gilak sih bacanya seneng banget karena emang vibes postingannyaa positif banget. Dan Kak Nahla dengan bangganya (apa ya bilangnya) pokoknya saat bagian Kak Nahla bilang kalau Kakak adalah orang yang cantik, keren, main biola bagus dst itu YA EMANG BEGITU ADANYA di mata aku sih. Keren lah pokoknya wanita berhijab, main biola, kuliah S2. Dan menurutku pasti ga agmpang buat Kak Nahla untuk berada di titik yayng percaya diri seperti itu. Semoga sehat selalu ya Kak

    BalasHapus
  3. halo nahla, salam kenal ^^ iya setuju, pandangan orang tentang janda tuh emang seperti yang kamu tulis ini.. apalagi sebagian orang masih ada yg hobi nyiyir, ngejudge, ada juga yg insecure ga jelas xD semangat ya kamu dan mabi.. ^^

    BalasHapus
  4. Tetap percaya diri aja dengan kualitas hidup, jgn dengerin celoteh netijen, terkadang hidup perlu melewati beberpa lika liku, dan gelombang terbesar itu adalah netijen, uuops gelombang rumah tangga. Persiapkan diri mu untuk maju ke depan.

    BalasHapus

Halo..
Semua komentar akan dimoderasi, jadi jangan kasar-kasar yaaa...
Kritik dibolehin lah pastinyo, cuman yang membangun eaaa~

Back to Top